http://wijayalabs.com/
INI SEBAGIAN TULISAN BELIAU:
Jokowi Dipuji, PKS Dimaki
Jokowi sedang dipuja-puji, dan PKS sedang dicaci-maki di sini. Hal itulah yang saya ketahui setelah berinteraksi di rumah sehat ini. Lucu juga yah! Jadi ingat sewaktu pak JK dipuja-puji di sini, dan ibu Megawati dicaci-maki. Namun dalam pemilihan presiden, ternyata ibu Megawati lebih populer daripada pak JK.
Itulah dinamika politik. Kita tidak pernah tahu pasti apa yang terjadi. Sama halnya ketika Jokowi mencalonkan diri menjadi gubernur DKI. Banyak orang yang ragu bahkan meragukan kemampuannya. Kampanye hitampun dibuat. Seolah-olah Jokowi tak memiliki kehebatan apapun. Jokowi dianggap orang yang harus dihambat karirnya agar tak maju menjadi orang nomor satu di DKI Jakarta.
Tapi politik terus berubah. Jokowi ternyata disukai media. Bukan karena Jokowi memiliki tim media yang tangguh, tetapi ini dikarenakan kepribadian Jokowi yang sangat sederhana. Banyak orang menulis tentangnya tanpa dibayar. Saya pun termasuk blogger yang menuliskan tentang Jokowi dan tanpa bayaran satu senpun.
PKS sedang dicaci-maki saat ini. Bisa jadi kondisi itu akan berubah seiring dengan dinamika politik di tanah air.
Teruslah berbuat kebaikan dan teruslah mengkampenyakan diri sebagai partai yang solid. Bila nanti di pengadilan ada kader atau mantan ketua PKS LHI tak bersalah, bisa jadi caci-maki itu menjadi pujian. PKS akan menjadi partai harapan. Partai yang diharapkan bangsa Indonesia dengan kejujurannya. Media pun lambat laun akan berpihak kepada partai ini.
Kita tentu tahu duit 4 milyar di dalam kardus yang menghebohkan. Duit itu diberikan kepada Nazarudin (mantan anggota DPR komisi III) atas perintah tersangka korupsi Djoko Susilo. Publik tentu marah besar ketika tahu bahwa masih ada korupsi di negeri ini, dan melibatkan partai besar di dalamnya. Kita ingin hukum ditegakkan seadil-adilnya. Koruptor harus dimiskinkan. Bukan semakin nyaman di penjara sana.
Namun, publik tiba-tiba diam ketika media tak mempersoalkannya. Publik justru malah bereaksi keras dengan PKS yang belum tentu bersalah. Inilah Indonesia, keadilan terkadang belum menyentuh semua kalangan. Apa yang dituliskan Yudhi Latif di koran kompas, 28 Mei 2013 tentang keadilan untuk PKS nampaknya hanya menjadi angin lalu buat KPK.
Semoga ini menjadi pembelajaran berharga buat bangsa ini.
Jokowi dipuji, PKS dimaki. Itulah yang terjadi saat ini. Kita lihat saja apa yang sesungguhnya terjadi. Partai besar dengan jumawa asyik bersantai ria. Kader-kadernya yang terduga korupsi masih menghirup udara segar dengan fasilitas mewahnya. Inilah wajah Indonesia.
Bahkan Susno Duaji yang sudah divonis bersalah oleh pengadilan dan mendekam dalam penjara, masih bisa menikmati nasi padang, dan sate madura yang lezat. Beliau masih bisa tertawa lepas dan tak merasa bersalah. Luar biasa! Masih ada hukum rimba di negeri ajaib ini. Tapi lihatlah apa yang terjadi, ketika ada orang yang maling ayam. Boro-boro bisa makan sate ayam, wajah hitam lebampun menjadi potretnya di koran-koran.
Salam blogger persahabatan
Omjay
http://wijayalabs.com
Itulah dinamika politik. Kita tidak pernah tahu pasti apa yang terjadi. Sama halnya ketika Jokowi mencalonkan diri menjadi gubernur DKI. Banyak orang yang ragu bahkan meragukan kemampuannya. Kampanye hitampun dibuat. Seolah-olah Jokowi tak memiliki kehebatan apapun. Jokowi dianggap orang yang harus dihambat karirnya agar tak maju menjadi orang nomor satu di DKI Jakarta.
Tapi politik terus berubah. Jokowi ternyata disukai media. Bukan karena Jokowi memiliki tim media yang tangguh, tetapi ini dikarenakan kepribadian Jokowi yang sangat sederhana. Banyak orang menulis tentangnya tanpa dibayar. Saya pun termasuk blogger yang menuliskan tentang Jokowi dan tanpa bayaran satu senpun.
PKS sedang dicaci-maki saat ini. Bisa jadi kondisi itu akan berubah seiring dengan dinamika politik di tanah air.
Teruslah berbuat kebaikan dan teruslah mengkampenyakan diri sebagai partai yang solid. Bila nanti di pengadilan ada kader atau mantan ketua PKS LHI tak bersalah, bisa jadi caci-maki itu menjadi pujian. PKS akan menjadi partai harapan. Partai yang diharapkan bangsa Indonesia dengan kejujurannya. Media pun lambat laun akan berpihak kepada partai ini.
Kita tentu tahu duit 4 milyar di dalam kardus yang menghebohkan. Duit itu diberikan kepada Nazarudin (mantan anggota DPR komisi III) atas perintah tersangka korupsi Djoko Susilo. Publik tentu marah besar ketika tahu bahwa masih ada korupsi di negeri ini, dan melibatkan partai besar di dalamnya. Kita ingin hukum ditegakkan seadil-adilnya. Koruptor harus dimiskinkan. Bukan semakin nyaman di penjara sana.
Namun, publik tiba-tiba diam ketika media tak mempersoalkannya. Publik justru malah bereaksi keras dengan PKS yang belum tentu bersalah. Inilah Indonesia, keadilan terkadang belum menyentuh semua kalangan. Apa yang dituliskan Yudhi Latif di koran kompas, 28 Mei 2013 tentang keadilan untuk PKS nampaknya hanya menjadi angin lalu buat KPK.
Semoga ini menjadi pembelajaran berharga buat bangsa ini.
Jokowi dipuji, PKS dimaki. Itulah yang terjadi saat ini. Kita lihat saja apa yang sesungguhnya terjadi. Partai besar dengan jumawa asyik bersantai ria. Kader-kadernya yang terduga korupsi masih menghirup udara segar dengan fasilitas mewahnya. Inilah wajah Indonesia.
Bahkan Susno Duaji yang sudah divonis bersalah oleh pengadilan dan mendekam dalam penjara, masih bisa menikmati nasi padang, dan sate madura yang lezat. Beliau masih bisa tertawa lepas dan tak merasa bersalah. Luar biasa! Masih ada hukum rimba di negeri ajaib ini. Tapi lihatlah apa yang terjadi, ketika ada orang yang maling ayam. Boro-boro bisa makan sate ayam, wajah hitam lebampun menjadi potretnya di koran-koran.
Salam blogger persahabatan
Omjay
http://wijayalabs.com
Komentar
Posting Komentar