Langsung ke konten utama

PANGGILAN SEBAGAI PENATUA

PANGGILAN SEBAGAI PENATUA



Pada saat pewartaan tentang pemilihan bakal calon penatua dimulai, tidak sedikit anggota Jemaat GKI yang hatinya tiba-tiba menjadi was-was. Bukan karena dia khawatir tidak terpilih menjadi Penatua, tetapi sebaliknya, menjadi was-was karena khawatir namanya terpilih sebagai salah satu kandidat calon Penatua.
Was-wasnya kandidat calon Penatua tentu sangat berbeda dengan "was-was"-nya para kandidat menteri. Kalau kandidat menteri harap-harap cemasmenunggu telepon dari sang presiden. Sebaliknya, anggota Jemaat harap-harap cemas agar namanya tidak tercantum dalam Warta Jemaat sebagai kandidat calon Penatua. Memang tidak semua anggota Jemaat bersikap demikian. Namun kenyataannya banyak Jemaat yang kesulitan mencari calon Penatua. Anggota Jemaat yang terpilih menjadi kandidat calon Penatua merasa "belum siap melayani" sehingga akhirnya menolak pencalonan dirinya.
Kesulitan dalam mencari calon Penatua memang telah disadari sejak lama karena Penatua GKI memiliki tugas dan tanggung jawab yang tidak ringan. Bukan hanya secara pribadi, tetapi juga butuh persiapan dari keluarga dalam memberikan dukungan. Jika kita mengacu pada Tata Laksana GKI Pasal 82, di sana tertera Tugas Umum dan Tugas Kepemimpinan Struktural seorang Penatua.
Tugas Umum Penatua adalah:
a). Mempelajari dan mendalami Firman Allah,
b). Berdoa untuk dan bersama dengan anggota;
c). Mendorong anggota untuk mengikuti dan berperan serta dalam kebaktian;
d). Memperlengkapi dan memberdayakan anggota bagi tugas-tugas mereka di gereja dan bagi tugas-tugas missioner mereka di masyarakat;
e). Melaksanakan penggembalaan umum, dengan perhatian khusus kepada mereka yang sakit, berduka, dalam kesulitan, dan menghadapi kematian;
f). Melaksanakan penggembalaan khusus;
g). Melaksanakan pelayanan ke dalam;
h). Melaksanakan kesaksian dan pelayanan keluar;
i). Melaksanakan pendidikan dan pembinaan;
j). Memperhatikan dan menjaga ajaran.
Sedangkan Tugas Kepemimpinan Struktural adalah melaksanakan tugas kepemimpinan struktural sebagai anggota Majelis Jemaat, Majelis Klasis, Majelis Sinode Wilayah, dan Majelis Sinode. Dan, di luar tugas dan tanggung jawab sebagai Penatua, masih ada tugas dan tanggung jawab pribadi yang juga tidak bisa ditinggalkan yaitu: pekerjaan dan keluarga. Sekarang ini tuntutan dunia kerja semakin berat, sepertinya sudah tidak mengenal waktu. Berangkat pagi, pulang malam. Itulah sebabnya banyak anggota Jemaat yang menolak bila dicalonkan menjadi Penatua karena harus menyediakan waktu lagi untuk pelayanan.
Selain tuntutan kerja yang sudah berat yang membuat mereka menjadi penat, mungkin juga mereka beranggapan bahwa Penatua berarti menjadi "Penat dan Tua". Karena itulah, akhirnya mereka bersikap "ABS" artinya, Asal Bukan Saya. Bisa ditebak dan dipahami jika pada akhirnya orang-orang yang dicalonkan sebagai Penatua adalah "dia lagi-dia lagi", karena hanya sedikit yang bersedia.
Panggilan Mulia: Perlu Disambut dengan Sukacita
Harus disadari dengan makin bertumpuknya tugas seorang Penatua dalam melaksanakan program-program, maka tugas pelayanan menjadi beban yang terasa memberatkan. Hal inilah yang perlu dipertimbangkan. Sudah saatnya Gereja memikirkan secara serius bagaimana panggilan sebagai Penatua dapat disambut umat dengan sukacita tanpa beban. Salah satunya adalah mengkaji ulang setiap program dan kegiatan-kegiatan yang kurang efisien dan efektif bagi pertumbuhan dan perkembangan Gereja. Program seperti ini hanya menghabiskan energi, waktu, biaya, dan bahkan hanya menambah beban bagi kehidupan ini. Pada akhirnya program tidak mencapai sasaran yang diharapkan dan menjadi sia-sia.
Pola pandang terhadap tugas Penatua harus diubah menjadi pandangan yang positif. Walau di satu sisi tugas dan tanggung jawab seorang Penatua tampak berat, namun di sisi lain umat perlu menyadari bahwa panggilan sebagai Penatua sesungguhnya adalah panggilan mulia. Panggilan yang bermakna dan berharga karena itu adalah panggilan spiritualitas. Panggilan untuk menjadi kawan sekerja Allah dalam mewujudkan Kerajaan Allah di dunia ini. Dan, panggilan itu dinyatakan pada setiap orang sebagai "imamat am" orang percaya. Artinya setiap orang percaya adalah imam atau pelayan bagi yang lain. Seperti yang tertulis dalam surat Petrus, "Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib." (1 Petrus 2:9)
Dan tidak hanya itu, setiap orang yang sungguh-sungguh terpanggil melayani Tuhan, tentu akan menerima upahnya. Ada berkat yang lebih dari sekedar materi dan yang tidak bisa dinilai dengan mata jasmani. Bukan saja berupa jalan keluar pada saat menghadapi kesulitan tetapi juga mendapatkan kehidupan yang kekal. Seperti jawaban Yesus atas perkataan yang pernah diungkapkan Petrus kepada-Nya. Berkatalah Petrus kepada Yesus, "Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau! Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipatrumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datangia akan menerima hidup yang kekal." (Markus 10:28- 31).
Selain itu setiap orang percaya perlu menghayati bahwa keberlanjutan dan regenerasi dari kepemimpinan Gereja harus terjadi dalam motivasi yang benar. Bukan karena pamrih, mencari penghormatan, dan menonjolkan kekuasaan. Untuk itu nilai pengosongan diri yang terwujud dalam kerendahan hati perlu dimiliki oleh setiap pelayan Tuhan. (Pdt. Setiawati Sucipto, M.Min)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Malam Pertama Pengantin | Goyang Karawang

Cerita Malam Pertama Pengantin | Goyang Karawang Ini ada beberapa cerita malam pertama pengantin baru , cerita dewasa ‘seks’ pernikahan sepasang pengantin baru, dimana sang mempelai wanita atau sang isteri begitu polosnya. Sehingga ketika malam pertama berlangsung sang suami harus membimbing dulu agar sang isteri paham. Namun setelah sang isteri paham, sang suami malah yang jadi kewalahan menghadapi isterinya di malam pertama tersebut. Cerita malam pertama pengantin ini seru dan menarik untuk dibaca. Mungkin ini bisa bermanfaat khususunya bagi para calon pengantin. Sebuah trik atau tips yang bisa diterapkan jika menghadapi situasi dan kondisi yang sama nantinya. Bagaimana cerita malam pertama pengantin baru ini, silahkan simak kisah selengkapnya berikut ini! Sepasang pengantin baru sedang bersiap menikmati malam pertama mereka. Pengantin perempuan berkata, “Mas, aku masih perawan dan tidak tahu apa-apa tentang seks. Maukah Mas menerangkannya lebih dulu sebelum kita melakukannya?”

DOWNLOAD KUMPULAN MP3 GENDING JAWA DAN LAGU JAWA

 Download Kumpulan MP3 Gending Jawa dan Lagu Jawa DOWNLOAD KUMPULAN MP3 GENDING JAWA DAN LAGU JAWA MP3 GENDHING JAWA http://piwulangjawi.blogspot.com/p/mp3-gending-jawi.html GENDHING-GENDHING JAWA DALAM FORMAT MP3  DIPERSILAHKAN KEPADA STRISNO BUDAYA JAWA UNTUK MENGUNDUH ANEKA GENDHING JAWA KLASIK I : 001.  BENDRONGAN – PUCUNG RUBUH – GANDRUNG MANIS – DANDANGGULA BANJET – ASMARADANA JAKALOLA.mp3 002.  BW. GAMBUH LGM. LELO LEDHUNG – LDR. SARAYUDA – LAGU ONDHE-ONDHE Pl. Br.mp3 003.  BW. LEBDAJIWA – KUTUT MANGGUNG Pl. Br.mp3 004.  BW. MUSTIKENGRAT – GENDHING CANDRA -LDR. SRI HASCARYA – LDR. WESMASTER Sl.9.mp3 005.  BW. SEKAR AGENG SUDIRAWARNA – UDAN BASUKI – LIPUSARI – GAMBUH Sl. Mny.mp3 006.  BW. SUDIRAWARNA – GENDHING WIDASARI – LDR. LIPUR SARI Sl. Mny.mp3 007.  GENDHING BANDILORI – LDR. ELING-ELING – KTW. PRANA ASMARA – SLEPEG MAWA PALARAN Pl. Br.mp3 008.  GENDHING BONANG SLEBRAK PL.5.mp3 009.  GENDHING BUDHENG-BUDHENG – LDR. SARAYUDA Pl.6.mp3 010.  GENDHING