Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Pesan Natal Bersama PGI dan KWI Tahun 2016

Pesan Natal Bersama PGI dan KWI Tahun 2016 | Jumat, 25 November 2016 ~ 10:23 AM | Penulis:  PGI  ~  Berita PGI ,  Utama       “Hari Ini Telah Lahir Bagimu Juruselamat, Yaitu Kristus, Tuhan di Kota Daud” (Lukas 2:11) Saudari-Saudara umat Kristiani di Indonesia, Salam sejahtera dalam kasih Kristus. Setiap merayakan Natal hati kita dipenuhi rasa syukur dan sukacita. Allah berkenan turun ke dunia, masuk ke dalam hiruk-pikuk kehidupan kita. Allah bertindak memperbaiki situasi hidup umat-Nya. Berita sukacita itulah yang diserukan oleh Malaikat: “Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud” (Luk 2:11). Belarasa Allah itu mendorong kita untuk melakukan hal yang sama sebagaimana Dia lakukan. Inilah semangat atau spiritualitas inkarnasi. Keikutsertaan kita pada belarasa Allah itu dapat kita wujudkan melalui upaya untuk menyikapi masalah-masalah kebangsaan yang sudah menahun. Dalam perjuangan mengatasi masalah-masalah seperti itu, kehadiran J

Dedi Fahriadi: ETIKA MENCAPAI LABA YANG LAYAK

Dedi Fahriadi: ETIKA MENCAPAI LABA YANG LAYAK : A. Pertanggungjawaban Sosial Apakah pertanggungjawaban suatau badan usaha pada masyarakat? Tahun 1776 Adam Smith memperkenalkan doktrin u... ETIKA MENCAPAI LABA YANG LAYAK A. Pertanggungjawaban Sosial Apakah pertanggungjawaban suatau badan usaha pada masyarakat? Tahun 1776 Adam Smith memperkenalkan doktrin untuk memperoleh laba usaha semaksimal mungkin. Doktrin ini  menjelaskan bahwa penampilan usahawan adalah baik jika ia meningkaykan efeisensi kerja dan mengurangi biaya agar dengan demikian laba maksimal tercapai. Keinginan para usahawan untuk memperoleh laba memaksa mereka melakukan persaingan bebas. Tindakan ini dilakukan dengan alasan demi kepentingan masyarakat dengan cara mengurangi biaya dan harga barang atau jasa. Sejak bisnis  beroperasi di dunia kemiskinan dan kelaparan, efesiensi ekonomik menempatkan dirinya pada prioritas tertinggi dan harus merupakan misi bisnis tunggal. Fungsi bisnis adalah ekonomik, bukan sosia

##Bagaimana Cara Menjadi Orang yang Lebih Spiritual?##

## Bagaimana Cara Menjadi Orang yang Lebih Spiritual? ## Banyak orang sering bingung antara spiritualitas dengan religius. Ada yang hidup menjalankan keduanya, beragama dan spiritual, ada juga yang beragama tanpa mengerti spiritual, atau menjadi spiritual tanpa beragama. Agama adalah alat untuk mencapai spiritualitas. Agama adalah jalan kepada Tuhan. Spiritualitas juga merupakan jalan menuju Tuhan. Hanya saja keduanya memiliki perbedaan dalam pendekatan. Mari kita kaji lebih banyak, baca terus…. Anda berlatih ilmu tertentu ingin memiliki kesaktian atau kelebihan, apakah itu menunjukkan Anda adalah orang spiritual? Tidak. Anda berdoa setiap hari, tak pernah absen menjalankan ritual agama, apakah itu menunjukkan Anda adalah orang spiritual? Tidak. Anda melakukan Yoga dan bermeditasi setiap hari, apakah ini sudah berarti Anda adalah orang spiritual? Tidak juga. Anda masuk kedalam komunitas agama tertentu dan mengikuti ajaran sesuai golongan itu, apakah ini berarti Anda adalah orang 

##membagikan saja dari pak Pranowo Budi Sulistyo##

##membagikan saja dari pak Pranowo Budi Sulistyo##   Urip Iku Urup Hidup itu tidak redup ia gemilang terang benderang  laksana Batara Surya menerangi bumi selalu memberi tak pernah meminta dan Batara Candra memantulkan cahya di malam hari slalu pancarkan kedamaian kepada siapa saja bukan seperti saat kepala Kalarahu mencaplok keduanya hingga menimbulkan kegelapan dan ketakutan Nyala terang dalam gelap adalah berkah bagi makhluk disekelilingnya Kata petuah agama sebaik baiknya manusia adalah yang mampu memberi banyak manfaat kepada manusia lain khairunnas anfa ‘uhum linnas sehingga sudah pasti seburuk-buruk orang adalah yang selalu menebarkan ancaman bagi masyarakat sekitarnya keberadaannya tidak diinginkan hadirnya menghalangi terang kegelapan menaunginya     Urip Iku Urup maka jadilah cahaya bagi orang orang disekitarmu   Petuah bijak Sang Pemenang Arthur Ashe, pemain Wimbledon legendaris sekarat karena AIDS yg berasal dari darah yg terinfeksi virus ketika operas

Ketika Negara-Bangsa Menjadi "Gila"!

Dalam sejarah negara-bangsa Asia, ada tiga negara memiliki kekejaman terhadap bangsa sendiri yang tidak terbayangkan dan menjadi momok sejarah mengerikan. Ketiga negara ini adalah Indonesia dengan peristiwa traumatis 1965 menyebabkan kematian dan kesengsaraan yang melewati batas kemanusiaan, bukan hanya pada pertikaian ideologi dan politik, melainkan juga melebar menjadi sentimen ras Tionghoa Indonesia yang dibelenggu dari akar peradabannya.   Negara lain adalah Tiongkok dengan Revolusi Kebudayaan yang tahun ini berusia 50 tahun, ketika kegilaan ideologi dan politik merasuk seluruh bangsa, menghancurkan tidak hanya elemen-elemen kontra-revolusioner, tetapi juga menghilangkan peradaban lama merusak hubungan antarkeluarga, antarguru, antardesa, dan semua yang berbau kapitalis. Seluruh Tiongkok terhenti, Revolusi Kebudayaan yang "memakan anak sendiri" mereda sampai meninggalnya Mao Zedong, pemimpin karismatik campuran komunis, dewa, dan revolusioner.   Kekejaman Asia 

Berteologi tak Mudah tentang Penyelenggaraan Tuhan

Berteologi tak Mudah tentang Penyelenggaraan Tuhan Romo Albertus Sujoko MSC SELAMA  berlangsungnya IYD 2016  di Manado,  saya sering menulis betapa indah ‘penyelenggaraan Tuhan’  yang telah membuat acara IYD itu begitu lancar, khususnya dari segi cuaca yang sangat baik, tidak hujan dan tidak panas. Juga harus disebutkan, selama sepekan  itu tidak pernah mati lampu. Soal lampu, tentu bisa diatur oleh panitia dengan PLN supaya tidak ada pemadaman selama IYD. Setelah IYD selesai, Manado hampir setiap hari hujan dan mati lampu juga. Maka selama sepekan IYD itu,  saya merasa kagum dan bersyukur bahwa cuaca sangat mendukung. Cuaca itu adalah faktor alam yang di luar kontrol manusia, sehingga lebih mudah untuk dihayati sebagai ‘penyelenggaraan’ Tuhan. Sungguhkah penyelenggaran Tuhan? Kemarin petang, saya menemani Pastor Jan van Paassen MSC  dan Pastor Jacobus Wagey MSC makan malam sambil menonton TV berisi berita tentang perang di Suriah, khususnya liputan tentang kota Aleppo yang

PUSTAKA DHAMMA: DUKUN VS ROHANIWAN

PUSTAKA DHAMMA: DUKUN VS ROHANIWAN : Oleh : Tanhadi Mungkin banyak kita jumpai perilaku seorang Rohaniwan bertindak seperti layaknya seorang Dukun, hal ini ‘sepertinya’ bu... DUKUN VS ROHANIWAN    Oleh : Tanhadi   Mungkin banyak kita jumpai perilaku seorang Rohaniwan bertindak seperti layaknya seorang Dukun, hal ini ‘sepertinya’ bukan hal yang asing/aneh di mata umatnya…, bahkan para umatnya menggebu-gebu bertanya ini dan itu sehubungan dengan hal ramal-meramal nasib, rejeki , jodoh dan hal-hal gaib lainnya . Bagaimana dengan kita sendiri sebagai umat Buddhis? tentu saja masih banyak diantara umat Buddhis sendiri yang juga melakukan hal itu bukan? (kalau ini berdasarkan pengamatan langsung dari saya sendiri..), jangan-jangan diantara kita juga masih banyak yang sering bertanya soal nasib, rejeki dan jodoh kepada para bhikkhu atau romo ya? hehe…. Sekarang apa sih bedanya kita beragama Buddha dan tidak beragama Buddha ? Kebanyakan jawabnya : “ Pasti beda !” Alasannya juga bervariat