JAUSAN (Jaringan Solidaritas Kemanusiaan): Penyembuhan Prana (Pranic Healing): Apa itu Prana Prana adalah istilah sansekerta yang berarti energi vital atau daya hidup yang memberikan kehidupan bagi seluruh alam semesta ...
Katolik Kebatinan
HIDUPKATOLIK.com - Kebatinan atau mistik Jawa adalah ‘seni’ memahami kedalaman manusia. Apa yang berlangsung dan terjadi dalam batin manusia menjadi bahan pengolahan dalam aliran kebatinan.
Bagi mereka yang dididik secara rasional ala Barat, kebatinan memberikan nuansa sangat personal dan bersifat misterius. Kebatinan menjadi ruang yang tidak bisa begitu saja disingkapkan ke permukaan. Ada kecenderungan, sedikit atau banyak, kebatinan menghindar pada ajaran yang menjadi sistematis. Bahkan upaya untuk menyelidiki aliran ini, sejak awal sudah dianggap saru, tidak sopan.
Namun itu berlangsung dahulu. Sekarang orang justru berhasrat untuk berbagi dalam diskusi. Sangat menarik bahwa semangat berbagi ini oleh orang-orang kebatinan tidak dimaksud memengaruhi orang dengan kepercayaan lain, apalagi mencoba untuk mengubah agama yang sudah dipeluk. Hasrat untuk berkumpul dan berdiskusi ini hanya untuk mengungkapkan dan berbagi apa yang sedang berlangsung dalam ‘batin’ mereka.
Segala apa yang nampak di luar secara fisik memiliki makna simbolis. Orang kebatinan Jawa sangat bergairah untuk menjelaskan berbagai simbol dari upacara makan, praktik religius, kejadian-kejadian beruntun yang menimpa seseorang. Sharing atas pengalaman-pengalaman inilah yang mendorong mereka untuk berkumpul.
Kebatinan adalah esensi dari kejawen (ke-Jawa-an). Orang Jawa Islam menyebutnya tasawuf. Ia adalah ungkapan bagaimana orang Jawa hendak meraih kebahagiaan dan kesempurnaan. Beberapa orang berpendapat bahwa kebatinan bukan eksklusif untuk orang Jawa, tetapi sudah menjadi milik orang Indonesia. Ia menjadi tempat pencarian orang-orang Indonesia baik yang berafiliasi terhadap suatu agama tertentu maupun tidak.
Kebatinan itu hendak menyadari posisinya di tengah-tengah kosmos. Lewat komunikasinya dengan realitas yang paling tinggi hidup manusia memiliki makna religius. Dalam kebatinan tidak ada pemisahan antara yang sakral dan profan. Dengan pengertian seperti ini kebatinan hadir dan ada sebelah menyebelah dengan ajaran-ajaran yang sudah ada di Indonesia.
Jangan menganggap remeh mistik Jawa ini. Jangan berpikiran mistik ini hanya menggumuli perkara dan ruang privat yang tidak bisa diungkapkan dalam ruang publik. Contoh yang paling fenomenal dari keyakinan ini adalah pemerintahan Orde Baru yang berlangsung lebih dari 30 tahun di bawah Suharto. Banyak cara berpikir Suharto yang kejawen ini menjelaskan gaya dan filsafat politiknya. Konsep manusia utuh dan Pancasila sebagaimana yang ditafsirkan Suharto dengan mistik Jawanya kerap terwujud dalam pola-pola kebijakannya.
Bagaimana hubungan ini semua dengan kekatolikan? Sebagaimana Islam di Jawa bertemu dan berinteraksi dengan kejawen, demikian pula agama-agama lain, termasuk di dalamnya Katolik.
Dalam kejawen, rasionalitas tidak bisa dipisahkan dengan intuisi atau rasa-perasaan. Dalam pengalaman mistik kejawen berlangsung sesuatu yang tidak eksplisit, bahkan tidak jarang diakui adanya pengalaman yang irasional. Meski demikian, kebatinan cenderung induktif, berangkat dari pengalaman nyata. Sementara iman Katolik percaya pada rasionalitas dan diakui sesuatu yang eksplisit. Meski diakui adanya pengalaman rohani yang non rasional, cenderung deduktif, tetapi iman Katolik tidak pernah menjadi irasional. Keduanya hati-hati dan sedikit curiga terhadap sains dan ilmu pengetahuan Barat yang cenderung rasionalistik, menggunakan cara berpikir linier, hubungan sebab-akibat.
Pertemuan antara kebatinan dan Katolik tentu merupakan sebuah proses yang tidak mudah. Pertemuan dua sistem kepercayaan ini sangat mungkin tergelincir dalam perkara dilematis. Ia akan menjadi pertemuan yang dangkal, hanya tempelan saja, dan akhirnya menghasilkan campuran yang kita kenal sebagai sinkretisme. Atau, ia kan menjadi penjelasan yang sedemikian hati-hati, sangat rumit, sehingga kehilangan keindahannya sebagai sistem kepercayaan yang membumi.
Terlepas dari kesulitan dan risikonya, dialog itu harus tetap diupayakan dan jangan dimulai dengan perasaan curiga. Tidak ada sistem kepercayaan yang murni seakan hadir dalam ruang vakum. Ia harus berinteraksi dengan kebudayaan bahkan sistem kepercayaan setempat. Kekatolikan menjadi semakin kaya bukan menjadi semakin miskin. Dan itu pula syarat iman Katolik mampu survive di sebuah tempat.
Redaksi
Bagi mereka yang dididik secara rasional ala Barat, kebatinan memberikan nuansa sangat personal dan bersifat misterius. Kebatinan menjadi ruang yang tidak bisa begitu saja disingkapkan ke permukaan. Ada kecenderungan, sedikit atau banyak, kebatinan menghindar pada ajaran yang menjadi sistematis. Bahkan upaya untuk menyelidiki aliran ini, sejak awal sudah dianggap saru, tidak sopan.
Namun itu berlangsung dahulu. Sekarang orang justru berhasrat untuk berbagi dalam diskusi. Sangat menarik bahwa semangat berbagi ini oleh orang-orang kebatinan tidak dimaksud memengaruhi orang dengan kepercayaan lain, apalagi mencoba untuk mengubah agama yang sudah dipeluk. Hasrat untuk berkumpul dan berdiskusi ini hanya untuk mengungkapkan dan berbagi apa yang sedang berlangsung dalam ‘batin’ mereka.
Segala apa yang nampak di luar secara fisik memiliki makna simbolis. Orang kebatinan Jawa sangat bergairah untuk menjelaskan berbagai simbol dari upacara makan, praktik religius, kejadian-kejadian beruntun yang menimpa seseorang. Sharing atas pengalaman-pengalaman inilah yang mendorong mereka untuk berkumpul.
Kebatinan adalah esensi dari kejawen (ke-Jawa-an). Orang Jawa Islam menyebutnya tasawuf. Ia adalah ungkapan bagaimana orang Jawa hendak meraih kebahagiaan dan kesempurnaan. Beberapa orang berpendapat bahwa kebatinan bukan eksklusif untuk orang Jawa, tetapi sudah menjadi milik orang Indonesia. Ia menjadi tempat pencarian orang-orang Indonesia baik yang berafiliasi terhadap suatu agama tertentu maupun tidak.
Kebatinan itu hendak menyadari posisinya di tengah-tengah kosmos. Lewat komunikasinya dengan realitas yang paling tinggi hidup manusia memiliki makna religius. Dalam kebatinan tidak ada pemisahan antara yang sakral dan profan. Dengan pengertian seperti ini kebatinan hadir dan ada sebelah menyebelah dengan ajaran-ajaran yang sudah ada di Indonesia.
Jangan menganggap remeh mistik Jawa ini. Jangan berpikiran mistik ini hanya menggumuli perkara dan ruang privat yang tidak bisa diungkapkan dalam ruang publik. Contoh yang paling fenomenal dari keyakinan ini adalah pemerintahan Orde Baru yang berlangsung lebih dari 30 tahun di bawah Suharto. Banyak cara berpikir Suharto yang kejawen ini menjelaskan gaya dan filsafat politiknya. Konsep manusia utuh dan Pancasila sebagaimana yang ditafsirkan Suharto dengan mistik Jawanya kerap terwujud dalam pola-pola kebijakannya.
Bagaimana hubungan ini semua dengan kekatolikan? Sebagaimana Islam di Jawa bertemu dan berinteraksi dengan kejawen, demikian pula agama-agama lain, termasuk di dalamnya Katolik.
Dalam kejawen, rasionalitas tidak bisa dipisahkan dengan intuisi atau rasa-perasaan. Dalam pengalaman mistik kejawen berlangsung sesuatu yang tidak eksplisit, bahkan tidak jarang diakui adanya pengalaman yang irasional. Meski demikian, kebatinan cenderung induktif, berangkat dari pengalaman nyata. Sementara iman Katolik percaya pada rasionalitas dan diakui sesuatu yang eksplisit. Meski diakui adanya pengalaman rohani yang non rasional, cenderung deduktif, tetapi iman Katolik tidak pernah menjadi irasional. Keduanya hati-hati dan sedikit curiga terhadap sains dan ilmu pengetahuan Barat yang cenderung rasionalistik, menggunakan cara berpikir linier, hubungan sebab-akibat.
Pertemuan antara kebatinan dan Katolik tentu merupakan sebuah proses yang tidak mudah. Pertemuan dua sistem kepercayaan ini sangat mungkin tergelincir dalam perkara dilematis. Ia akan menjadi pertemuan yang dangkal, hanya tempelan saja, dan akhirnya menghasilkan campuran yang kita kenal sebagai sinkretisme. Atau, ia kan menjadi penjelasan yang sedemikian hati-hati, sangat rumit, sehingga kehilangan keindahannya sebagai sistem kepercayaan yang membumi.
Terlepas dari kesulitan dan risikonya, dialog itu harus tetap diupayakan dan jangan dimulai dengan perasaan curiga. Tidak ada sistem kepercayaan yang murni seakan hadir dalam ruang vakum. Ia harus berinteraksi dengan kebudayaan bahkan sistem kepercayaan setempat. Kekatolikan menjadi semakin kaya bukan menjadi semakin miskin. Dan itu pula syarat iman Katolik mampu survive di sebuah tempat.
Redaksi
Penyembuhan Prana (Pranic Healing)
Apa itu Prana
Prana adalah istilah sansekerta yang berarti energi vital atau daya hidup yang memberikan kehidupan bagi seluruh alam semesta termasuk kehidupan manusia.
Prana adalah universal. Di China disebut ‘Chi’, di Jepang ‘Ki’, di Yunani ‘Pneuma’, di Polynesia ‘Mana’, dan dalam bahasa Ibrani disebut dengan ‘Ruah’ yang kesemuanya mempunyai arti yang sama yaitu ‘Nafas Kehidupan’. Energi Prana tersedia sangat berlimpah dimuka bumi ini, sumbernya antara lain di udara, bumi dan matahari.
Apa itu Penyembuhan Prana
Penyembuhan Prana, suatu metode peyembuhan yang dikembangkan oleh Mr. Choa Kok Sui adalah suatu ilmu, seni dan teknologi penyembuhan, yang memanfaatkan Prana untuk menyembuhkan tubuh manusia, dengan dilandasi konsep adanya perpindahan energi Prana dari seorang praktisi ke tubuh pasien.
Penyembuhan dengan prana didasarkan atas struktur keseluruhan tubuh manusia. Tubuh seseorang sebenarnya terdiri dari dua bagian tubuh fisik dan tubuh energi. Tubuh fisik dapat dilihat, disentuh dan paling kita kenal, sedangkan tubuh energi tak tampak mata yang disebut sebagai tubuh bioplasmik. Tubuh bioplasmik merupakan tubuh energi bercahaya yang tidak tampak dan meliputi serta merembes kedalam tubuh fisik, meluas empat atau lima inci oplasmik yang tubuh eterik atau eterik ganda.
Penyembuhan pranik atau penyembuhan dengan prana merupakan pengetahuan dan seni penyembuhan kuno yang menggunakan prana atau ki atau energi vital untuk menyembuhkan tubuh fisik dengan melibatkan manipulasi ki dan bahan bioplasmik tubuh penderita. Cara penyembuhan ini sering pula disebut penyembuhan psikis, penyembuhan magnetik, penyembuhan kepercayaan, penyembuhan ki, penyembuhan vitalik, peletakan tangan, sentuhan terapeutik, dan penyembuhan karismatik.
Penyembuhan Prana bukanlah penyembuhan alternatif, karena tidak dimaksudkan menggantikan penyembuhan medis, melainkan lebih untuk melengkapinya. Karena itu lebih tepat dikatakan sebagai Penyembuhan Komplementer. Selama proses Penyembuhan Prana metodeMr. Choa Kok Sui seorang praktisi tidak menyentuh tubuh pasien dan tanpa memberikan obat ataupun ramuan.
Penyembuhan Prana berlangsung di tubuh energi pasien. Pada umumnya penyakit terlebih dahulu timbul pada tubuh energi, sebelum bermanifestasi ke tubuh fisik pasien. Seorang praktisi Prana melalui penelusuran dapat mengetahui tubuh pasien akan terkena penyakit sebelum pasien menyadarinya, sehingga Penyembuhan Prana juga merupakan sebuah Penyembuhan Preventif.
Penyembuhan Prana Sangat Mudah Dipelajari
Penyembuhan Prana sangat mudah dipelajari, dengan mengikuti teknik-teknik yang bersifat mekanistik dan bimbingan pada saat mengikuti Diklat Prana. Mempelajari Prana lebih mudah daripada belajar piano/melukis, mengetik memakai MS Wod dikomputer, yang diperlukan hanyalah niat, sedikit kepedulian terhadap kemanusiaan, dan sedikit komitmen untuk menyembuhkan serta terus berlatih. Sebenarnya daya penyembuhan alami ini sudah ada pada setiap manusia. Melakukan Penyembuhan Prana Membangkitkan kembali Daya Penyembuhan Alami ini.
Dua Prinsip
Pada penyembuhan dengan prana terdapat dua prinsip dasar, yakni: 1. membersihkan (dengan sweeping atau penyapuan) dan 2. memberi energi pada tubuh bioplasmik penderita dengan prana atau energi vital. Penyembuhan dicapai dengan membersihkan atau menghilangkan bahan bioplasmik berpenyakit (limbah bioplasmik) dari chakra yang terganggu dan organ yang sakit, kemudian memberi energi pada chakra yang terganggu dan organ yang sakit tersebut dengan prana atau energi vital yang cukup.
Pembersihan limbah bioplasmik diperlukan untuk mempermudah penyerapan prana atau ki oleh bagian yang terganggu. Pemberian energi tanpa didahului dengan pembersihan bagian yang dirawat seibarat menuang kopi segar kedalam cangkir yang telah berisi kopi basi. Cara seperti ini lambat dan boros. Prana segar tidak dapat mengalir dengan budah kedalam bagian yang sakit karena bagian itu terisi bahan bioplasmik berpenyakit dan saluran bioplasmik tertutup. Prana segar yang diproyeksikan juga tidak sepenuhnya diserap oleh bagian yang dirawat, oleh karena itu kemungkinan besar penyakitnya akaan kambuh dengan segera atau dalam waktu dekat.
Tujuh Teknik Dasar Penyembuhan Prana
Berbasis pada dua prinsip tersebut diatas maka, maka diperlukan urutan teknik yang harus dilakukan demi menguasai skill untuk dapat melakukan tahapan penyembuhan pranik tingkat dasar. Adapun tekni-teknik tersebut adalah sebagai berikut:
1. Membuat tangan peka
2. Menelusuri aura-dalam
3. Menyapu (membersihkan): umum dan setempat
4. Meningkatkan kemampuan pasien menerima cara perawatan ini
(Prana yang diproyeksikan dapat ditolak karena alasan-alasan berikut ini : pertama, jika ia
mempunyai prasangka buruk terhadap jenis penyembuhan seperti ini; kedua, jika ia tidak
menyukai pribadi penyembuh; dan ketiga, jika ia sendiri tidak ingin sembuh).
5. Pemberian energi dengan prana: Teknik Chakra tangan
a. Menyerap/menarik prana
b. Menyalurkan prana
6. Memantapkan prana yang disalurkan
7. Melepaskan energi prana yang diproyeksikan
Komentar
Posting Komentar