Renungan Bacaan Injil:
http://www.meditasikristiani.com/index.php?ke=13&zb=179
PENGAJARAN 35: AKAR ILMU KEBATINAN KRISTIANI: PENDAHULUAN
Dijaman neolitik (mulainya peradaban) ada tempat pemakaman yang dibangun lima ribu tahun yang lalu di County Meath ditempat kita dapat mengamati adanya suatu tahap penentuan perkembangan kesadaran manusia. Hanya penguburan manusia dengan penuh hormat menandai adanya suatu terobosan tentang kesadaran diri dan penghormatan diri. Entah bagaimana misteri kehidupan itu tersembunyi dan diungkapkan dalam kematian. Kerangkanya, (semoga bukanlah milik kokinya atau pelayannya marga tersebut), disimpan ditempat gelap pusat bangunan yang tertutup kwarsa. Beberapa meter di atas pintu masuk ke komplek tersebut, ada suatu celah sempit menuju ke terowongan tipis yang ujungnya terbuka ke pusat yang dalam dan gelap. Manusia modern tersentuh memikirkan nenek moyang mereka sedangkan para arkeolog menemukan tujuannya, bila tidak maknanya, dari celah tersebut. Pada saat musim dingin, sinar matahari pertama muncul saat Tahun Baru, seakan bangkit dari kematiannya, menyentuh lorong berbatu dan menyusuri masuk kedalam inti yang gelap, selama beberapa menit mengusir kegelapan dengan cahayanya.
Beruntunglah bagi mereka yang berkumpul didalam ruangan setiap tahun menantikan pagi hari yang cerah. Sensasi kebangkitan dan pencerahan tentunya sangat kuat dan rahmat yang kudus pastinya menyatukan mereka. Meskipun demikian menggunakan bahasa yang mudah dengan menyebutnya sebagai pengalaman mistik. Pengalaman mistik hanya dapat diungkapkan dalam satu atau lebih dari satu bentuk yang disesuaikan dengan bahasa manusia – seperti arsitektur, liturgi, seni, filsafat, seksualitas. Tetapi mistikisme itu sendiri adalah kesadaran langsung akan kehadiran seketika namun selamanya tak dapat dilukiskan. Kita tidak tahu kepercayaan yang dianut oleh mereka itu bagaimana caranya menghitung dan mengukur gundukan New Grange dengan tepat. Meskipun demikian mereka memahami kepercayaan mereka sendiri bahkan jika mereka tidak dapat menganalisanya, kepercayaan tersebut bukanlah tiruan. Kepercayaan itu lahir dari pengalaman langsung.
Pengalaman mistik dikenali dari buah-buahnya tetapi tidak dengan sendirinya dapat dianalisa. Seseorang tidak dapat menganalisa yang sangat sederhana – tetapi ia dapat mengetahuinya. Yesus yang hidup dan berbicara sepenuhnya dari pengalaman yang terdalam akan 'BapaNYa' mengatakan ini sebagai 'Kerajaan Allah' yang adalah istilah Kristiani. ‘Engkau tidak dapat mengetahui melalui pengamatan kapan Kerajaan Allah akan datang.’ Oleh karena tidak begitu jelas, tidak heran jika kita menerima begitu saja sesuatu yang tampaknya masuk akal dan menggantikan dengan gambaran dari sesuatu yang nyata, pengertian dari pengalaman. Gambaran dan pikiran adalah obyek yang dapat diberi nama dan dikendalikan, sedangkan Allah, seperti kata St. Irenaeus, adalah suatu kenyataan yang tak akan pernah kita pahami sebagai obyek namun dapat kita kenali hanya dengan ikut serta dalam pengenalan diri-Nya. Setelah berpacu secara ilmiah, ketika dia bertahta di gereja katedral besar saat Jayanya, ketika dia merayakan misa, Thomas Aquinas mengalami suatu kejadian yang menghebohkan alam pikirannya. Segala sesuatu yang pernah dia tulis, katanya ibarat jerami saja dan dia puas jika karya-karyanya itu dibakar. Dalam hal kemajuan belajarnya dia menimbulkan suatu hal yang orang jarang mendengarnya panggilan murni bagi pekerjanya atau hubungannya dengan kita adalah sebagai murid-muridnya.
Agustinus mengatakan ‘jika anda dapat memahaminya, berarti itu bukan Allah’. Hal ini tampaknya bertentangan dengan berbagai hal yang telah ia katakan sebelumnya namun kenyataannya mengungkapkan suatu pertentangan yang subur didalam pusat iman. Inilah pola dasar yang tercermin dalam dua jenis ungkapan rohaniah yang saling mendukung: kataphatik yang mengemukakan kebenaran tentang Allah dan apophatik yang menyangkal segala yang dapat dikatakan tentang Allah karena Allah berada di luar pemikiran kita. Akal dan iman tidak bertentangan namun tidak sama. Ciri khas Kristiani yang seimbang dan dewasa menuntut kemampuan kedua hal tersebut. Sekarang ini setiap umat Kristiani memerlukan kemampuan untuk menangani paradoks tersebut. Inilah yang dimaksud oleh Karl Rahner ketika mengatakan umat Kristiani masa depan akan lebih mistis(batiniah) atau tidak akan ada lagi umat Kristiani.
Buah-buah mistik yang tak dapat dilukiskan itu adalah kontemplatif biasa. Hidup diubah, bukan diakhiri dengan mengalami Allah meskipun itu merupakan pengalaman terpisah oleh kematian dan sekaligus persatuan perkawinan. Kontemplasi adalah istilah yang lebih mudah untuk dipahami dari pada mistisisme, karena istilah tersebut tidak hanya meliputi pengalaman tertentu tetapi suatu jalan kehidupan yang dinikmati dalam masa kini. Suka cita adalah kunci untuk memahami dan menjalani hidup ini. Aquinas berpikir bahwa kontemplasi adalah menikmati secara sederhana akan kebenaran. Kehidupan kontemplatif adalah panggilan Injil dan tujuan setiap agama yang belum memisahkan dirinya – sebagaimana dapat dilakukan semua agama - dari pengalaman langsung akan Allah.
Pembaharuan berbagai bentuk dalam agama secara berkala – struktural, simbolis, intelektual dan liturgis. Kekristenan sedang melewati masa reformasi menyeluruh dan penyesuaian dengan budaya modern yang ciri utamanya adalah perubahan terus menerus. Dalam masyarakat tradisional, masyarakat yang berdasarkan pada siklus pertanian, hidup terus berulang dengan sendirinya dan hal tersebut cocok dengan kelembagaan agama yang merayakan musim panen dan berdoa pada saat musim menabur. Bagi orang modern umumnya – (tentu saja tidak semua orang yang hidup sekarang ini adalah orang modern) – agama semacam ini memiliki nilai simbolis tetapi tidak menghubungkan pengalaman mereka sehari-hari dengan misteri agung. Tidak mengingatkan mereka akan hal-hal mistis ataupun membantu mereka untuk hidup secara kontemplatif. Tidak heran jika perayaan misa di kota tidak menganggap agama ‘tradisional’ atau ‘lembaga’ ini berarti sekali. Pemimpin agama cenderung menuding hal ini dikarenakan oleh dosa-dosa bawaan manusia dan kecurangan dunia. Sebenarnya apa yang menjadi penyebabnya dan bagaimana gejala-gejalanya?
Beberapa pemimpin Katolik berpendapat bahwa masalahnya terletak pada liturgi yang sudah kehilangan nilai mistisnya yaitu transisi dari lagu Gregorian menjadi musik rakyat. Pernyataan ini sama seperti politisi yang menyalahkan tokoh-tokoh kriminal atas menurunnya nilai-nilai dalam keluarga. Seandainya memang semudah itu. Memang benar banyak penyembahan gereja yang terasa serius dan lamban bukan nada-nada gembira, namun apakah hal ini bisa diatasi hanya dengan surat keputusan saja dan dapatkah nilai-nilai keluarga diatur secara hukum?
Saya baru saja mengikuti Misa minggu di paroki dan tergerak serta diberdayakan oleh seluruh suasana dan keindahan dan juga oleh energi dan komitmen para anggota paroki yang telah diserahi kewenangan. Saya duduk dengan pastor di ruangannya saat semua aktifitas ini berjalan. Dia santai, gembira dan dengan bercanda mencela dirinya. Atas pujian saya, dia menjawab bahwa dia hanyalah titik diam yang dikelilingi oleh kehidupan paroki yang berubah. Kami berdua tahu bahwa titik diam ini tentu saja ada di dalam dirinya tetapi bukan dirinya. Ayat Mazmur selalu ada di dalam ingatannya: Diamlah dan ketahuilah bahwa Aku adalah Tuhan.
Situasi kerohanian sekarang ini sangat kompleks dan berubah-ubah. Mungkin inilah sebabnya ada suatu ketertarikan terhadap tradisi mistik dan pencarian jalan sederhana untuk menghidupi kehidupan kontemplatif. Tiga tahun yang lalu Pusat Meditasi Kristiani di London telah membuka kelas mingguan selama satu tahun tentang ‘Akar-akar Tradisi Mistik Kristiani’ yang sekarang telah diulang setiap tahunnya dan telah menyebar ke negara-negara lain. Kelas ini telah memuaskan dahaga akan pengetahuan rohani jenis yang lain. Orang-orang sudah banyak mendengar ajaran moral, sudah banyak diperingatkan dan diancam, sudah banyak mendengarkan mimbar yang membosankan. Kebangkitan umat Budha di Barat berbicara tentang pengalaman tanpa dogma. Daya tariknya adalah agama ini tidak berdasarkan ‘iman’. Hal ini tidak seluruhnya tepat tetapi pandangan ini cukup membantu. Sebaliknya, kekristenan memegang dogma dengan kuat dan percaya bahwa ‘iman menyelamatkan’ bahkan saat mereka membedakan antara iman dan kepercayaan. Namun seperti yang dikatakan oleh Aquinas bahkan pada saat sebelum dia mendapat pencerahan, kita menyembah Allah bukan dogma.
Dalam keyakinan bahwa pengetahuan tradisi mistik Kristiani yang disampaikan dengan baik dapat membantu umat Kristiani modern dalam melewati krisis hidup mereka dengan lebih suka cita dan membawa mereka untuk menghidupi kehidupan yang lebih kontemplatif, kita mengawali 'Kursus Akar' ini dalam ‘Surat-surat dari School of Meditation’ berisi pengajaran untuk kelompok=kelompok meditasi Setiap minggu akan diberikan pengantar tentang guru spiritual terkemuka atau kelompok guru dan kalimat-kalimat untuk ditinjau lebih dalam. Sebagai layaknya tradisi mistik Kristiani, kita mulai dengan sang Guru itu sendiri.
Laurence Freeman
Lainnya:
http://www.meditasikristiani.com/index.php?ke=13&zb=179
PENGAJARAN 35: AKAR ILMU KEBATINAN KRISTIANI: PENDAHULUAN
Dijaman neolitik (mulainya peradaban) ada tempat pemakaman yang dibangun lima ribu tahun yang lalu di County Meath ditempat kita dapat mengamati adanya suatu tahap penentuan perkembangan kesadaran manusia. Hanya penguburan manusia dengan penuh hormat menandai adanya suatu terobosan tentang kesadaran diri dan penghormatan diri. Entah bagaimana misteri kehidupan itu tersembunyi dan diungkapkan dalam kematian. Kerangkanya, (semoga bukanlah milik kokinya atau pelayannya marga tersebut), disimpan ditempat gelap pusat bangunan yang tertutup kwarsa. Beberapa meter di atas pintu masuk ke komplek tersebut, ada suatu celah sempit menuju ke terowongan tipis yang ujungnya terbuka ke pusat yang dalam dan gelap. Manusia modern tersentuh memikirkan nenek moyang mereka sedangkan para arkeolog menemukan tujuannya, bila tidak maknanya, dari celah tersebut. Pada saat musim dingin, sinar matahari pertama muncul saat Tahun Baru, seakan bangkit dari kematiannya, menyentuh lorong berbatu dan menyusuri masuk kedalam inti yang gelap, selama beberapa menit mengusir kegelapan dengan cahayanya.
Beruntunglah bagi mereka yang berkumpul didalam ruangan setiap tahun menantikan pagi hari yang cerah. Sensasi kebangkitan dan pencerahan tentunya sangat kuat dan rahmat yang kudus pastinya menyatukan mereka. Meskipun demikian menggunakan bahasa yang mudah dengan menyebutnya sebagai pengalaman mistik. Pengalaman mistik hanya dapat diungkapkan dalam satu atau lebih dari satu bentuk yang disesuaikan dengan bahasa manusia – seperti arsitektur, liturgi, seni, filsafat, seksualitas. Tetapi mistikisme itu sendiri adalah kesadaran langsung akan kehadiran seketika namun selamanya tak dapat dilukiskan. Kita tidak tahu kepercayaan yang dianut oleh mereka itu bagaimana caranya menghitung dan mengukur gundukan New Grange dengan tepat. Meskipun demikian mereka memahami kepercayaan mereka sendiri bahkan jika mereka tidak dapat menganalisanya, kepercayaan tersebut bukanlah tiruan. Kepercayaan itu lahir dari pengalaman langsung.
Pengalaman mistik dikenali dari buah-buahnya tetapi tidak dengan sendirinya dapat dianalisa. Seseorang tidak dapat menganalisa yang sangat sederhana – tetapi ia dapat mengetahuinya. Yesus yang hidup dan berbicara sepenuhnya dari pengalaman yang terdalam akan 'BapaNYa' mengatakan ini sebagai 'Kerajaan Allah' yang adalah istilah Kristiani. ‘Engkau tidak dapat mengetahui melalui pengamatan kapan Kerajaan Allah akan datang.’ Oleh karena tidak begitu jelas, tidak heran jika kita menerima begitu saja sesuatu yang tampaknya masuk akal dan menggantikan dengan gambaran dari sesuatu yang nyata, pengertian dari pengalaman. Gambaran dan pikiran adalah obyek yang dapat diberi nama dan dikendalikan, sedangkan Allah, seperti kata St. Irenaeus, adalah suatu kenyataan yang tak akan pernah kita pahami sebagai obyek namun dapat kita kenali hanya dengan ikut serta dalam pengenalan diri-Nya. Setelah berpacu secara ilmiah, ketika dia bertahta di gereja katedral besar saat Jayanya, ketika dia merayakan misa, Thomas Aquinas mengalami suatu kejadian yang menghebohkan alam pikirannya. Segala sesuatu yang pernah dia tulis, katanya ibarat jerami saja dan dia puas jika karya-karyanya itu dibakar. Dalam hal kemajuan belajarnya dia menimbulkan suatu hal yang orang jarang mendengarnya panggilan murni bagi pekerjanya atau hubungannya dengan kita adalah sebagai murid-muridnya.
Agustinus mengatakan ‘jika anda dapat memahaminya, berarti itu bukan Allah’. Hal ini tampaknya bertentangan dengan berbagai hal yang telah ia katakan sebelumnya namun kenyataannya mengungkapkan suatu pertentangan yang subur didalam pusat iman. Inilah pola dasar yang tercermin dalam dua jenis ungkapan rohaniah yang saling mendukung: kataphatik yang mengemukakan kebenaran tentang Allah dan apophatik yang menyangkal segala yang dapat dikatakan tentang Allah karena Allah berada di luar pemikiran kita. Akal dan iman tidak bertentangan namun tidak sama. Ciri khas Kristiani yang seimbang dan dewasa menuntut kemampuan kedua hal tersebut. Sekarang ini setiap umat Kristiani memerlukan kemampuan untuk menangani paradoks tersebut. Inilah yang dimaksud oleh Karl Rahner ketika mengatakan umat Kristiani masa depan akan lebih mistis(batiniah) atau tidak akan ada lagi umat Kristiani.
Buah-buah mistik yang tak dapat dilukiskan itu adalah kontemplatif biasa. Hidup diubah, bukan diakhiri dengan mengalami Allah meskipun itu merupakan pengalaman terpisah oleh kematian dan sekaligus persatuan perkawinan. Kontemplasi adalah istilah yang lebih mudah untuk dipahami dari pada mistisisme, karena istilah tersebut tidak hanya meliputi pengalaman tertentu tetapi suatu jalan kehidupan yang dinikmati dalam masa kini. Suka cita adalah kunci untuk memahami dan menjalani hidup ini. Aquinas berpikir bahwa kontemplasi adalah menikmati secara sederhana akan kebenaran. Kehidupan kontemplatif adalah panggilan Injil dan tujuan setiap agama yang belum memisahkan dirinya – sebagaimana dapat dilakukan semua agama - dari pengalaman langsung akan Allah.
Pembaharuan berbagai bentuk dalam agama secara berkala – struktural, simbolis, intelektual dan liturgis. Kekristenan sedang melewati masa reformasi menyeluruh dan penyesuaian dengan budaya modern yang ciri utamanya adalah perubahan terus menerus. Dalam masyarakat tradisional, masyarakat yang berdasarkan pada siklus pertanian, hidup terus berulang dengan sendirinya dan hal tersebut cocok dengan kelembagaan agama yang merayakan musim panen dan berdoa pada saat musim menabur. Bagi orang modern umumnya – (tentu saja tidak semua orang yang hidup sekarang ini adalah orang modern) – agama semacam ini memiliki nilai simbolis tetapi tidak menghubungkan pengalaman mereka sehari-hari dengan misteri agung. Tidak mengingatkan mereka akan hal-hal mistis ataupun membantu mereka untuk hidup secara kontemplatif. Tidak heran jika perayaan misa di kota tidak menganggap agama ‘tradisional’ atau ‘lembaga’ ini berarti sekali. Pemimpin agama cenderung menuding hal ini dikarenakan oleh dosa-dosa bawaan manusia dan kecurangan dunia. Sebenarnya apa yang menjadi penyebabnya dan bagaimana gejala-gejalanya?
Beberapa pemimpin Katolik berpendapat bahwa masalahnya terletak pada liturgi yang sudah kehilangan nilai mistisnya yaitu transisi dari lagu Gregorian menjadi musik rakyat. Pernyataan ini sama seperti politisi yang menyalahkan tokoh-tokoh kriminal atas menurunnya nilai-nilai dalam keluarga. Seandainya memang semudah itu. Memang benar banyak penyembahan gereja yang terasa serius dan lamban bukan nada-nada gembira, namun apakah hal ini bisa diatasi hanya dengan surat keputusan saja dan dapatkah nilai-nilai keluarga diatur secara hukum?
Saya baru saja mengikuti Misa minggu di paroki dan tergerak serta diberdayakan oleh seluruh suasana dan keindahan dan juga oleh energi dan komitmen para anggota paroki yang telah diserahi kewenangan. Saya duduk dengan pastor di ruangannya saat semua aktifitas ini berjalan. Dia santai, gembira dan dengan bercanda mencela dirinya. Atas pujian saya, dia menjawab bahwa dia hanyalah titik diam yang dikelilingi oleh kehidupan paroki yang berubah. Kami berdua tahu bahwa titik diam ini tentu saja ada di dalam dirinya tetapi bukan dirinya. Ayat Mazmur selalu ada di dalam ingatannya: Diamlah dan ketahuilah bahwa Aku adalah Tuhan.
Situasi kerohanian sekarang ini sangat kompleks dan berubah-ubah. Mungkin inilah sebabnya ada suatu ketertarikan terhadap tradisi mistik dan pencarian jalan sederhana untuk menghidupi kehidupan kontemplatif. Tiga tahun yang lalu Pusat Meditasi Kristiani di London telah membuka kelas mingguan selama satu tahun tentang ‘Akar-akar Tradisi Mistik Kristiani’ yang sekarang telah diulang setiap tahunnya dan telah menyebar ke negara-negara lain. Kelas ini telah memuaskan dahaga akan pengetahuan rohani jenis yang lain. Orang-orang sudah banyak mendengar ajaran moral, sudah banyak diperingatkan dan diancam, sudah banyak mendengarkan mimbar yang membosankan. Kebangkitan umat Budha di Barat berbicara tentang pengalaman tanpa dogma. Daya tariknya adalah agama ini tidak berdasarkan ‘iman’. Hal ini tidak seluruhnya tepat tetapi pandangan ini cukup membantu. Sebaliknya, kekristenan memegang dogma dengan kuat dan percaya bahwa ‘iman menyelamatkan’ bahkan saat mereka membedakan antara iman dan kepercayaan. Namun seperti yang dikatakan oleh Aquinas bahkan pada saat sebelum dia mendapat pencerahan, kita menyembah Allah bukan dogma.
Dalam keyakinan bahwa pengetahuan tradisi mistik Kristiani yang disampaikan dengan baik dapat membantu umat Kristiani modern dalam melewati krisis hidup mereka dengan lebih suka cita dan membawa mereka untuk menghidupi kehidupan yang lebih kontemplatif, kita mengawali 'Kursus Akar' ini dalam ‘Surat-surat dari School of Meditation’ berisi pengajaran untuk kelompok=kelompok meditasi Setiap minggu akan diberikan pengantar tentang guru spiritual terkemuka atau kelompok guru dan kalimat-kalimat untuk ditinjau lebih dalam. Sebagai layaknya tradisi mistik Kristiani, kita mulai dengan sang Guru itu sendiri.
Laurence Freeman
Lainnya:
- BULAN OKTOBER 2014:
- PENGAJARAN 36: PENGALAMAN MISTIK YESUS
- PENGAJARAN 34: MEDITASI – CARA BELAJAR YANG BERBEDA
- PENGAJARAN 33: SEDERHANA TAPI TIDAK MUDAH
- BULAN SEPTEMBER 2014:
- PENGAJARAN 32: INDERA BATIN KITA
- PENGAJARAN 31: MASUK DALAM KEHENINGAN
- PENGAJARAN 30: TAHAP-TAHAP PERJALANAN (2)
- PENGAJARAN 29: TAHAP-TAHAP PERJALANAN (1)
- BULAN AGUSTUS 2014:
- PENGAJARAN 28: MENGAPA KITA BERMEDITASI?
- PENGAJARAN 27: BERADA DI SAAT KINI
- PENGAJARAN 26: KUASA KEHENINGAN
- PENGAJARAN 25: KUTIPAN TENTANG MANTRA DALAM TRADISI KRISTIANI TIMUR DAN BARAT
- BULAN JULI 2014:
- PENGAJARAN 24: MASALAH PELANTURAN
- PENGAJARAN 23: PERJALANAN MEDITASI (2)
- PENGAJARAN 22: PERJALANAN MEDITASI (1)
- PENGAJARAN 21: BOLEHKAH SAYA MENGUBAH MANTRA SAYA?
- BULAN JUNI 2014:
- Pengajaran 20 :Contoh ceramah memperkenalkan meditasi pada pendengar mayoritas kristiani ( 3 )
- PENGAJARAN 19: BUAH-BUAH MEDITASI
- PENGAJARAN 18: APAKAH KITA PERNAH BERHENTI MENGUCAPKAN MANTRA?
- PENGAJARAN 17: CONTOH CERAMAH MEMPERKENALKAN MEDITASI PADA PENDENGAR MAYORITAS KRISTIANI(2)
- BULAN MEI 2014:
- PENGAJARAN 16: APA YANG MEMBUAT MEDITASI KITA KRISTIANI?
- PENGAJARAN 15: MEMPERKENALKAN MEDITASI TERUTAMA PADA PENDENGAR KRISTIANI
- PENGAJARAN 14: LABIRIN DI CHARTRES
- PENGAJARAN 13: PEDOMAN MEMPERSIAPKAN CERAMAH UNTUK PERTEMUAN KELOMPOK (1)
- BULAN MARET 2014:
- Pengajaran 12: PENTINGNYA KELOMPOK MEDITASI MINGGUAN
- Pengajaran 11: MEDITASI KRISTIANI DAPAT DILAKUKAN DIMANA SAJA OLEH SIAPA SAJA
- Pengajaran 10: JALAN MANTRA
- Pengajaran 9: LATIHAN (3) PIKIRAN, PIKIRAN DAN SEKALI LAGI PIKIRAN
- BULAN FEBRUARI 2014:
- Pengajaran 8: LATIHAN (2) MENDIAMKAN PIKIRAN
- Pengajaran 7: LATIHAN (1)
- Pengajaran 6: MEDITASI SECARA UMUM
- Pengajaran 5: BAGAIMANA KITA MEMPERSIAPKAN DIRI UNTUK BERMEDITASI?
- BULAN JANUARI 2014:
- Pengajaran 4: MENGAPA KITA MULAI BERMEDITASI?
- Pengajaran 3: BAGAIMANA JOHN MAIN BELAJAR TENTANG MEDITASI?
- Pengajaran 2: APA ITU MEDITASI?
- Pengajaran 1: DOA ITU APA?
- -------------------------------
- Selamat membaca serial "Surat-surat dari International School"
- Daily Wisdom: Without that rootedness in love
- Daily Wisdom: The root from which we are sprung is Love
- Daily Wisdom: What each of us is invited
- Daily Wisdom: But the traditional wisdom tells us
- Daily Wisdom: The real tragedy of our time
- Daily Wisdom: As each of you has found already
- Daily Wisdom: Reality is simply being grounded in God
- Daily Wisdom: What is the difference between reality and unreality?
- Daily Wisdom: In your reading you may come
- Daily Wisdom: The more you meditate
- Daily Wisdom: This is the way of meditation
- Daily Wisdom: Each of us has to understand our potential
- Daily Wisdom: The way of meditation
- Daily Wisdom: This is the real task
- Daily Wisdom: The stresses, the strains, the challenges, all remain
- Daily Wisdom: The way of meditation is not a way of escape
- Daily Wisdom: But the challenge for each of us
- Daily Wisdom: That is what the path of meditation is about
- Daily Wisdom: Once you do learn that discipline
- Daily Wisdom: That’s what meditation is about
- Daily Wisdom: All you need to do
- Daily Wisdom: Why is this so powerful?
- Daily Wisdom: Learning to meditate
- Daily Wisdom: The art of meditation is simply learning
- Daily Wisdom: The stillness of body we achieve
- Daily Wisdom: The way of meditation is very simple
- Daily Wisdom: Meditation is just this way of making contact
- Daily Wisdom: The nature we possess has this infinite potential for development
- Daily Wisdom: The wonderful revelation
- Daily Wisdom: If we want to understand ourselves
- Daily Wisdom: All self-understanding arises from understanding ourselves
- Daily Wisdom: The real tragedy of our time
- Daily Wisdom: As each of you has found already from your own experience
- Daily Wisdom: Reality is simply being grounded in God
- Daily Wisdom: What is the difference between reality and unreality?
- Daily Wisdom: The more you meditate
- Daily Wisdom: This is the way of meditation
- Minggu Paskah (2013)
- Sabtu Paskah (2013)
- Jumat Agung (2013)
- Kamis Putih (2013)
- Rabu Pekan Suci (2013)
- Selasa Pekan Suci (2013)
- Senin Pekan Suci (2013)
- Minggu Palma (2013)
- Sabtu Minggu ke-6 Prapaskah (2013)
- Jumat Minggu ke-5 Prapaskah (2013)
- Kamis Minggu ke-5 Prapaskah (2013)
- Rabu Minggu ke-5 Prapaskah (2013)
- Selasa Minggu ke-5 Prapaskah (2013)
- Senin Minggu ke-5 Prapaskah (2013)
- Minggu ke-5 Prapaskah (2013)
- Sabtu Minggu ke-4 Prapaskah (2013)
- Jumat Minggu ke-4 Prapaskah (2013)
- Kamis Minggu ke-4 Prapaskah (2013)
- Rabu Minggu ke-4 Prapaskah (2013)
- Selasa Minggu ke-4 Prapaskah (2013)
- Senin Minggu ke-4 Prapaskah (2013)
- Minggu ke-4 Prapaskah (2013)
- Sabtu Minggu ke-3 Prapaskah (2013)
- Jumat Minggu ke-3 Prapaskah (2013)
- Kamis Minggu ke-3 Prapaskah (2013)
- Rabu Minggu ke-3 Prapaskah (2013)
- Selasa Minggu ke-3 Prapaskah (2013)
- Senin Minggu ke-3 Prapaskah (2013)
- Minggu ke-3 Prapaskah (2013)
- Sabtu Minggu ke-2 Prapaskah (2013)
- Jumat Minggu ke-2 Prapaskah (2013)
- Kamis Minggu ke-2 Prapaskah (2013)
- Rabu Minggu ke-2 Prapaskah (2013)
- Selasa Minggu ke-2 Prapaskah (2013)
- Senin Minggu ke-2 Prapaskah (2013)
- Minggu ke-2 Prapaskah (2013)
- Sabtu Minggu ke-1 Prapaskah (2013)
- Jumat Minggu ke-1 Prapaskah (2013)
- Kamis Minggu ke-1 Prapaskah (2013)
- Rabu Minggu ke-1 Prapaskah (2013)
- Selasa Minggu ke-1 Prapaskah (2013)
- Senin Minggu ke-1 Prapaskah (2013)
- Minggu ke-1 Prapaskah (2013)
- Sabtu setelah Rabu Abu (2013)
- Jumat setelah Rabu Abu (2013)
- Kamis setelah Rabu Abu (2013)
- Rabu Abu (2013)
- Minggu Paskah (2012)
- Sabtu Paskah (2012)
- Jumat Agung (2012)
- Kamis Putih (2012)
- Rabu Pekan Suci (2012)
- Selasa Pekan Suci (2012)
- Senin Pekan Suci (2012)
- Minggu Palma (2012)
- Sabtu Minggu ke-6 Prapaskah (2012)
- Jumat Minggu ke-5 Prapaskah (2012)
- Kamis Minggu ke-5 Prapaskah (2012)
- Rabu Minggu ke-5 Prapaskah (2012)
- Selasa Minggu ke-5 Prapaskah (2012)
- Senin Minggu ke-5 Prapaskah (2012)
- Minggu ke-5 Prapaskah (2012)
- Sabtu Minggu ke-4 Prapaskah (2012)
- Jumat Minggu ke-4 Prapaskah (2012)
- Kamis Minggu ke-4 Prapaskah (2012)
- Rabu Minggu ke-4 Prapaskah (2012)
- Selasa Minggu ke-4 Prapaskah (2012)
- Senin Minggu ke-4 Prapaskah (2012)
- Minggu ke-4 Prapaskah (2012)
- Sabtu Minggu ke-3 Prapaskah (2012)
- Jumat Minggu ke-3 Prapaskah (2012)
- Kamis Minggu ke-3 Prapaskah (2012)
- Rabu Minggu ke-3 Prapaskah (2012)
- Selasa Minggu ke-3 Prapaskah (2012)
- Senin Minggu ke-3 Prapaskah (2012)
- Minggu ke-3 Prapaskah (2012)
- Sabtu Minggu ke-2 Prapaskah (2012)
- Jumat Minggu ke-2 Prapaskah (2012)
- Kamis Minggu ke-2 Prapaskah (2012)
- Rabu Minggu ke-2 Prapaskah (2012)
- Selasa Minggu ke-2 Prapaskah (2012)
- Senin Minggu ke-2 Prapaskah (2012)
- Minggu ke-2 Prapaskah (2012)
- Sabtu Minggu ke-1 Prapaskah (2012)
- Jumat Minggu ke-1 Prapaskah (2012)
- Kamis Minggu ke-1 Prapaskah (2012)
- Rabu Minggu ke-1 Prapaskah (2012)
- Selasa Minggu ke-1 Prapaskah (2012)
- Senin Minggu ke-1 Prapaskah (2012)
- Minggu ke-1 Prapaskah (2012)
- Sabtu setelah Rabu Abu (2012)
- Jumat setelah Rabu Abu (2012)
- Kamis setelah Rabu Abu (2012)
- Rabu Abu (2012)
- Renungan Minggu ke-4 Adven (oleh: Laurence Freeman OSB)
- Renungan Minggu ke-3 Adven
- Renungan Minggu ke-2 Adven
- Renungan Minggu Pertama Adven - Pater Laurence Freeman OSB
- Mrk 14:22-26
- Mar 1:14-20
- Yoh 1:35-42
- Yoh 1:1-18
- Mat 1:18-24
- Mat 11:2-11
- Mat 3:1-12
- Mat 24:37-44
Komentar
Posting Komentar