2 artikel yang menjelaskan tentang yang sering orang katakan tentang sumbu pendek.
1.Siapa Yang Sesungguhnya Kaum Sumbu Pendek?
Kaum sumbu pendek merupakan bentuk kalimat yang sering muncul apabila kita sering membaca situs online, seword.com. Menurut pemikiran saya, yang dimaksud dengan kaum sumbu pendek adalah mereka-mereka yang akal sehatnya seperti dikebiri, tapi luapan emosinya meledak-ledak.
Tentang hal apa? Biasanya yang berkaitan dengan prinsip, pemikiran ataupun tokoh-tokoh yang dipanutinya.
Lantas, siapa saja kaum sumbu pendek ini? Sekali lagi, menurut pemahaman saya (mohon maaf kalau salah), kaum yang dimaksud adalah golongan agama garis keras. Ohh iya, sinonim kaum sumbu pendek ini juga bisa mencakup istilah kaum salawi, daster-dasteran atau sapi-sapian.
Mengapa mereka dikategorikan demikian? Pertama, golongan ini bertindak sesuai pemahaman sendiri tanpa memikirkan sudut pandang orang lain. Kedua, golongan ini hanya mengklaim bahwa kebenaran mutlak ada pada kaum mereka, sementara di luar dari itu semua dianggap salah atau lebih rendah. Ketiga, sering bertindak rame-rame, karena mungkin tidak berani sendirian.
Terkadang, ketika bertindak sering mengakibatkan kerugian lingkungan sekitarnya. Apakah ada bukti yang menggambarkan aksi-aksi mereka?
1. Isu-isu SARA yang sering dikumandangkan
2. Melakukan penghakiman yang didasarkan pada subyektivitas pemikiran pribadi (golongannya)
3. Yang paling fatal, semua tindakan di atas dianggap bentuk nyata/mutlak kebenaran ajarannya.
1. Isu-isu SARA yang sering dikumandangkan
2. Melakukan penghakiman yang didasarkan pada subyektivitas pemikiran pribadi (golongannya)
3. Yang paling fatal, semua tindakan di atas dianggap bentuk nyata/mutlak kebenaran ajarannya.
Apa yang menyebabkan mereka bertindak seperti ini? Hal yang mendasarinya yakni memahami ajaran dari pemikiran atau prinsip ataupun keyakinannya, yang hanya didominasi dengan emosi saja (perasaan). Sementara akal sehat cenderung dikebiri. Tidak boleh menelaah atau cenderung manut saja ketika tokoh yang dipanuti memberikan perintah.
Selain itu, pemahaman tentang ajarannya sendiri mungkin belum tinggi, kalau tidak mau disebut ecek-ecek. Seolah-olah identitas mereka selaku pengikut ajaran tertentu, hanya sebatas penggolangan di KTP saja. Penerapannya justru jauh dari kebenaran ajarannya. Bukankah ada pepatah, semakin tinggi kamu memahami suatu ajaran dianut, justru semakin lebih menghargai ajaran yang berbeda dengan ajaran yang kamu anut.
Pemikiran kritis mereka pun seolah-olah dikebiri. Padahal banyak juga pengikutnya yang berlatarbelakang pendidikan tinggi. Menurut saya, hal ini disebabkan ‘pemujaan’ terhadap suatu tokoh yang dipanuti secara berlebihan. Bergeser sedikit lagi, akan mengarah pada pengkultusan suatu tokoh yang puncaknya bisa-bisa menciptakan penyembahan berhala.
Apa yang diucapkan tokoh itu, para pengikut pasti setuju. Apa yang diperintahkan tokoh itu, para pengikut pasti laksanakan. Parah-parahnya, apapun tindakan dari tokoh itu bisa dijadikan standar kebenaran suatu ajaran yang dianut. Cukup mengernyitkan dahi bukan?
Pertanyaan selanjutnya, apakah kaum sumbu pendek hanya mencakup golongan agama garis keras? Belum tentu saudara-saudara. Virus sumbu pendek ini bisa menular kepada siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Tak terkecuali kaum yang justru memberi julukan kaum sumbu pendek tersebut.
Mengapa demikian? Sudah jelaskan, namanya manusia tidak ada yang suci. Selalu ada komposisi baik dan buruk dalam kehidupannya.
Contoh nyatanya seperti berikut ini.
Kaum sumbu pendek, mungkin identik dengan golongan agama garis keras. Namun, saya juga tetap meyakini kaum sumbu pendek tidak hanya mencakup golongan tersebut saja. Siapapun bisa termasuk kaum sumbu pendek.
Tentu anda mengenal Gusdur bukan? Beliau adalah pribadi yang luar biasa. Saya pun merupakan pengagum beliau. Beliau adalah pribadi yang tulus, berintegritas dan sangat tegas dalam bertindak. Namun, kita sendiri tahu bagaimana nasib beliau di perpolitikan negeri ini. Dikudeta loh saudara-saudara. Kesempatan beliau membangun negeri inipun berhenti di tengah jalan.
Lalu bagaimana dengan Susno Duadji pantas disebut whistleblower? Yang berani memecat polisi-polisi jahat dan puncaknya berani mengusut kasus Bank Century? Saya pribadi yakin beliau adalah orang jujur dan berintegritas. Namun bagaimana nasibnya kini? Justru kasus Bank Century ini yang digunakan untuk menjatuhkannya.
Atau yang terbaru kemarin. Seorang Antasari Azhar yang menjunjung tinggi keadilan di negeri ini. Anda sekalian tentu ingat bukan bagaimana nasib beliau sebelum mendapat kebebasan dari Jokowi.
Sekarang Jokowi, presiden tercinta kita. Tulus, tegas, berintegritas dan bersih. Beliau juga lebih banyak bekerja daripada berpidato akan melakukan ini dan itu. Mengapa beliau masih bisa bertahan sebagai puncak pimpinan di negeri ini? Jawabannya, karena Jokowi juga cerdik.
Ingatkan, bagaimana kondisi awal-awal pemerintahan Jokowi? Koalisi KMP di DPR benar-benar menghambat pergerakan-pergerakan pemerintahan. Situasi politik pun tidak stabil.
Dalam hal ini, Jokowi cerdik. Dimulai dengan strategi dualisme partai yang menjadi bibit awal runtuhnya koalisi KMP di DPR. Dan hasilnya, mungkin hanya Gerindra dan PKS saja bertahan.
Akan tetapi, semua hal tersebut bisa terjadi, pasti melalui proses yang cerdik juga. Ingat kasus Papa Minta Saham Setya Novanto cs, sampai beliau ‘dipaksa’ turun dari ketua DPR? Apa yang terjadi setelahnya? Setya Novanto sekarang seolah-olah ‘bebas’ dari kasus. Bahkan kini menjabat ketua DPR lagi.
Kaitannya dengan Jokowi, Golkar pun mendukung Jokowi di pemerintahan dan juga Pilpres 2019 mendatang. Bahkan, orang-orang dekat Jokowi seperti Ahok pun mendapat ‘cipratan’ dukungan dari Golkar. Saya tidak tahu ada deal-dealan apa di balik itu semua.
Atau kita lihat jauh ke belakang, ketika Jokowi maju mencalonkan diri sebagai Capres 2014 lalu. Bagaimana respon Jusuf Kalla pada waktu itu? Jelas-jelas senada dengan orasi yang dilakukan Amien Rais bukan? Sejarah pun membuktikan, Jusuf Kalla justru menjadi wakil Jokowi di puncak pemerintahan negeri ini.
Dalam tulisan ini, saya tidak menekankan slogan Melawan Lupa. Akan tetapi, marilah berpikir jernih dalam menyikapi bagaimana dinamisnya politik itu.
Politik itu tidak suci, namun bukan berarti mutlak kotor. Intinya semua seperti seni. Relatif sekali. Dan yang menjadi indikatornya, mutlak adalah kepentingan.
Jokowi itu tulus dan cerdik. Tulus di sini bukan berarti polos yang menjurus bodoh. Melainkan tulus yang didasari pemikiran bijaksana dan altruis. Cerdiklah yang menjadi sorotan. Beliau benar-benar bermain cantik dalam perpolitikan. Kata Bang Denny, Jokowi menampilkan politik berkelas.
Lantas, apakah Jokowi itu bermain ‘bersih’? Belum tentu. Apakah beliau juga bermain ‘kotor’? Belum tentu juga. Jadi mana yang benar? Yang benar adalah kepentingannya. Intinya Jokowi itu tulus pada hakikatnya dalam membangun negeri ini. Tetapi, dia sadar tidak mungkin bermodalkan ketulusan saja untuk membangun negeri ini.
Ingat Gusdur sekali lagi, bagaimana tulusnya beliau. Atau Susno Duadji yang begitu integritasnya melawan petinggi jajarannya dan pemerintah pada masa itu. Atau Antasari Azhar yang melakukan perlawanan terhadap koruptor. Anda tahu bukan nasib mereka setelahnya?
Jadi kecerdikanlah yang menjaga Jokowi hingga saat ini tidak lengser dari pemerintahan. Musuh Jokowi ada dalam pemerintahan dan di luar pemerintahan. Siapa kawan dan siapa lawan, tentu Jokowi sudah mengetahuinya dan bertindak tepat untuk menyikapinya.
Ada kalanya Jokowi itu lurus saja. Ada kalanya beliau harus melakukan deal-dealan dengan orang-orang yang sebenarnya kita sudah sama-sama tahu ‘kebrengsekannya’. Semua ini dilakukan, agar kesempatan membangun negeri ini tetap dapat terwujud. Sambil pelan-pelan kita mengharapkan kejatuhan benalu-benalu di negeri ini.
Kembali pada topik kaum sumbu pendek. Andai ada yang merendahkan Jokowi, yang mengatakan Jokowi melindungi koruptor (mungkin Setya Novanto), apakah anda langsung meledak-ledak emosinya?
Saya pikir Jokowi tetaplah manusia biasa yang rentan kesalahan. Namun yang saya khwatirkan justru ketika berhadapan dengan pengikut fanatiknya. Apapun yang beliau lakukan atau ucapkan seperti jadi kebenaran mutlak. Ini juga gawat bukan?
Belum lagi Ahok, selaku orang yang dekat dengan Jokowi. Apakah beliau ‘sebersih’ atau ‘sekotor’ beliau? Belum tentu saudara-saudara. Namun ketika memperhatikan pendukung fanatiknya, pola-polanya mirip seperti kaum sumbu pendek ketika begitu mengkultuskan tokoh yang mereka panuti. Apapun yang dilakukan Ahok seperti kebenaran mutlak juga.
Jujur saya sangat bangga memiliki Jokowi dan Ahok dalam memimpin negeri ini. Namun, saya tidak berlebihan. Saya tidak fanatik. Saya tetap obyektif dalam menilai mereka berdua. Ada program mereka yang bagus. Namun ada juga tindakan mereka yang sebenarnya merugikan. Kalau mereka baik, dukunglah. Kalau berbuat salah, tegurlah secara tegas. Bukan langsung meledak emosinya ketika sang tokoh pujaan dibeberkan kesalahannya. Intinya saya tidak memuja mereka berlebihan. Apalagi mengkultuskan mereka.
Mengapa saya berkata seperti ini? Mari perhatikan pendukung fanatik kedua tokoh tersebut. Miripkan dengan kategori-kategori kaum sumbu pendek di atas. Ketika pemikiran atau tokohnya disinggung negatif, maka tersulutlah emosinya. Sama saja bukan? Bukan hanya golongan agama garis keras saja bukan? Bukan hanya pendukung Anies saja bukan?
Ayolah, Jokowi itu bagus. Ahok itu bagus. Lantas apakah Anies mutlak jahat? Mari lihat sisi baik yang pernah beliau perbuat. Sama seperti ketika membela Ahok pada kasus Penistaan Agama. Bukankah Teman-Teman Ahok juga berkata bahwa, “Hanya karena masalah ini, mengapa kita melupakan semua upaya Ahok membangun Jakarta hingga seperti sekarang ini”? Ingat, mereka bertiga adalah manusia-manusia yang bertindak akibat adanya suatu kepentingan. Marilah berfikir obyektif dan bersikap netral.
Suatu sosok pemimpin yang begitu dipuja, bahkan mengarah pada pengkultusan, maka akan ‘memabukkan’ pengikutnya. Dan mengkebiri akal sehatnya. Seimbangkan akal dan hati anda. Wujudkan dalam pemikiran obyektif. Hati boleh panas dan itu harus, karena merupakan energi dalam bentuk gairah/hasrat. Namun akal sehat atau otak anda harus tetap dingin, karena berkaitan dengan tindakan anda. Salam seword.
2. CIRI - CIRI KAUM SUMBU PENDEK YANG HARUS ANDA HINDARI
NKRI NEWS - Setiap kali saya posting soal agama dan politik pasti ada saja yang kejang-kejang, ngamuk2, marah2, ngancam2 dan kemudian komen sampah yang sama sekali ga bermutu, omong kotor dan kasar dan sama sekali tidak memakai nalar dan akal sehat. Kelompok ini sangat banyak bertebaran di dunia maya dan yang jelas sudah sangat mengancam NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika. Sepertinya mereka belum puas jika Indonesia belum berubah menjadi seperti di Afghanistan, Pakistan, Irak, Suriah, Libya atau Yaman.
Ciri-ciri meraka adalah sebagai berikut :
1. Tiap komen dikit-dikit selalu bawa ayat seolah mereka orang yang paling suci dan benar.
2. Siapapun yang tidak sependapat dengannya langsung divonis kafir, sesat, liberal, ateis, syiah, pki, , yahudi, kristen, antek asing dsb.
3. Fasih mengucapkan kata-kata kasar seperti goblok, anjing, babi, monyet, setan, penjilat pantat dll.
4. IQ di bawah rata-rata, tidak memiliki kemampuan dalam berargumen, gagal menyajikan data dan fakta, tidak mampu menganalisa dan cara debatnya hanya itu-itu saja.
5. Tidak punya selera humor, mereka hanya bisa tertawa ketika menghakimi, menghina dan memvonis orang.
6. Kalau kehabisan akal ketika adu argumen, mereka akan mengeluarkan kata-kata dan logika yang nggak nyambung.
7. Selalu mengatakan yang tidak sependapat dengan mereka adalah pemecah belah umat Islam dan musuh Islam.
8. Selalu curiga dan menyalahkan pihak lain tapi minim instropeksi serta selalu merasa kelompoknya dizalimi.
9. Selalu menganggap bahwa semuanya adalah karena konspirasi asing, zionis, amerika, yahudi, kristen, media kafir dan lain-lain.
10. Tidak mau menerima kritik dan menuding kritik sebagai anti Islam.
11. Gemar menghina dan merendahkan ulama yang tidak sepaham dengan mereka tapi akan ngamuk kalo ulama mereka dikritik.
12. Mereka anti perbedaan, anti keragaman, anti kritik dan menganggap Pancasila dan demokrasi adalah haram serta ingin mendirikan Negara Agama sendiri.
13. Rasis dan selalu tebar kebencian berdasar SARA.
14. Mereka juga suka sekali tebar hoax, fitnah dan berita bohong untuk mencapai tujuan mereka.
15. Percuma diskusi dengan mereka karena mereka sudah tidak bisa diajak berdiskusi secara santun dan sehat karena akal sehat dan hati nurani mereka sudah tidak berfungsi normal lagi.
Selain itu sebagian besar mereka juga adalah pembenci Jokowi dan Ahok serta pemuja Erdogan, Jonru dan Rezek Brizik. Saat ada yang dianggap menghina mereka akan teriak “ Bunuh, penggal, halal darahnya, tangkap, penjarakan !!!
Tapi mereka memuja dan membela preman jalanan Rezek Brizik yang pernah mengatakan :
1. ISIS adalah saudara kita.
2. Haram hukumnya menghujat dan mengutuk ISIS.
3. Bunuh pendeta dan orang Kristen Tolikara.
4. Bunuh Ahok.
5. Bakar Balai Kota DKI.
6. Jokodok (Jokowi) antek PKI.
7. Pancasila Sukarno letaknya ada di pantat.
8. Rebut dan ambil alih Istana Negara.
Saat membaca komen dari mereka kadang saya merasa sedang ada di Afghanistan, Irak atau Suriah dan lupa kalo ini sedang terjadi di Indonesia. Saya sering ketawa geli saat membaca komen mereka tapi pada saat yang sama saya juga bersedih. Kok malang sekali nasib bangsa ini.
Apa yang akan terjadi jika mereka semakin banyak di negeri ini?
Di saat bangsa-bangsa lain sudah terbang melesat ke depan kenapa kok bangsa kita malah semakin ngesot dan mundur ke belakang? Mereka sangat bangga dengan dirinya tanpa sadar bahwa banyak orang yang ternyata mentertawakan kekonyolannya. Ternyata benar bahwa mereka masih butuh waktu 400 hingga 1000 tahun lagi untuk menjadi lebih cerdas dan dewasa lagi dalam cara beragamanya. Harus sabaaaaarrrrr..! (MZ)
Salam Waras
Ciri-ciri meraka adalah sebagai berikut :
1. Tiap komen dikit-dikit selalu bawa ayat seolah mereka orang yang paling suci dan benar.
2. Siapapun yang tidak sependapat dengannya langsung divonis kafir, sesat, liberal, ateis, syiah, pki, , yahudi, kristen, antek asing dsb.
3. Fasih mengucapkan kata-kata kasar seperti goblok, anjing, babi, monyet, setan, penjilat pantat dll.
4. IQ di bawah rata-rata, tidak memiliki kemampuan dalam berargumen, gagal menyajikan data dan fakta, tidak mampu menganalisa dan cara debatnya hanya itu-itu saja.
5. Tidak punya selera humor, mereka hanya bisa tertawa ketika menghakimi, menghina dan memvonis orang.
6. Kalau kehabisan akal ketika adu argumen, mereka akan mengeluarkan kata-kata dan logika yang nggak nyambung.
7. Selalu mengatakan yang tidak sependapat dengan mereka adalah pemecah belah umat Islam dan musuh Islam.
8. Selalu curiga dan menyalahkan pihak lain tapi minim instropeksi serta selalu merasa kelompoknya dizalimi.
9. Selalu menganggap bahwa semuanya adalah karena konspirasi asing, zionis, amerika, yahudi, kristen, media kafir dan lain-lain.
10. Tidak mau menerima kritik dan menuding kritik sebagai anti Islam.
11. Gemar menghina dan merendahkan ulama yang tidak sepaham dengan mereka tapi akan ngamuk kalo ulama mereka dikritik.
12. Mereka anti perbedaan, anti keragaman, anti kritik dan menganggap Pancasila dan demokrasi adalah haram serta ingin mendirikan Negara Agama sendiri.
13. Rasis dan selalu tebar kebencian berdasar SARA.
14. Mereka juga suka sekali tebar hoax, fitnah dan berita bohong untuk mencapai tujuan mereka.
15. Percuma diskusi dengan mereka karena mereka sudah tidak bisa diajak berdiskusi secara santun dan sehat karena akal sehat dan hati nurani mereka sudah tidak berfungsi normal lagi.
Selain itu sebagian besar mereka juga adalah pembenci Jokowi dan Ahok serta pemuja Erdogan, Jonru dan Rezek Brizik. Saat ada yang dianggap menghina mereka akan teriak “ Bunuh, penggal, halal darahnya, tangkap, penjarakan !!!
Tapi mereka memuja dan membela preman jalanan Rezek Brizik yang pernah mengatakan :
1. ISIS adalah saudara kita.
2. Haram hukumnya menghujat dan mengutuk ISIS.
3. Bunuh pendeta dan orang Kristen Tolikara.
4. Bunuh Ahok.
5. Bakar Balai Kota DKI.
6. Jokodok (Jokowi) antek PKI.
7. Pancasila Sukarno letaknya ada di pantat.
8. Rebut dan ambil alih Istana Negara.
Saat membaca komen dari mereka kadang saya merasa sedang ada di Afghanistan, Irak atau Suriah dan lupa kalo ini sedang terjadi di Indonesia. Saya sering ketawa geli saat membaca komen mereka tapi pada saat yang sama saya juga bersedih. Kok malang sekali nasib bangsa ini.
Apa yang akan terjadi jika mereka semakin banyak di negeri ini?
Di saat bangsa-bangsa lain sudah terbang melesat ke depan kenapa kok bangsa kita malah semakin ngesot dan mundur ke belakang? Mereka sangat bangga dengan dirinya tanpa sadar bahwa banyak orang yang ternyata mentertawakan kekonyolannya. Ternyata benar bahwa mereka masih butuh waktu 400 hingga 1000 tahun lagi untuk menjadi lebih cerdas dan dewasa lagi dalam cara beragamanya. Harus sabaaaaarrrrr..! (MZ)
Salam Waras
Komentar
Posting Komentar