Membeli Kualitas
Mari
kita mulai dengan Marx,“…dari sudut pandang pemiliknya, uang bisa berfungsi
untuk mempertukarkan semua kualitas dengan kualitas yang lain, bahkan dengan
kualitas dan objek yang bertentangan. Uang adalah penyatu yang tak
mungkin."
Sebagaimana
Marx, kita pun memahami bahwa manusia tak dilengkapi dengan seluruh kualitas
yang dapat membuatnya eksis tanpa memerlukan objek-objek. Kualitas dapat dibagi
dua: yang diinginkan dan yang tak diinginkan. Secara fisik, kualitas yang tak
diinginkan manusia adalah cacat fisik: buta, kaki pincang, tak punya sebelah
tangan, dan sebagainya. Sementara pada aspek mental, seperti keberanian,
kebaikan, kearifan (positif), dan ketakutan, kekejaman, kejelekan (negatif).
Kualitas
positif (yang diinginkan) dan kualitas negatif (yang tidak kehendaki) saling
bertentangan. Seorang penjahat yang dalam riwayat hidupnya pernah menyiksa,
bahkan membunuh manusia secara normal, akan dipandang kejam, sehingga memiliki
reputasi jelek. Seorang hakim yang berani menjatuhkan hukuman kepada penjahat
berarti bekerja dengan kearifan, sehingga dipandang baik.
Tidak
dipandang baik adalah suatu kelemahan manusia. Dan untuk mengatasi
kelemahan-kelemahannya, manusia membutuhkan objek-objek tertentu. Agar dapat
berinteraksi dengan roh orang yang sudah meninggal, digunakan tubuh manusia
hidup sebagai medium. Roh akan masuk ke dalam tubuh dan kemudian terhubunglah
manusia dengan roh untuk berkomunikasi. Sama seperti uang yang menjadi medium
untuk mempertemukan seseorang dengan kebutuhan-kebutuhan yang bisa menciptakan
kualitas-kualitas yang diinginkan.
Benda Mati Pengacau
Di sinilah uang menciptakan kekacauan. Dia mampu menjungkirbalikkan kenyataan. Persepsi orang-orang yang mengakui kemahakuasaannya bisa dicampuradukkan. Mantan penjahat, tapi menguasai uang dalam jumlah besar, bisa menjadi pahlawan. Padahal kejahatan dan kepahlawanan adalah dua kualitas yang abadi bersitegang. Yang satu biadab, yang lainnya arif. “Uang merangkul hal-hal yang saling kontradiktif”.
Karena
uang sangat dihargai maka seseorang yang “jahat, tak jujur, tak bermoral,
bodoh” akan dihargai jika ia sang pemilik uang; sebab uang mengandung “kebaikan
tertinggi” maka yang memilikinya baik juga. Marx bilang,“Aku mungkin tak
berotak, tapi uang adalah otak sesungguhnya dari segala hal dan karena itu
bagaimana mungkin pemiliknya lantas dicap sebagai tak berotak? Lagi pula, dia
bisa membeli orang-orang pandai untuk dirinya, dan tidakkah orang yang memiliki
kekuasaan atas orang pandai lebih pandai daripada orang pandai?”
Mereka
yang pandai tapi tak memiliki uang, tak berkuasa. Sementara yang mampu
memadukan keduanya--kepandaian mendapat uang dan mengatur orang-orang
pandai--akan berkuasa.
“Aku
bisa jadi jelek, tapi aku bisa membeli wanita-wanita yang paling cantik. Karena
itu aku tidak benar-benar jelek karena efek dari kejelekan, yaitu yang membuat
orang menjauh, dinihilkan oleh uang." Wajah jelek adalah kodrat dan uang
kemudian meniadakan akibat-akibat dari wajah jelek. Sebab itulah Marx kemudian
menyimpulkan bahwa apa yang bisa dilakukan seseorang sama sekali tidak
ditentukan oleh individualitasnya.
Secara alami dengan kekuatan individualitasnya, tanpa
menggunakan uang, bahkan hak kepemilikan individu, tak dapat diselenggarakan
seseorang. Doktrin kepemilikan individu menuntut pengakuan atas hak setiap
orang untuk memiliki benda-benda. Sebagai individu, Syarifah punya hak untuk
menguasai alat-alat produksi, seperti mesin jahit, mixer untuk
memproduksi roti, atau alat-alat rumah tangga, seperti lemari es, televisi,
radio, telepon, meja, kursi, dan sebagainya. Objek-objek itu merupakan
kebutuhannya.
Kepemilikan atasnya
diakui sebagai hak. Untuk mendapat objek-objek (benda-benda) di atas,
diperlukan uang (objek). Maka uang harus dimiliki untuk merealisasi hak
kepemilikan individu. Dengan demikian “uang pun menjadi objek pertama untuk
dimiliki”. Tanpanya, berbagai kebutuhan tadi hanya menjadi “keinginan yang
mandul”. Kita hanya bisa berimajinasi, menikmatinya terpajang di etalase
pertokoan. Jika imajinasi hendak dinyatakan, uang harus dilibatkan.
Ada
manusia pemberani, lainnya bersifat pengecut. Dan pengecut yang memiliki uang
adalah pemberani. Dia mampu membeli berbagai hal yang dapat mengatasi
ketakutannya: senjata dan pengawal. Nobita dan Suneo sama-sama penakut berbadan
kecil. Tapi Nobita kerap terkucil dalam lingkungan pertemanan karena dia
berasal dari kelas menengah. Sementara Suneo dibesarkan dalam keluarga borjuis
yang memiliki uang untuk mengatasi kelemahan fisiknya (kualitas yang tak
diinginkan) sehingga ketika Giant berafiliasi kepadanya, Suneo bisa melakukan
hegemoni dalam pertemanan.
Dalam
kasus di atas, uang berfungsi sebagai “agen pengikat hubungan” sekaligus “agen
pencerai hubungan”. Dia mampu mengacaukan hubungan orang-orang dalam kelas
menengah agar potensi perlawanan terhadap kelas borjuis menjadi nihil. Tentu
tidak semua orang yang tak punya banyak uang akan diasingkan. Tapi biasanya
akan memperoleh kadar keakraban yang (sangat) berbeda dengan yang memiliki
uang. Diperlakukan dengan beda.
Membantah Marx?
Apa yang tak mampu dijangkau seseorang secara alami atau dengan hanya menggunakan kekuatan esensial individu, akan mampu dijangkau dengan uang. Dengan sangat menarik Marx menulis,“Sesuai dengan ciri individualku, aku mungkin pincang, tapi uang membuatku memiliki dua puluh empat kaki. Karena itu, aku tidak pincang."
Aku
mempunyai kondisi kaki yang tidak sempurna sehingga tidak bisa berlari cepat.
Tapi karena mempunyai uang, aku dapat berlari lebih cepat dari mereka yang
memiliki kondisi kaki sempurna. Uang adalah kekuatan pengada sekaligus peniada.
Saat
membangun kualitas tertentu, berarti seseorang akan “melenyapkan” kualitas lama
yang tidak dikehendakinya. Seseorang akan menjadi bukan dirinya. Uang membuat
kualitas-kualitas yang saling berseberangan bisa bercampuraduk dalam diri sang
pemiliknya. Dia adalah kekuatan pengacau.
Dan
dengan uang, aku bisa membeli mengubah atau melenyapkan kualitas positif orang.
Sebagai penjahat, tentu aku terancam dengan hakim yang bijak. Dengan uang, lalu
aku menyingkirkannya. Para koruptor kaya raya berupaya melenyapkan kualitas
positif (berani dan tegas) seorang pemimpin lembaga pemberantas korupsi.
Pahlawan
bisa dibuat memiliki reputasi jahat. Ini nyata. Lihatlah di sekeliling Anda:
orang yang terlibat deforestasi didukung, koruptor dipuja, mafia pajak disanjung,
politikus menjadi irasional setelah menikmati puluhan miliar uang pemberian
seorang penjahat. Bukankah itu semua kekacauan yang dibuat oleh uang?
Tolong
bantah realitas yang digambarkan Marx ini,“Uang mengubah kesetiaan menjadi
pengkhianatan, cinta menjadi kebencian, kebencian menjadi cinta, kebaikan
menjadi kejahatan, kejahatan menjadi kebaikan, pelayan menjadi tuan, tuan
menjadi pelayan, kebodohan menjadi kepintaran, kepintaran menjadi
kebodohan!" Tidakkah semua itu mudah ditemui?
Karena
kita memulai diskusi dengan kata-kata seorang filsuf besar, maka sebaiknya
diakhiri pula dengan pernyataan dari salah satu "tokoh hebat" di abad
ini: Spongebob Squarepants. Dia bilang,“Kalau uang bisa membuatku melupakan
sahabat terbaikku, maka aku lebih memilih untuk tidak punya uang sama
sekali."
Komentar
Posting Komentar