Langsung ke konten utama

Menakar Kesadaran Etis Ahok

Sungguh menggelikan (dan juga menyedihkan) jika menyimak kekonyolan (jika tidak mau disebut ketololan) para anggota DPRD DKI (selanjutnya disebut dewan) yang selalu menyerang etika Ahok dalam berkomunikasi. Para anggota dewan ini perlu belajar apa itu etika agar pernyataan mereka tidak memalukan.
Secara sederhana etika (ethics) ialah ilmu pertimbangan moral. Etika tidak berbicara mengenai benar atau salah, tidak berbicara mengenai baik atau buruk. Etika juga bukan berbicara mengenai sopan santun (etiquete). Etika bukan agama.  Etika berbicara mengenai apa yang sepatutnya (what ought to).  Dari etika orang lalu mengambil tindakan etis.



http://filsafat.kompasiana.com/2015/03/05/menakar-kesadaran-etis-ahok-727941.html


Membunuh adalah salah. Namun polisi menembak mati seorang teroris demi menyelamatkan ribuan orang merupakan tindakan etis yang dipilih oleh polisi dari sudut pandang etika. Seorang pencopet yang sudah babak belur berhasil melarikan diri dari amukan massa, lalu bersembunyi di sebuah rumah milik seorang nenek. Ketika massa penguber pencopet ini bertanya kepada si nenek, ia mengatakan bahwa ia tidak melihat pencopet masuk ke rumahnya. Berbohong dan menyembunyikan penjahat adalah salah. Namun si nenek memilih melakukan tindakan etis untuk menyelamatkan nyawa si pencopet dari amukan massa.
Ketika Ahok bergeming bahkan mengatakan bahwa ia rela mati agar dana dedemit yang dibuat oleh dewan sebesar lebih daripada 12 trilyun tidak masuk ke dalam APBD DKI, apakah Ahok beretika? Justru Ahok beretika alias bermoral. Anggota dewan yang menyerangnya lewat hak angket malah tidak beretika atau tidak bermoral. Amoral! Dengan kesadaran Ahok melakukan tindakan etis. Sangatlah bodoh jika ada orang yang mengatakan bahwa Ahok tidak etis.
Apa yang membuat Ahok bergeming untuk bertahan tidaklah penting dibahas di sini. Yang menarik sebenarnya seberapa tinggi kesadaran etis  Ahok? Kesadaran etis merupakan pertimbangan moral dalam melakukan tindakan atau membuat keputusan.
Kesadaran manusia bertindak etis tidaklah muncul sekonyong-konyong. Tidak juga siap saji. Kesadaran etis itu bertumbuh. Ada jenjang-jenjang yang mesti dilaluinya. Lawrence Kohlberg mengelompokkan tiga jenjang kesadaran etis manusia: prakonvensional, konvesional, dan pascakonvensional. Setiap jenjang ini dibagi lagi ke dalam dua jenjang sehingga ada enam jenjang: jenjang pertama dan kedua (prakonvensional), jenjang ketiga dan keempat (konvensional), serta kelima dan keenam (pascakonvensional).

Jenjang pertama. Ini jenjang paling awal kesadaran etis seseorang.  Wawasannya adalah hukuman, belum mampu menilai baik atau buruk. Sepertinya anggota dewan masih pada tataran ini. Tataran primitif.  Mereka menjadi maling ketika tidak ada yang mengawasi.

Jenjang kedua. Sudah meningkat, walau masih kekanak-kanakan, namun orang sudah lebih rasional. Orang sudah mulai berhitung. Orang berbuat sesuatu supaya mendapatkan sesuatu. Ada pertimbangan untung-rugi. Ini jenjang yang dimiliki oleh politikus di Indonesia dengan politik dagang sapi. Walau masuk jenjang kedua, jenjang ini masih dalam kelompok prakonvensional.

Jenjang ketiga. Pada jenjang ini orang sudah mengarah bagaimana menyenangkan pihak lain. Orang tidak diperbudak oleh dirinya sendiri. Ia bebas ke luar. Ia melakukan yang benar” dan yang baik” yang sudah ditetapkan oleh kelompoknya. Ia tinggal menjalankan saja. Orang menjalankan yang baik” dan benar” itu karena ada di dalam kelompok itu. Orang berlaku jujur di kelompoknya, karena kelompok menuntut kejujuran anggotanya. Namun ini semua masih partikular: lokal saja. Bagaimana kalau orang ini bekerja di lembaga yang korup? Bisa-bisa ia tersingkir dari lembaga tersebut.

Jenjang keempat. Dalam membuat keputusan etis orang tidak lagi merujuk hukum/aturan kelompoknya, melainkan hukum yang lebih tinggi atau universal. Orang sudah berhasil menembus tembok kelompoknya yang sempit. mana yang saya pilih: korupsi atau tidak?” Apakah secara hukum korupsi itu jahat atau salah? Orang tidak saja melihat komunitas kelompoknya, melainkan juga pihak lain di luarnya, walau itu berakibat ia dikeluarkan dari kelompoknya. Menolong orang lain apa pun agamanya adalah wajib hukumnya bagi orang tersebut, walau berisiko dikeluarkan dari kelompoknya. Ia menjadi lebih rasional. Menjunjung HAM sesuai dengan hukum yang telah ditetapkan. Walau jenjang ini sudah jauh lebih baik, namun orang bisa terjerat dalam perbuatan minimalis: yang penting saya sudah menjalankan kewajiban saya.

Jenjang kelima. Jenjang ini merupakan peningkatan dari jenjang keempat. Kalau pada jenjang keempat orang menjalankan hukum yang sudah ditetapkan dengan sebaik-baiknya, tetapi pada jenjang kelima orang bukan saja menjalankannya dengan sebaik-baiknya namun juga menyadari bahwa apa pun bentuknya hukum-hukum itu adalah hasil kesepakatan-kesepakatan. Dengan demikian kesepakatan-kesepakatan manusia jugalah bisa mengubah hukum-hukum itu termasuk hukum-hukum dan dogma agama. Baginya tidak ada hukum yang suci kritik. Apabila hukum tak fungsional, maka hukum ini harus diubah. Dari mana orang tau bahwa hukum itu tak fungsional? Dari akal sehat! Akal sehat manusia mempunyai fungsi kritis dan kreatif. Apakah ini berarti orang yang berada di jenjang kelima serta merta mengatakan bahwa hukum tidak untuk ditaati? O, bukan itu! Hukum haruslah ditaati, namun tidak boleh memberhalakan hukum. Ia harus berubah kalau sudah usang ditelan zaman. Namun orang juga tidak serta merta dengan akal mengubah hukum-hukum itu. Orang haruslah mendengar dan menerima pendapat orang lain alias toleran. Ada dua prinsip: akal sehat dan toleransi.

Jenjang keenam. Menurut Kohlberg inilah puncak jenjang moralitas/etis seseorang. Pada jenjang ini orang pantang mengkhianati suara hati nuraninya. Orang yang tidak takut menantang arus. Ia lebih rela mati ketimbang menipu diri sendiri. Orang yang mempunyai visi dan misi jelas dalam kehidupannya, serta rela membayar harga yang dituntut untuk mewujudkannya demi penegakan jatidiri dan martabat seluruh umat manusia. Kesadaran etis mereka bukanlah irasional, melainkan melampaui rasio.

Tidak ada keraguan bahwa Ahok masuk pada jenjang keenam ini. Dari ciri dan jejak yang kita lihat selama ini jelas sekali Ahok sangat telak masuk ke dalam jenjang keenam ini. Ia pun gemar mengutip ucapan Paulus Mati adalah keuntungan!. Dewasa ini sulit bersua dengan pejabat publik yang memiliki kesadaran etis sampai pada jenjang keenam menurut Kohlberg. Ahok adalah manusia langka. Semoga teladannya dapat mengangkat kesadaran etis pejabat publik lainnya ke jenjang  tertinggi.

http://filsafat.kompasiana.com/2015/03/05/menakar-kesadaran-etis-ahok-727941.html


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Malam Pertama Pengantin | Goyang Karawang

Cerita Malam Pertama Pengantin | Goyang Karawang Ini ada beberapa cerita malam pertama pengantin baru , cerita dewasa ‘seks’ pernikahan sepasang pengantin baru, dimana sang mempelai wanita atau sang isteri begitu polosnya. Sehingga ketika malam pertama berlangsung sang suami harus membimbing dulu agar sang isteri paham. Namun setelah sang isteri paham, sang suami malah yang jadi kewalahan menghadapi isterinya di malam pertama tersebut. Cerita malam pertama pengantin ini seru dan menarik untuk dibaca. Mungkin ini bisa bermanfaat khususunya bagi para calon pengantin. Sebuah trik atau tips yang bisa diterapkan jika menghadapi situasi dan kondisi yang sama nantinya. Bagaimana cerita malam pertama pengantin baru ini, silahkan simak kisah selengkapnya berikut ini! Sepasang pengantin baru sedang bersiap menikmati malam pertama mereka. Pengantin perempuan berkata, “Mas, aku masih perawan dan tidak tahu apa-apa tentang seks. Maukah Mas menerangkannya lebih dulu sebelum kita melakukannya?”

DOWNLOAD KUMPULAN MP3 GENDING JAWA DAN LAGU JAWA

 Download Kumpulan MP3 Gending Jawa dan Lagu Jawa DOWNLOAD KUMPULAN MP3 GENDING JAWA DAN LAGU JAWA MP3 GENDHING JAWA http://piwulangjawi.blogspot.com/p/mp3-gending-jawi.html GENDHING-GENDHING JAWA DALAM FORMAT MP3  DIPERSILAHKAN KEPADA STRISNO BUDAYA JAWA UNTUK MENGUNDUH ANEKA GENDHING JAWA KLASIK I : 001.  BENDRONGAN – PUCUNG RUBUH – GANDRUNG MANIS – DANDANGGULA BANJET – ASMARADANA JAKALOLA.mp3 002.  BW. GAMBUH LGM. LELO LEDHUNG – LDR. SARAYUDA – LAGU ONDHE-ONDHE Pl. Br.mp3 003.  BW. LEBDAJIWA – KUTUT MANGGUNG Pl. Br.mp3 004.  BW. MUSTIKENGRAT – GENDHING CANDRA -LDR. SRI HASCARYA – LDR. WESMASTER Sl.9.mp3 005.  BW. SEKAR AGENG SUDIRAWARNA – UDAN BASUKI – LIPUSARI – GAMBUH Sl. Mny.mp3 006.  BW. SUDIRAWARNA – GENDHING WIDASARI – LDR. LIPUR SARI Sl. Mny.mp3 007.  GENDHING BANDILORI – LDR. ELING-ELING – KTW. PRANA ASMARA – SLEPEG MAWA PALARAN Pl. Br.mp3 008.  GENDHING BONANG SLEBRAK PL.5.mp3 009.  GENDHING BUDHENG-BUDHENG – LDR. SARAYUDA Pl.6.mp3 010.  GENDHING