http://edukasi.kompasiana.com/2012/05/14/wasiat-untuk-hidup-hemat/
beberapa waktu lalu saya seach di google menemukan ini http://news.detik.com/read/2012/05/10/210639/1914481/608/ninasapti-partowidagdo-jalankan-wasiat-hidup-hemat-sang-suami?.
Pesan apa yang bisa kita petik ?
Sudah jamak kebanyakan keluarga Indonesia, terutama perantauan - entah merantau antar kota, antar propinsi, antar pulau, maupun bahkan lintas negara-, beliau-beliau dengan cara mereka masing-masing akan berusaha sedemikian rupa agar tidak besar pasak dari pada tiang. Maksudnya tentu masih ada selisih pengghasilan yang bisa di sisihkan untuk di tabung,bahkan untuk investasi di masa mendatang.
Era tahun 2000-an ekonomi mulai membaik, walaupun dengan berbagai hasil variannya dengan tiap-tiap tahun pemerintah,semacam BPS, Bank Dunia dan semacamnya selalu melaporkan hasil-hasil pertumbuhan ekonomi membawa dampak terhadap ekomoni keluarga dan pola hidup dari masing-masing kita, keluarga kita, masyarakat kita.
Salah satunya adalah pola hidup komsumtif kita, masyarakat kita. Sebagian dari kita, penghasilan sudah habis untuk komsumsi dan kebutuhan remeh-temeh sekalipun suami istri bekerja.Maka pesan untuk hidup hemat rasa-rasanya layak untuk kita ketengahkan di tengah-tengah ketidak pastian kenaikan harga BBM ini to? Pemerintah rasanya kedodoran dalam hal BBM ini, maka tidak ada salahnya bahwa kita sebagai masyarakat bangsa ini ikut berpartisipasi dalam hal penghematan, salah satunya dalam hal penggunaan BBM, misalnya dengan jalan kaki kalau jarak yang kita tuju hanya dekat, macan pak Dahlan Iskan; bersepeda kalau agak jauh-sekalian olah raga tentunya, dan seterusnya. Bagi ibu-ibu sesekali bolehlah berbelanja ke pasar tradisional hitung-hitung sambil bersosaslisasi dengan masyarakat sekitar untuk bisa mengghemat beberapa rupiah agar bisa di sisihkan untuk di tabung.
Kembali ke sebagian dari kita warga perantauan, sebenarnya telah kita amini bersama bahwa warga JABODETABEK ini awalnya adalah perantauan. Dengan etos kerja yang sedemikian rupa dan berkat kegigihannya dalam berhemat menjadikan kemampuan ekonominya merangkak naik. Cuma barangkali ketika ekonomi kita telah baik, hal-hal positif dari apa-apa yang kita miliki semacam, perilaku hemat, gemar menabung,berivestasi,membuat jejaring dengan kawan-kawan dan saudara-saudara semacam arisan,koperasi,tabungan bersama, undangan hajata, dll lupa kita ajarkan kepada anak-anak kita, sehingga perilaku konsumtif anak kita semakin menjadi-jadi.
Pola hidup hemat yang di ungkapkan Ibu Ninasapti Partowidagdo layak kita ajarkan kepada anak-anak kita agar menajdi generasi emas seperti gerakan MENDIKNAS kemarin di Jln. Sudirman dalam acara ulang tahunnya.
beberapa waktu lalu saya seach di google menemukan ini http://news.detik.com/read/2012/05/10/210639/1914481/608/ninasapti-partowidagdo-jalankan-wasiat-hidup-hemat-sang-suami?.
Pesan apa yang bisa kita petik ?
Sudah jamak kebanyakan keluarga Indonesia, terutama perantauan - entah merantau antar kota, antar propinsi, antar pulau, maupun bahkan lintas negara-, beliau-beliau dengan cara mereka masing-masing akan berusaha sedemikian rupa agar tidak besar pasak dari pada tiang. Maksudnya tentu masih ada selisih pengghasilan yang bisa di sisihkan untuk di tabung,bahkan untuk investasi di masa mendatang.
Era tahun 2000-an ekonomi mulai membaik, walaupun dengan berbagai hasil variannya dengan tiap-tiap tahun pemerintah,semacam BPS, Bank Dunia dan semacamnya selalu melaporkan hasil-hasil pertumbuhan ekonomi membawa dampak terhadap ekomoni keluarga dan pola hidup dari masing-masing kita, keluarga kita, masyarakat kita.
Salah satunya adalah pola hidup komsumtif kita, masyarakat kita. Sebagian dari kita, penghasilan sudah habis untuk komsumsi dan kebutuhan remeh-temeh sekalipun suami istri bekerja.Maka pesan untuk hidup hemat rasa-rasanya layak untuk kita ketengahkan di tengah-tengah ketidak pastian kenaikan harga BBM ini to? Pemerintah rasanya kedodoran dalam hal BBM ini, maka tidak ada salahnya bahwa kita sebagai masyarakat bangsa ini ikut berpartisipasi dalam hal penghematan, salah satunya dalam hal penggunaan BBM, misalnya dengan jalan kaki kalau jarak yang kita tuju hanya dekat, macan pak Dahlan Iskan; bersepeda kalau agak jauh-sekalian olah raga tentunya, dan seterusnya. Bagi ibu-ibu sesekali bolehlah berbelanja ke pasar tradisional hitung-hitung sambil bersosaslisasi dengan masyarakat sekitar untuk bisa mengghemat beberapa rupiah agar bisa di sisihkan untuk di tabung.
Kembali ke sebagian dari kita warga perantauan, sebenarnya telah kita amini bersama bahwa warga JABODETABEK ini awalnya adalah perantauan. Dengan etos kerja yang sedemikian rupa dan berkat kegigihannya dalam berhemat menjadikan kemampuan ekonominya merangkak naik. Cuma barangkali ketika ekonomi kita telah baik, hal-hal positif dari apa-apa yang kita miliki semacam, perilaku hemat, gemar menabung,berivestasi,membuat jejaring dengan kawan-kawan dan saudara-saudara semacam arisan,koperasi,tabungan bersama, undangan hajata, dll lupa kita ajarkan kepada anak-anak kita, sehingga perilaku konsumtif anak kita semakin menjadi-jadi.
Pola hidup hemat yang di ungkapkan Ibu Ninasapti Partowidagdo layak kita ajarkan kepada anak-anak kita agar menajdi generasi emas seperti gerakan MENDIKNAS kemarin di Jln. Sudirman dalam acara ulang tahunnya.
Komentar
Posting Komentar