Langsung ke konten utama

MASYARAKAT NANDHING SALIRA


Salah satu tulisan saya membahas tentang tiga derajad watak manusia, yaitu watak nandhinng salira, watak tepa salira dan watak mawas salira. Watak nandhing salira merupakan watak yang membuat manusia tidak bahagia. Watak semacam ini akan merusak kehidupan seseorang karena ketegangan, stress, banyak musuh, susah mendapat rejeki dan rawan musibah.
Sejak satu dekade belakangan kita dihadapkan pada keadaan masyarakat yang penuh dengan kekerasan, korupsi, konflik, miskin tanggung jawab, miskin toleransi dan sejenisnya. Sehari-hari kita saksikan di televisi bagaimana para politisi kita berbicara dan berdebat dengan gaya dan nada kasar dan tidak terkendali. Kita juga mendapat suguhan tawuran antar kelompok warga, antar pelajar dan antar mahasiswa. Masyarakat dengan perusahaaan juga dalam keadaan rawan konflik. Pokoknya konflik terjadi di mana-mana.
Masyarakat kita sedang berada pada tingkat watak yang paling rendah, yaitu nandhing salira. Manusia atau masyarakat dengan watak nandhing salira beranggapan bahwa hidup ini adalah masalah kalah atau menang, suatu perjoangan to be or not to be. Kalau saya tidak menang, maka saya tidak mendapatkan apapun dan saya akan mati. Kalau tidak saya peroleh sekarang, maka semuanya akan terlambat, its now or never.
Pujangga Ronggowarsito mengarang tembang yang menggambarkan jaman edan, dengan pesan berikut:
Amenangi jaman edan (mengalami jaman edan),
Ewuh aya ing pambudi (terjadi konflik batin),
Milu edan nora tahan (mau ikut edan tidak tahan)
Yen tan milu hanglakoni (kalau tidak ikut menjalani)
Boya kaduman melik (tidak akan mendapat bagian harta)
Kaliren wekasanipun (akhirnya akan kelaparan)
Dilalah karsa Allah (sudah menjadi kodrad Allah)
Beja bejane kang lali (semujur-mujurnya yang lupa)
Luwih beja kang eling lan waspada (lebih mujur yang eling dan waspada).

Kalau saja Ronggowarsito bangkit dari kubur dan hidup dalam masyarakat kita sekarang, maka dia akan geleng-geleng kepala. Beliau akan melihat bahwa tidak ada lagi ewuh aya ing pambudi untuk melu edan. Orang juga sudah tidak percaya tentang dilalah karsa Allah bahwa akan lebih beja kalau tidak ikut edan dari pada ikut edan. Yang mereka percaya hanyalah keyakinan bahwa kalau tidak ikut edan maka akan tidak kebagian dan akan kelaparan.




Dalam bagian lain dari tembang (serat) Kalatidha, Ronggowarsito juga mengingatkan terjadinya sebuah malapetaka yang dinamakan kalabendhu kalau masyarakat tidak berubah.
Ratune ratu utama (rajanya raja utama),
Patihe patih linuwih (patihnya hebat),
Pra nayaka tyas raharja (para pejabatnya sangat perduli)
Panekare becik-becik (kaum birokratnya baik-baik),
Parandene tan dadi (ternyata tidak mampu),
Paliyasing kalabendhu (mengatasi malapetakan atau krisis),
Mandhar mangkin andadra (bahkan makin parah),
Rubedo hangreribeti (banyak halangan menghadang),
Beda-beda ardane wong sak negara (banyak kepentingan di seluruh negara).

Kalau saya dapat bertanya kepada Sang Punjangga, maka akan saya tanyakan: Lho wong rajanya utama, patihe hebat, para pajabat perduli dan para birokrat baik-baik, kok tidak mampu mengatasi kalabendhu. Lalu  siapa yang dapat mengatasinya. Ternyata Ronggowarsito tidak menjawab, entah karena tidak tahu atau tidak mau.
Jaman edan dan kalabendhu tidak datang dari langit, tetapi merupakan hasil komulatif dari perbuatan atau kelakuan manusia. Oleh karena itu kalabendhu hanya akan teratasi kalau masyarakat berubah menjadi tidak berwatak nandhing salira lagi. Wah bagaimana mungkin watak masyarakat yang jumlahnya ratusan juta bisa berubah?
Orang Jawa  percaya akan datang seseorang yang mampu mengatasi kalabendhu, yaitu Satriya Piningit.  Menurut pendapat saya cerita tentang satriya piningit itu adalah rekayasa kolonial Belanda agar rakyat Indonesia tidak bangkit, tetapi nunggu saja sampai kiamat.
Ada mitos lain yang menyatakan bahwa kalabendhu dapat diatasi oleh patih wudo’ atau patih telanjangPatih wudo’ dalam mitos yang satu ini dapat diartikan sebagai seseorang yang telanjang, tanpa baju yang berarti dia tidak menyandang kepentingan apapun, selain kepentingan rakyat. Dalam bahasa akademis, patih wudo ini dapat disamakan denganautonomous individual.
Patih wudo  ini datang dari kalangan masyarakat kecil, tetapi muncul sebagai pemimpin masyarakat. Yang dimaksud dengan pemimpin masyarakat tidak harus sebagai presiden, gubernur atau bupati. Patih wudo dapat merupakan pemimpin informal dalam masyarakat.
Mantan walikota Solo, Joko Widodo, berhasil dipercaya rakyat menjadi gubernur Jakarta. Joko Widodo mengesankan sebagai orang yang jujur, apa adanya, keras kemauan dan ………… dianggap sebagai orang yang tidak mempunyai kepentingan lain selain berjoang untuk kepentingan rakyat. Apakah Jokowi akan terbukti sebagai patih wudo? Semoga begitu.
Semua orang dapat menjadi patih wudo asalkan dia tansah eling lan waspada. Masyarakat kita akan terlepas dari kalabendhu kalau semua orang eling lan waspada dan setidaknya berubah menjadi orang yang tepa sliro.
Salam
Ki Rawis

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Malam Pertama Pengantin | Goyang Karawang

Cerita Malam Pertama Pengantin | Goyang Karawang Ini ada beberapa cerita malam pertama pengantin baru , cerita dewasa ‘seks’ pernikahan sepasang pengantin baru, dimana sang mempelai wanita atau sang isteri begitu polosnya. Sehingga ketika malam pertama berlangsung sang suami harus membimbing dulu agar sang isteri paham. Namun setelah sang isteri paham, sang suami malah yang jadi kewalahan menghadapi isterinya di malam pertama tersebut. Cerita malam pertama pengantin ini seru dan menarik untuk dibaca. Mungkin ini bisa bermanfaat khususunya bagi para calon pengantin. Sebuah trik atau tips yang bisa diterapkan jika menghadapi situasi dan kondisi yang sama nantinya. Bagaimana cerita malam pertama pengantin baru ini, silahkan simak kisah selengkapnya berikut ini! Sepasang pengantin baru sedang bersiap menikmati malam pertama mereka. Pengantin perempuan berkata, “Mas, aku masih perawan dan tidak tahu apa-apa tentang seks. Maukah Mas menerangkannya lebih dulu sebelum kita melakukannya?”

DOWNLOAD KUMPULAN MP3 GENDING JAWA DAN LAGU JAWA

 Download Kumpulan MP3 Gending Jawa dan Lagu Jawa DOWNLOAD KUMPULAN MP3 GENDING JAWA DAN LAGU JAWA MP3 GENDHING JAWA http://piwulangjawi.blogspot.com/p/mp3-gending-jawi.html GENDHING-GENDHING JAWA DALAM FORMAT MP3  DIPERSILAHKAN KEPADA STRISNO BUDAYA JAWA UNTUK MENGUNDUH ANEKA GENDHING JAWA KLASIK I : 001.  BENDRONGAN – PUCUNG RUBUH – GANDRUNG MANIS – DANDANGGULA BANJET – ASMARADANA JAKALOLA.mp3 002.  BW. GAMBUH LGM. LELO LEDHUNG – LDR. SARAYUDA – LAGU ONDHE-ONDHE Pl. Br.mp3 003.  BW. LEBDAJIWA – KUTUT MANGGUNG Pl. Br.mp3 004.  BW. MUSTIKENGRAT – GENDHING CANDRA -LDR. SRI HASCARYA – LDR. WESMASTER Sl.9.mp3 005.  BW. SEKAR AGENG SUDIRAWARNA – UDAN BASUKI – LIPUSARI – GAMBUH Sl. Mny.mp3 006.  BW. SUDIRAWARNA – GENDHING WIDASARI – LDR. LIPUR SARI Sl. Mny.mp3 007.  GENDHING BANDILORI – LDR. ELING-ELING – KTW. PRANA ASMARA – SLEPEG MAWA PALARAN Pl. Br.mp3 008.  GENDHING BONANG SLEBRAK PL.5.mp3 009.  GENDHING BUDHENG-BUDHENG – LDR. SARAYUDA Pl.6.mp3 010.  GENDHING