Kiat Sukses Miracle Hadapi Tantangan Era Digital Revolusi Industri 4.0
Dan 6 Tantangan Besar dalam Industri Retail dan Solusi untuk Menghadapinya
Kiat Sukses Miracle Hadapi Tantangan Era Digital Revolusi Industri 4.0
Memasuki revolusi industri 4.0 atau era digitalisasi secara fundamental mengubah kehidupan sosial masyarakat dalam lingkungan domestik hingga mondial. Industri 4.0 ini pun telah menyeret industri estetika memasuki era Beauty 4.0, seperti salah satunya adalah Miracle Aesthetic Clinic.
Era digitalisasi ini membawa perubahan pada cara hidup, kerja, dan pola hubungan antarmanusia dalam aspek kehidupan masyarakat. Didukung dengan kemajuan teknologi yang tinggi, dunia digital mengintegrasikan dunia fisik dan virtual dengan koneksi internet yang menghubungkan ke media sosial. Jaringan sosial ini tumbuh kuat dalam komunitas, membentuk jaringan sosial.
Media sosial membawa atmosfer perubahan dalam kehidupan masyarakat, mengubah perilaku, tuntutan, dan minat. Faktor inilah yang melatarbelakangi terjadinya transformasi terhadap paradigma dan perilaku masyarakat, menimbulkan tuntutan, dan menciptakan tren baru, membawa evolusi dì berbagai bidang industri.
Industri estetika sendiri mengalami perkembangan pesat dengan perubahan yang cepat. Bila dilihat dari beberapa tahun ke belakang, mulai tuntutan konsumen akan hasil perawatan yang instan, wajah v-shape hingga tren anti-aging telah mewarnai industri ini. Tahun lalu, keinginan untuk memiliki tampilan wajah yang lebih baik dan cantik membuat beauty transformation menjadi tren yang populer.
Dalam acara "Aesthetic Outlook 2019: The Turn-around paradigm of Beauty 4.0", yang digelar Miracle Aesthetic Clinic Group
Lanny Juniarti, Founder dan President Director Miracle Aesthetic Clinic Group mengatakan, "Era digital telah memberi dampak yang besar pada industri estetika secara global. Di industri estetika, fenomena tren timbul karena pengaruh dari perkembangan teknologi dan media sosial. Industri 4.0 ini pun menyeret industri estetika memasuki era Beauty 4.0."
Seperti halnya revolusi industri yang berkembang dan mengalami perubahan dari industri 1.0 menuju 4.0, industri kecantikan juga mengalami revolusi. Pada Beauty 1.0, konsep perawatan fokus hanya pada satu dimensi, yaitu dokter menggunakan apa yang disebut dengan golden ratio. Sudut pandang dokterlah yang menentukan perawatan terbaik bagi pelanggan.
Kemudian pada Beauty 2.0, masyarakat menginginkan tampilan wajah dengan perfect look, namun tetap memiliki keaslian, versi terbaik dari dirinya, tidak menjadi diri orang lain. Sedangkan era Beauty 3.0, tuntutan masyarakat kian berkembang. Mereka tidak sekadar ingin menyempurnakan tampilan wajah, namun perawatan kecantikan dapat meningkatkan rasa percaya diri mereka.
“Internet khususnya media sosial membawa atmosfer perubahan dalam kehidupan masyarakat, mengubah perilaku, tuntutan, dan minat,”ujarnya Lanny.
Faktor-faktor itulah yang melatarbelakangi terjadinya transformasi terhadap paradigma dan perilaku masyarakat, menimbulkan tuntutan, dan menciptakan tren baru, membawa evolusi dì berbagai bidang industry.
Dr. Lanny juga menambahkan, “Beberapa tahun yang lalu, dokter akan memberikan arahan mana perawatanyang tepat bagi klien, namun seiring berjalannya waktu, mereka juga mempunyai keinginan untuk mengikuti tren yang sedang terjadi.
Sebagai seorang ahli di bidang estetik, kami harus dapat menyarankan perawatan apa yang tepat, untuk memenuhi apa yang menjadi keinginan klien, dengan tetap memilki kekhasan tampilan wajahnya, menjadi versi terbaik dari dirinya. Sehingga rasa percaya diri mereka semakin bertambah.
Namun tidak cukup sampai disitu saja, juga perlu memahami juga apakah perwatan kecantikan yang dilakukan dapat memberikan dampak yang baik pada kehidupan sosial mereka. Jangan sampai, misalnya wajah pelanggan malah menjadi bahan hujatan orang lain, seperti tidak proporsional maupun terlihat aneh.
Seperti halnya revolusi industri yang berkembang dan mengalami perubahan dari industri 1.0 menuju 4.0, industri kecantikan juga mengalami revolusi. Pada Beauty 1.0, konsep perawatan fokus hanya pada satu dimensi, yaitu dokter menggunakan apa yang disebut dengan golden ratio. Sudut pandang dokterlah yang menentukan perawatan terbaik bagi pelanggan.
Kemudian pada Beauty 2.0, masyarakat menginginkan tampilan wajah dengan perfect look, namun tetap memiliki keaslian, versi terbaik dari dirinya, tidak menjadi diri orang lain. Sedangkan era Beauty 3.0, tuntutan masyarakat kian berkembang. Mereka tidak sekadar ingin menyempurnakan tampilan wajah, namun perawatan kecantikan dapat meningkatkan rasa percaya diri mereka.
Dr.Lanny mempertegas bahwa, “Goal dari Beauty 4.0, bagaimana para praktisi dapat memenuhi keempat dimensi tersebut merupakan sebuah tantangan. Bagaimana kita menyempurnakan tampilan wajah sesuai versi terbaiknya, namun tetap terlihat natural, sehingga dapat meningkatkan rasa percaya diri dan memberi dampak positif bagi mereka saat berinteraksi dengan orang lain.
“Hasil perawatan yang kita lakukan harus dapat memberikan kualitas kehidupan yang lebih baik bagi kehidupan sosial mereka,”tutupnya.
Alvin Pratama
6 Tantangan Besar dalam Industri Retail dan Solusi untuk Menghadapinya
Industri retail terus mengalami perubahan di setiap tahun dan selalu saja ada tantangan baru yang harus dihadapi oleh para pemain dalam industri yang kompetitif ini. Sejak tahun 2017, ada banyak perusahaan retail besar yang gulung tikar dan mungkin fenomena ini juga akan tetap berlanjut di tahun ini. Di Indonesia sendiri, pada tahun lalu sudah ada beberapa perusahaan retail terkenal yang memutuskan untuk menutup toko-toko mereka, di antaranya yakni Debenhams, Lotus, dan 7-Eleven. Fenomena ini memang terkesan menakutkan, akan tetapi ini bukanlah akhir dari bisnis retail.
Meskipun kita menyaksikan beberapa perusahaan retail besar yang telah bangkrut, tetapi masih ada banyak perusahaan retail lainnya yang berhasil bertahan dan bahkan semakin mengembangkan bisnis mereka. Mereka telah terbukti mampu menghadapi berbagai tantangan utama dalam industri ini. Lalu, apa saja tantangan yang biasa dihadapi oleh pemain bisnis retail? Berikut ini adalah enam tantangan besar dalam industri retail dan solusi untuk menghadapinya yang kami rangkum dari berbagai artikel bisnis ternama.
1. Mengikuti Permintaan Konsumen yang Berubah-Ubah
Preferensi konsumen akan selalu berubah-ubah, bahkan terkadang lebih cepat dari yang Anda bayangkan. Sebagai pemilik bisnis retail, Anda harus bisa mengikuti trend di setiap musim dan kebiasaan belanja konsumen. Anda tidak perlu mengubah produk-produk Anda secara total di setiap musim, Anda hanya perlu menambahkan sentuhan yang berbeda pada produk Anda sesuai dengan trend saat itu. Singkatnya, Anda tidak boleh lupa berinovasi pada produk-produk Anda!
2. Mempertahankan Loyalitas Pelanggan
Pengalaman pelanggan yang baik merupakan faktor utama dalam menciptakan loyalitas pelanggan terhadap brand. Salah satu kesalahan umum yang dilakukan oleh retailer adalah membiarkan pelanggan lamanya pergi dan berpikir bahwa mereka bisa mudah menggantinya dengan pelanggan-pelanggan baru. Pola pikir seperti ini bisa membuat perusahaan Anda sulit bertahan lama.
Promosi dan penawaran khusus masih menjadi metode andalan pebisnis retail untuk menciptakan pengalaman pelanggan yang baik. Akan tetapi, kunci utamanya sebenarnya ada pada personalisasi. Untuk membuat pelanggan Anda loyal, Anda perlu mendekati mereka secara personal, misalnya dengan mengirimkan SMS dan email yang telah disesuaikan dengan preferensi dan kebutuhan mereka. Sistem CRM bisa membantu Anda menyimpan data lengkap pelanggan Anda dan membantu mengirim email marketing yang dipersonalisasi secara lebih mudah.
3. Mengelola Komunikasi Internal
Bisnis retail memiliki operasi yang lumayan kompleks dan mengelola komunikasi internalnya bukanlah pekerjaan yang mudah. Tantangan ini terutama dihadapi oleh perusahaan retail berskala besar yang memiliki banyak divisi. Komunikasi yang tidak efisien antar divisi bisa menghambat kelancaran operasi bisnis retail.
Pebisnis retail harus memiliki suatu sistem untuk menyederhanakan proses komunikasi internalnya. Sistem ERP bisa menjadi solusi yang tepat untuk mengelola komunikasi internal dalam perusahaan retail. Perangkat lunak ini memudahkan Anda memusatkan seluruh operasi bisnis Anda dalam satu sistem, melihat laporan real-time yang lengkap dari setiap divisi, memberikan tugas kepada staf yang tepat secara otomatis, dan memastikan seluruh proses berjalan dengan semestinya.
4. Meningkatkan Kinerja Staf
Retail merupakan salah satu industri dengan tingkat pergantian karyawan yang paling tinggi. Inilah mengapa meningkatkan kinerja staf adalah salah satu tantangan terberat dalam industri retail. Sementara itu, mengganti staf lama dengan yang baru membutuhkan tenaga dan biaya yang yang tidak sedikit.
Solusi untuk menghadapi tantangan ini adalah dengan meningkatkan keterlibatan karyawan dalam perusahaan Anda. Sebagai pemimpin, Anda harus bisa menjadi contoh yang baik bagi karyawan Anda. Berikan pelatihan secara berkala untuk mengoptimalkan kompetensi mereka. Untuk memudahkan Anda menggali potensi dan mempertahankan staf Anda, pertimbangkan untuk menggunakan bantuan solusi otomatis seperti sistem manajemen HR atau sistem manajemen kompetensi.
5. Berpacu dengan Era Digital
Perilaku konsumen berubah dengan sangat cepat. Kini dengan semakin meningkatnya pertumbuhan eCommerce, konsumen lebih punya banyak pilihan sebelum membuat keputusan pembelian. Meskipun kehadiran eCommerce memiliki efek pada perubahan perilaku konsumen, tetapi penelitian membuktikan bahwa konsumen tetap suka melakukan pembelian untuk sebagian besar produk di toko fisik. Mereka biasanya menggunakan internet untuk mencari informasi seputar produk dan membandingkan harganya, tetapi pada akhirnya akan tetap membelinya secara offline.
Seharusnya, fenomena pertumbuhan eCommerce tidak dianggap sebagai ancaman bagi pebisnis retail, melainkan sebagai peluang. Anda bisa menggabungkan bisnis Anda secara online dan offline. Forbes mengatakan bahwa tingkat penjualan perusahaan retail yang memiliki website lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak. Pemasaran omnichannel bisa membantu Anda menjangkau audience yang lebih luas. Mudahkan konsumen dalam mencari informasi dan melakukan pemesanan untuk produk Anda melalui solusi eCommerce dan optimalkan dengan memasarkan produk Anda di mesin pencarian dan media sosial.
6. Menemukan Solusi Teknologi Terbaik untuk Industri Retail
Kini sudah ada banyak teknologi yang dikembangkan untuk berbagai bisnis. Harga dan manfaat yang ditawarkan juga bermacam-macam. Pengusaha retail mencari solusi otomatis terbaik untuk menyederhanakan proses bisnis mereka dan sering kali pilihan mereka jatuh kepada produk yang salah. Mengapa ini bisa terjadi?
Pertama, produk yang dipilih tidak dibuat khusus untuk industri retail sehingga tidak dapat benar-benar bisa membantu mengatasi masalah yang dihadapi oleh pebisnis retail. Kedua, produk yang dipilih sangat sulit untuk diimplementasikan sehingga bukannya memudahkan, malah justru membingungkan. Berinvestasi pada teknologi yang salah hanya akan menghambur-hamburkan uang perusahaan.
Sebaiknya, Anda memilih sistem yang memang dibuat khusus untuk membantu Anda mengotomatiskan seluruh aktivitas dalam bisnis retail, seperti pengelolaan inventaris, pemasaran, pengontrolan pembelian, penanganan prospek dan pelanggan, dan lain-lain. Selain mudah digunakan, software yang Anda pilih sebaiknya juga memberikan kemudahan integrasi dengan sistem-sistem lainnya, misalnya integrasi dengan barcode, POS, dan lain-lain. Yang paling penting, Anda harus memahami kebutuhan Anda dengan sangat baik sehingga ini akan mempercepat Anda menemukan software yang tepat dan membantu Anda mengatur budget dengan lebih bijak.
Komentar
Posting Komentar