TENTANG DAHLAN ISKAN
Setelah sekian lama menjabat sebagai Menteri BUMN, dan masa RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) BUMN lewat, terlihat bahwa Board of Directors (BoD) atau para direksi BUMN yang terpilih ternyata tidak ada yang berkualifikasi dream team seperti yang pernah disuarakan oleh Dahlan Iskan. Para direksi BUMN sekarang ini biasa-biasa saja, kecuali direksi-direksi top pilihan beberapa Menteri BUMN terdahulu yang berhasil melakukan turnaround BUMN merugi. BoD temuan atau pilihan Dahlan Iskan yang kategori dream team tidak ada.
Bahkan untuk Dewan Komisaris, malah banyak yang masih merangkap jabatan sebagai PNS eselon satu dan yang lainnya. Tidak ada assessment kredibel untuk menilai apakah ybs akan memberikan kontribusi signifikan untuk pengembangan perusahaan, adanya konflik kepentingan, atau waktu yang tidak memadai untuk BUMN itu. Keputusan hanya dilakukan dengan gut feeling, intuisi, tidak ada evaluasi terstruktur. Bukti nyatanya, Deni Indrayana menolak pada saat dia ditunjuk menjadi komisaris sebuah BUMN beberapa bulan yang lalu. Jelas kalau waktu tidak memadai, hasilnya hanya pasang nama dan menerima gaji. Buktinya lagi, tidak ada KPI yang jelas yang dipublikasikan terhadap kriteria keberhasilan para komisaris itu. Dalam perusahaan dengan manajemen modern dan perusahaan publik, ketiadaan KPI yang jelas bukan bukti sebuah good corporate governance.
Bahkan beberapa veteran bisnis yang sudah “kehabisan energi” malah dipasang sebagai komisaris. Apa tidak ada orang lain yang lebih muda dan energik yang bisa ditugaskan? Kalau yang dipakai hanya nostalgia pebisnis itu di masa lalu, apa akan efektif? Tantangan dunia usaha dan ekonomi sudah berbeda. Jaman sudah berganti. Lagipula, mendingan menugaskan orang yang masih energik. Sayang sekali …..
Terlihat bahwa Dahlan Iskan hanya ke sana kemari, tidak ada sistem. Blackberry diandalkan sebagai media komunikasi utama untuk berkoordinasi dengan jajarannya. Saya tidak ingin menyebutnya konyol, tapi terlalu menyederhanakan persoalan kalau BBM dipakai sebagai backbone (tulang punggung) bisnis yang nilainya ribuan trilyun.
Secara sistematika dan strategi, Dahlan Iskan kalah jauh dari Sofyan Djalil, Menteri BUMN terdahulu. Sofyan Djalil adalah peletak sistem di Kementerian BUMN. Dia membuat sistem menjadi rapi. Sofyan Djalil juga lah yang menemukan para Presdir top di BUMN dan membuat banyak BUMN menjadi perusahaan unggulan. Ini kelemahan SBY juga yang tidak bisa memilih putera-puteri bangsa terbaik. Yang unggulan malah tidak dipilih/diteruskan, yang tidak unggulan malah dipilih.
Pendekatan Dahlan Iskan untuk akusisi BUMN merugi oleh BUMN lain yang sudah untung juga bisa dilakukan semua orang. Bukan orang top pun bisa kalau hanya meleburkan BUMN rugi ke BUMN lain yang untung karena aksi korporasi seperti ini tidak membuat BUMN yang tadinya rugi menjadi untung. Hanya membuat kerugiannya menjadi tidak kelihatan karena sudah menjadi satu dengan BUMN lainnya.
Hasil Dahlan Iskan di PLN juga tidak nyata. Lagi-lagi lihatlah proyek pembangkit listrik 10.000 MW tahap pertama yang diawali oleh Jusuf Kalla. Mulai dari Dahlan Iskan menjabat Dirut PLN sampai lengser, bahkan sampai sekarang, proyek itu belum tuntas. Apakah PLN menjadi lebih baik? Perhatikan deh pertandingan Persebaya lawan QPR beberapa hari yang lalu ……. lampu stadion mati !
Jangan-jangan ada ambisi ybs untuk menjadi presiden di 2014? Tidak pas deh kalau gaya seperti ini menjadi presiden. Kalau menjadi bahan berita harian mungkin bagus karena ide-idenya lain dari pejabat lain. Tapi “asal lain” bukan bukti sebuah keberhasilan.
Ide mobil listrik juga hanya menyalin ide Jokowi dengan mobil SMK-nya. Mobil SMK yang menjadi fenomena kemudian dicontoh menjadi mobil listrik. Saya tahu ini hanya kejadian sesaat, yang sebentar lagi ybs juga bosan dan ditinggalkan! Meskipun dikatakan bahwa mobil listrik akan diproduksi masal, tapi tanpa ada sistem yang baik, mana mungkin? Meskipun dikatakan bahwa mobil listrik akan diproduksi masal, kalimat ini hanya untuk kosumsi berita sesaat saja untuk memanaskan popularitas.
Sebaiknya Dahlan Iskan fokus saja membuat sistem yang baik di Kementerian BUMN. Dia akan meninggalkan legacy yang lebih bermanfaat buat bangsa daripada seperti sekarang yang kesana kemari, kesannya mencari diri menjadi subyek berita setiap hari. Jangan seperti sekarang yang hanya mengandalakan individu dia dengan backboneBBM. Ini jelas bukan sistem yang tertata. High profile itu tidak selalu perlu, yang lebih penting adalah hasil pekerjaan utama.
Tulisan ini tidak untuk mendiskreditkan Dahlan Iskan. Tapi penulis merasa sayang dan merasa perlu mengingatkan bahwa ada pekerjaan utama yang sangat penting yang harus dilakukan. Dan ada sistem yang perlu ditata dan dibangun di Kementerian BUMN. Kita tidak bisa mengasumsikan bahwa Kementerian BUMN sudah bagus saat ini, karena masih banyak juga perusahaan yang merugi, dan pelayanan publik di BUMn juga masih sangat kurang.
LELAKI PENUH INSPIRASI
Lelaki Inspiratif, Dahlan Iskan
Membaca tulisan Bapak Dahlan Iskan di blognya Catatan Dahlan Iskan , saya merasakan ada aura perubahan yang luar biasa, aura untuk perubahan yang dia lakukan untuk bangsa ini. Banyak hal-hal “feodal” yang dia lewati untuk melakukan perubahan, seperti Sidak, Kegiatan Seremonial, dll. Untuk sidak, dia tak melakukan pemberitahuan sebelumnya. Sehingga begitu dia datang, yang ada adalah kegiatan sehari-hari yang berlangsung tanpa ada rekayasa dari pihak yang didatangi.
Banyak cerita yang sebetulnya sederhana untuk ditangani, seperti masalah garam. Mengapa sampai garam saja bangsa ini masih import. Padahal di Maduran dan NTT potensinya luar biasa. Dengan Tataran Actionlah, masalah garam dalam hitungan 1-2 tahun selesai.
Saya sempat beberapa puluh kali melihat kegiatan yang diadakan oleh instansi tertentu yang akan didatangi oleh pihak kabupaten, provinsi bahkan sekelas menteri. Sebelum kedatangan mereka, pihak panitia merekayasa kegiatan, entah jalan atau daerah sekitar yang dipermak mendekati hari H. Tetapi begitu selesai, tempat seperti itu sudah balik ke habibatnya semula. Bila budaya seperti ini dapat dilewati akan banyak dana yang bisa dihemat.
Negara kita bisa bangkit dari keterpurukan dalam waktu cepat, bila lahir puluhan “Dahlan Iskan” yang baru dalam Tataran Action, bukan lagi sekedar ide. Kalau “Tataran Ide” sudah banyak di negeri ini, bahkan sudah di atas angka ribuan ide. Yang kita butuhkan bukan lagi ide, tapi action untuk negera “Sehebat Indonesia ”.
Sekali lagi, membaca tulisan-tulisan dan tataran actionnya membuka harapan baru dan semangat baru buat negeri yang bernama Indonesia . Negeri tanah airku dan tentunya negeri kita semua,,,
Dahlan Iskan (KOMPAS)
Bila perang kerap melahirkan pahlawan, maka musibah juga bisa memunculkan wartawan jempolan .
Entah apa yang mengendap di benak Menteri BUMN Dahlan Iskan ketika menyimak berita jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 belum lama ini yang mengakibatkan puluhan orang jadi korban. Mungkin ia tak habis pikir: Mengapa pesawat yang konon sudah dibikin sedemikian canggih tidak bisa menaklukkan dirgantara Indonesia ?
Tapi mungkin juga Dahlan Iskan menerawang jauh. Bisa jadi ia teringat suatu masa ketika Tampomas tenggelam dan mengakibatkan ratusan nyawa melawang.
Hemmm…. Pernah dengar Tampomas? Kalau Anda penyuka lagu-lagunya Iwan Fals, Anda nggak bakal asing dengan nama itu. Ya, Tampomas, atau lebih tepatnya Tampomas II, adalah nama kapal bekas yang tenggelam pada 25 Januari 1981 di sekitar Kepulauan Masalembo, Jawa Timur. Kapal itu berlayar dari Jakarta menuju Ujungpandang.
Dua hari terbakar di tengah laut, kapal made in Japan itu akhirnya karam. Lebih dari 400 nyawa melayang. Bahkan ada yang menyebut jumlah korban tewas mencapai 666 orang, termasuk nahkoda Abdul Rivai.
Saat kecelakaan maut itu terjadi, Dahlan Iskan berada di Surabaya . Kala itu ia mengepalai Biro Tempo Jawa Timur. Kemudian datanglah penugasan dari Jakarta untuk meliput peristiwa itu secara langsung.
Menumpang kapal motor Sangihe—kapal yang pertama dipakai untuk mengevakuasi penumpang Tampomas—Dahlan menjadi satu-satunya wartawan yang meliput langsung musibah itu karena akses ke lokasi kejadian memang cukup sulit. Tiga hari tiga malam, ia mengumpulkan cerita terperinci untuk merekonstruksi tenggelamnya Tampomas.
Di atas Sangihe, dengan bau mayat yang menyengat, Dahlan Iskan mewawancarai hampir seluruh awak kapal. Ia juga berhasil mendapatkan foto-foto kebakaran di Tampomas. Foto-foto itu adalah hasil jepretan awak Sanghie. Tidak hanya itu, Dahlan Iskan pun mewawancarai para korban selamat yang dirawat di rumah sakit setempat.
“Rajutan ceritanya yang dimuat di edisi 7 Februari 1981 begitu hidup. Membaca tulisan Dahlan laksana berada di lokasi kejadian. Suasana tegang dan cemas begitu terasa,” demikian pujian atas karya jurnalistik Dahlan Iskan, sebagaimana tertulis di buku “Cerita di Balik Dapur Tempo: 40 Tahun (1971-2011)”.
Pemimpin Redaksi Tempo kala itu, Goenawan Mohamad, mengakui dahsyatnya reportase Dahlan. “Dahlan wartawan hebat,” kata empunya Catatan Pinggir yang terkenal lebih sering mengritik ketimbang memuji itu.
Hasil kerja Dahlan Iskan terus dikenang hingga kini. Laporan tenggelamnya Tampomas II bahkan disebut-sebut sebagai akar investigasi ala majalah Tempo.
Jadi, begitulah, nama Dahlan Iskan kian berkibar gara-gara musibah tenggelamnya Tampomas yang membuat ratusan orang tewas. Setelah itu ia makin dikenal sebagai wartawan andal sekaligus pebisnis ulung. Berkat kepiwaiannya, ia dipercaya untuk memimpin Jawa Pos. Koran kecil di Surabaya pada era 1980-an itu kini menjelma menjadi salah satu grup media terbesar di Indonesia . Bukan hanya berbentuk koran, produk grup Jawa Pos meliputi juga majalah, tabloid, situs internet, stasiun televisi, bahkan event organizer.
Hingga kini nasib pilot dan penumpang Sukhoi Superjet 100 masih simpang siur. Banyak wartawan yang meliput. Apakah peristiwa besar itu bakal melahirkan wartawan besar seperti Dahlan Iskan?
Rawamangun, 11 Mei 2012
http://media.kompasiana.com/mainstream-media/2012/05/11/ternyata-dahlan-iskan-%E2%80%98dibesarkan%E2%80%99-oleh-kecelakaan-maut/
Cerita Dahlan Iskan Pakai Sepatu Sopirnya
Saat Anda membaca cerita ini tentang Dahlan Iskan, Menteri Negara BUMN rela dan ikhlas memakai sepatu dari sopirnya yang bernama Handoko. Dari sepatu kets ke sepatu fantovel, “Saya memang suka pakai sepatu kets dari sejak jadi demosntran dulu saat mahasiswa, jurnalis atau di lingkungan media. Sepatu saya ini adalah DI-Demi Indonesia 19. Itu artinya Bismillahirrahmanirrahim yang berjumlah 19 huruf,” celetuk Dahlan yang tertawa renyah saat ditanya oleh Tina Talisa saat acara Teras Tina Talisa di stasiun TV Swasta Indosiar.
Sesaat sebelumnya Tina pun agak nyeleneh dan menantang Dahlan Iskan dengan untuk mempertontonkan cara dia marah dengan melempar kursi saat ngamuk saat pintu tol masih tertutup jam 06 lewat. Ia akui menyayangkan dan menyesal dan ia ambil lagi kursi itu karena saat pintu tol ia buka pasti menghalangi laju mobil yang akan melintas. “Terus terang saya ambil lagi kursi itu dan saya kembalikan ke posisinya dan langsung menelpon Dirut Jasa Marga untuk tidak memarahi apalagi memecat petugas tol yang sedang bertugas saat itu,” jelasnya sambil mempraktekkan cara ia marah dan melempar kursi lalu mengambilnya lagi.
Lalu Tina pun bertanya dengan para mahasiswa yang menyaksikan langsung di studio, memang Handoko lebih tampan dengan memakai semi safari dengan warna yang sama kemeja dan celana dengan sepatu fantovel. Sementara Dahlan hanya berkemeja putih lengan panjang yang ia gulung selengan dan bercelana kain hitam dan bersepatu kets.
Jujur, seluruh hadirin di studio termasuk Tina melihat Handoko, sang sopir lebih ganteng dari majikan. “Jangan-jangan orang yang melihatnya bisa tertukar mana yang boss dan mana yang sopir yah pak ?” seloroh Tina sambil mengerling ke Dahlan yang terkekeh- kekeh.
Saat Tina meminta agar sepatu kets Dahlan dicopot dan memakai sepatu fantovel dari sang sopir, ia pun tak tanggung-tanggung dan berfikir dua kali lalu membuka sepatunya dan bertukar memakai fantovel sangh sopir. Penulis pun tertegun dan bangga bercampur haru dengan keikhlasan dan kepolosan seorang Dahlan Iskan yang justeru lebih suka menjadi pengusaha daripada menteri dan menjawab Yes dan No apabila ada permintaan dirinya menjadi PRESIDEN Indonesia periode mendatang.
Ia tampil lugas di acara baru dan memang punya format unik. Dahlan Iskan dengan semangat menceritakan pengalamannya memakai mobil listrik dan bangga dengan kehadiran mobil itu. “Beberapa hari yang lalu memang saya sudah mencobanya untuk ke Bogor dan sempat mengisi baterai alias men-charge di daerah sentul setelah itu bolak balik sampai ke rumah tidak ada masalah.
Ini sudah hari yang ke-8 dan memang saya harus mencobanya apakah itu dengan rute yang panjang, saat macet, saat low batt jadi tidak ada istilah mogok karena tidak ada mesinnya atau jalan yang menungkik,” jelasnya
Lanjut ia jelaskan bahwa ada pendapat bahwa penggunaan listrik dengan hadirnya mobil listrik dianggap justeru pemborosan tapi menurut penjelasan pria humble yang ia akui dirinya tidak pintar karena pernah tinggal kelas. Pria yang apa adanya ini sudah berumur 61 tahun ini memang sudah tiba pukul 04.30 dan jam 05.00 sudah lari-lari pagi di kawasan monas dan itu memang dibuktikan oleh redaksi dan diakui oleh Tina Talisa yang memang hadir pada jam tersebut.
Penulis saat memang ingin meminta sumbangan untuk cetak buku Saya Bangga Jadi TKW-Catatan Inspiratif BMI Hong Kong dan bertandang ke kantornya sudah menunggu Dubes salah satu negara dan dari informasi dari satpam bahwa Dahlan memang sudah berada di kantor Shubuh dan setelah berolahraga dan mandi serta bersiap-siap menerima tamu.
Alhamdulillah saat menanti Dahlan Iskan setelah mengantar tamunya di bawah dan bergegas penulis menemuinya, senyum dan rangkulan langsung penulis rasakan dan bertanya ada apa saat tahu maksud dan tujuan ia pun setelah sampai di ruangan kerjanya menemui asisten pribadinya, Aziz untuk langsung membantu dan merealisasikan sumbangan yang diminta oleh penulis dan langsung terealisasi satu jam kemudian, amazing……!
Penulis pun dengan kesahajaannya tetap menganggap pantas dan realistis Dahlan Iskan menjadi kandidat Presiden RI mendatang dan wakilnya adalah JokoWi yang bersiap-siap mengikuti putaran kedua setelah putaran pertama berhasil menyingkirkan Foke rivalnya dengan angka cukup telak.
Acara masih berlangsung dan Dahlan terus bertutur tentang belum saatnya ia membaca buku Novel berjudul Sepatu Dahlan dan mungkin untuk beberapa Minggu ke depan baru ia baca.
Dahlan Iskan, menurut Anda………………?
LINK YANG INI SILAHKAN KUNJUNGI:
http://www.kompasiana.com/posts/tags/dahlan-iskan/
Komentar
Posting Komentar