Langsung ke konten utama

MENULIS OPINI

Oleh Widyawati
 
 
 
udul sengaja pakai kata keren agar kesan pertamanya adalah sok keren, ceritanya ikut sebuah acara yang materinya tentang cara penulisan opini. Sengaja pula aku tulis hasil duduk diamku yang sok meresapi materi tentang penulisan opini oleh bapak ST. Kartono seorang guru dari salah satu SMA di Jogja, sebut saja SMA Kolese De Brito Yogyakarta. Kalo misal materi yang aku dapati tidak mampu aku terapkan, setidaknya teman-teman bisa menerapkannya sehingga jatuhnya teman-temanlah yang lebih keren ketimbang aku, gak papa aku iklas (*halah).
Sebenarnya aku males kalo ikut acara dengan materi-materi yang keren, kenapa? Karena biasanya akan membuatku merasa lebih berdosa, ya misalnya aja biasanya aku nulis opini diblog cinderung seenaknya belaka, tapi tiba-tiba dicekoi materi keren (materi keren dibaca materi yang seolah penuh dengan aturan, harusnya gini gitu ginu nganu ngene ngunu), terus menurutmu gimana perasaanku? (*halah)
Beberapa point tentang cara menulis opini yang aku dapati adalah sebagai berikut:
· Menulis opini itu dimulai dari hal yang kongkrit, tentang waktu-tempat-nama-dllnya disampaikan dengan jelas. Tujuan nulis opini itu adalah memberitau, mempengaruhi, meyakinkan bankan membuat kontroversial. Dan setidaknya opini itu adalah menerjemahkan masalah yang rumit menjadi bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti. (YANG MEMBUAT aku merasa berdosa adalah kayaknya aku kalo nulis gak gitu-gitu amat sih, masih merasa dangkal gitu kalo nulis)
· Tentukan Sikap, perpihak kemana? Karena ketika ada suatu masalah kemudian kita akan menyampaikan sebuah opini tentang masalah itu, tentu kita akan memiliki kecenderungan membuat tulisan yang didalamnya menyampaikan apakah menyetujui, menambahi/melengkapi, menolak/menentang, netral dengan memberikan alternatif/solusi atau bahkan mengkritisi secara mendalam. (YANG MEMBUAT aku merasa berdosa adalah aku masih sering bersikap netral, udah gitu tanpa solusi lagi, parah deh aku)
· Soal tema, pilih saja tema yang aktual, relevan dengan persoalan dimasyarakat, sajikan secara menarik, pertajam tema dengan mengambil sudut pandang yang khas, cari data yang cukup sehingga penulisan tidak berputar-putar dan menulis itu harusnya dalam/tajam bukan melebar. (YANG MEMBUAT aku merasa berdosa adalah kadang aku masih suka sengaja nulis muter-muter sampai berbelit-belit dengan satu tujuan yang pasti yakni biar postinganya kelihatan panjang)
· Menulis opini bukan berarti tanpa resiko, maka dari itu sampaikan dengan cara yang halus, jangan langsung mak jlab-jleb menusuk pihak tertentu kalo gak punya data yang mendukung, mungkin maksudnya adalah biar gak kayak si 3 macan 2 ribuan itu loh. (Ini adalah hal yang selama ini bikin aku kadang mikir kalo ingin menuliskan sesuatu, takut berdosa, takut melukai pihak lain *halah..)
· Menulis itu untuk pembaca bukan untuk kepuasan diri sendiri (INI ADALAH HAL YANG MEMBUAT AKU PALING MERASA BERDOSA KARENA SELAMA INI AKU MEMEGANG PASAL YANG AKU BUAT SENDIRI yakni aku menulis untuk kesenanganku sendiri, pokoke aku nulis/posting, aku seneng, soal pembaca no sekian)
Itulah point-point yang sempat aku tangkap, entah setelah dapat pencerahan seperti itu aku bakal tobat ato enggak tapi ya penginnya sih tobat, kembali kejalan penulisan opini yang keren dan gak lagi seenaknya sendiri, biar pembaca makin kesengsem, kan katanya menulis itu untuk pembaca bukan untuk kepuasan diri sendiri belaka.
Hal yang biasanya membuat orang (termasuk aku, karena diam-diam aku ini juga orang loh ya, yang kadang suka malas) tidak menulis adalah bukan karena tidak ada ide atau takut resiko tapi karena males dan banyak alasan. Kalo versi Mario Teguh sih, untuk mengatasi malas itu ya dengan bertindak sekarang juga, so tulis opinimu sekarang juga, bila perlu rada dipaksakan karena untuk menulis itu hanya butuh pengetahuan, kemauan dan kemampuan, semakin sering dilakukan semakin menjadi kebiasaan. GITU!!!!!
http://widhawati.blogdetik.com/2014/12/13/cara-menulis-opini-yang-keren
 
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Malam Pertama Pengantin | Goyang Karawang

Cerita Malam Pertama Pengantin | Goyang Karawang Ini ada beberapa cerita malam pertama pengantin baru , cerita dewasa ‘seks’ pernikahan sepasang pengantin baru, dimana sang mempelai wanita atau sang isteri begitu polosnya. Sehingga ketika malam pertama berlangsung sang suami harus membimbing dulu agar sang isteri paham. Namun setelah sang isteri paham, sang suami malah yang jadi kewalahan menghadapi isterinya di malam pertama tersebut. Cerita malam pertama pengantin ini seru dan menarik untuk dibaca. Mungkin ini bisa bermanfaat khususunya bagi para calon pengantin. Sebuah trik atau tips yang bisa diterapkan jika menghadapi situasi dan kondisi yang sama nantinya. Bagaimana cerita malam pertama pengantin baru ini, silahkan simak kisah selengkapnya berikut ini! Sepasang pengantin baru sedang bersiap menikmati malam pertama mereka. Pengantin perempuan berkata, “Mas, aku masih perawan dan tidak tahu apa-apa tentang seks. Maukah Mas menerangkannya lebih dulu sebelum kita melakukannya?”

DOWNLOAD KUMPULAN MP3 GENDING JAWA DAN LAGU JAWA

 Download Kumpulan MP3 Gending Jawa dan Lagu Jawa DOWNLOAD KUMPULAN MP3 GENDING JAWA DAN LAGU JAWA MP3 GENDHING JAWA http://piwulangjawi.blogspot.com/p/mp3-gending-jawi.html GENDHING-GENDHING JAWA DALAM FORMAT MP3  DIPERSILAHKAN KEPADA STRISNO BUDAYA JAWA UNTUK MENGUNDUH ANEKA GENDHING JAWA KLASIK I : 001.  BENDRONGAN – PUCUNG RUBUH – GANDRUNG MANIS – DANDANGGULA BANJET – ASMARADANA JAKALOLA.mp3 002.  BW. GAMBUH LGM. LELO LEDHUNG – LDR. SARAYUDA – LAGU ONDHE-ONDHE Pl. Br.mp3 003.  BW. LEBDAJIWA – KUTUT MANGGUNG Pl. Br.mp3 004.  BW. MUSTIKENGRAT – GENDHING CANDRA -LDR. SRI HASCARYA – LDR. WESMASTER Sl.9.mp3 005.  BW. SEKAR AGENG SUDIRAWARNA – UDAN BASUKI – LIPUSARI – GAMBUH Sl. Mny.mp3 006.  BW. SUDIRAWARNA – GENDHING WIDASARI – LDR. LIPUR SARI Sl. Mny.mp3 007.  GENDHING BANDILORI – LDR. ELING-ELING – KTW. PRANA ASMARA – SLEPEG MAWA PALARAN Pl. Br.mp3 008.  GENDHING BONANG SLEBRAK PL.5.mp3 009.  GENDHING BUDHENG-BUDHENG – LDR. SARAYUDA Pl.6.mp3 010.  GENDHING