SEPUTAR GEREJA & KAUM AWAM
http://seputargereja-smaga.blogspot.co.id/2007/09/arti-gereja.html
KAUM AWAM
Bagi kaum awam, perutusan Gereja Katolik bukan saja dibidang liturgi dan pewartaan, tetapi juga dibidang pengembalaan. Misalnya sebagai:
1. Pengurus Dewan Paroki Tugasnya adalah memikirkan, merencanakan, memutuskan dan mempertanggung-jawabkan hal-hal yang bermanfaat bagi kehidupan dan karya paroki. Misalnya kegiatan pewartaan sabda, perayaan liturgi dan membangun masyarakat.
2. Pengurus Wilayah atau Stasi Tugasnya adalah mengkoordinasi kegiatan antar lingkungan yang berada didalam wilayah Dewan Parokinya.
3. Pengurus Lingkungan Tugasnya adalah menampung dan menyalurkan masalah-masalah yang ada di lingkungan kepada Dewan Paroki atau Pastor Parokinya. Juga mengadakan pendataan dalam lingkungan atau kelompok dan mengadakan pertemuanbersama dengan Pengurus Kelompok.
4. Pengurus Kelompok Tugasnya adalah menjadi tumpuan utama dan pertama untuk mengembangkan kehidupan umat Katolik. Merekalah yang melakukan berbagai program lingkungan dalam rangka pembinaan umat.
1. Pengurus Dewan Paroki Tugasnya adalah memikirkan, merencanakan, memutuskan dan mempertanggung-jawabkan hal-hal yang bermanfaat bagi kehidupan dan karya paroki. Misalnya kegiatan pewartaan sabda, perayaan liturgi dan membangun masyarakat.
2. Pengurus Wilayah atau Stasi Tugasnya adalah mengkoordinasi kegiatan antar lingkungan yang berada didalam wilayah Dewan Parokinya.
3. Pengurus Lingkungan Tugasnya adalah menampung dan menyalurkan masalah-masalah yang ada di lingkungan kepada Dewan Paroki atau Pastor Parokinya. Juga mengadakan pendataan dalam lingkungan atau kelompok dan mengadakan pertemuanbersama dengan Pengurus Kelompok.
4. Pengurus Kelompok Tugasnya adalah menjadi tumpuan utama dan pertama untuk mengembangkan kehidupan umat Katolik. Merekalah yang melakukan berbagai program lingkungan dalam rangka pembinaan umat.
HIRARKI GEREJA
Hirarki adalah orang-orang yang ditahbiskan untuk tugas kegembalaan.
· Fungsi Hierarki adalah menjalankan tugas gerejani yaitu tugas-tugas yang secara langsung daan eksplisit menyangkut kehidupan beriman gereja, menjalankan tugas kepemimpinan dalam komunikasi iman. HIrarki mempersatukan umat dalam iman dengan petunjuk, nasihat dan Teladan.Hierarki Gereja Katolik dimulai dari :
Paus. “Konsili Suci mengajarkan, bahwa atas penetapan ilahi, para uskup menggantikan para rasul sebagai gembala Gereja” (Lumen Gentium 20). Lumen Gentium adalah Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Gereja.
Uskup yaitu memimpin umat dalam kalangan pastoral keuskupan. Tugasnya adalah tugas mengajar, tugas menguduskan, tugas menggembalakan umat.
Imam merupakan “penolong dan organ para uskup” (Lumen Gentium 28) Didalam Gereja Katolik ada imam diosesan (sebutan yang sering dipakai imam praja) dan imam religius (ordo atau kongregasi).
Paus. “Konsili Suci mengajarkan, bahwa atas penetapan ilahi, para uskup menggantikan para rasul sebagai gembala Gereja” (Lumen Gentium 20). Lumen Gentium adalah Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Gereja.
Uskup yaitu memimpin umat dalam kalangan pastoral keuskupan. Tugasnya adalah tugas mengajar, tugas menguduskan, tugas menggembalakan umat.
Imam merupakan “penolong dan organ para uskup” (Lumen Gentium 28) Didalam Gereja Katolik ada imam diosesan (sebutan yang sering dipakai imam praja) dan imam religius (ordo atau kongregasi).
· Imam diosesan adalah imam keuskupan yang terikat dengan salah satu keuskupan tertentu dan tidak termasuk ordo atau kongregasi tertentu.
· Imam religius (misalnya SJ, MSF, OFM, dsb) adalah imam yang tidak terikat dengan keuskupan tertentu, melainkan lebih terikat pada aturan ordo atau kongregasinya.
Diakon adalah pembantu Uskup dan Imam dalam pelayanan terhadap umat beriman. Mereka ditahbiskan untuk mengambil bagian dalam imamat jabatan. Karena tahbisannya ini, maka seorang diakon masuk dalam kalangan hirarki. Di Gereja Katolik ada 2 macam Diakon, yaitu :
1) mereka yang dipersiapkan untuk menerima tahbisan Imam .
2) mereka yang menjadi Diakon untuk seumur hidupnya tanpa menjadi Imam.
Kardinal adalah merupakan gelar kehormatan. Kata “kardinal” berasal dari kata Latin”cardo” yang berarti “engsel”, dimana seorang Kardinal dipilih menjadi asisten-asisten kunci dan penasehat dalam berbagai urusan gereja. Kardinal dapat dipilih dari kalangan Imam ataupun Uskup. Di Indonesia telah ada 2 orang Kardinal, yaitu Yustinus Kardinal Darmojuwono Pr (alm.) dan Julius Kardinal Darmaatmaja SJ.
SEJARAH PERKEMBANGAN GEREJA
Dibagi menjadi 4 tahap :
· Masa Yesus : Perkembangan gereja pada masa ini tampak dari percakapan Yesus dan Petrus : "Sebab itu ketahuilah, engkau Petrus, batu kuat. Dan diatas alas batu inilah aku akan membangun gereja-Ku yang tidak dapat dikalahkan : sekalipun oleh maut!" ( bdk Mat 16:18)
· Masa Para Rasul : Perkembangan gereja pada masa ini sampai pada tahap mendirikan perkumpulan Jemaat Perdana yang juga disebut Gereja Perdana. Mereka selalu bertekun pada ajaran para Rasul, berkumpul, berdoa, dan memecahkan roti bersama. Mereka menganggap segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama. Mereka juga membagikan harta sesuai dengan keperluan. Yang paling berperan di masa ini adalah St. Petrus. Setelah Yesus wafat, Petrus menjadi sosok yang beriman dan pemberani.
· Masa Sesudah Para Rasul : Masa ini Gereja sudah berpusat di Roma, tempat wwafatnya St.Petrus. Pemimpin gereja yang pertama adalah St.Petrus. Penerus St.petrus disebut "Uskup Roma" (Bishop of Rome) atau "Paus" (Pope). Saat kerajaan Romawi terpecah menjadi 2 bagian yaitu barat dan timur, keKristenan merupakan agama dari ke 2 negara bagian, sehingga hanya figur Paus yang diharapkan sebagai pemersaatu agar tidak terjadi perpecahan.
· Masa Sekarang (di Indonesia) : Di Indonesia, oarng pertama yang menjadi Katolik adalah orang Maluku pada tahin 1534, saat pelaut Portugis kesana dan para imam Katolik juga dtang utuk menyebarkan injil, salah satunya adalah St.Fransiskus Xaverius yang mengunjungi pulau Ambon, Saparua dan Ternate. Ia membaptis beberapa ribu penduduk setempat. Kemudian datang VOC dari Belanda yang mengambil kekuasaan politik di Indonesia. Para penguasa VOC beragama Prrotestan, maka mereka mengusir imam-imam Katolik dan menggantinya dengan pendeta-pendeta Protestan. Di pulau Flores dan Timor, penginjilan dilakukan tahun 1555.Perkembangan Katolik sangat pesat karena orang Belanda tidak memperhatikan daerah ini. Tahun 1799 VOC bangkrut dan bubar. Gubernur Jendral Daendels (1808-1811) memerintah Hindia Belanda dan memberlakukan kebebasan beragama, walau demikian Katolik tetap dipersukar. Baru pada tahun 1889 kondisi ini membaik. Di Yogyakarta, misi Katolik diawali oleh Pastor F. van Lith,SJ yang datang ke Muntilan pada tahun 1896. Awalnya tidak ada respon, tapi pada tahun 1904, 4 orang kepala desa dari Kalibawang datang kerumah Romo dan minta diberi pelajaran agama. Pada tanggal 15 Desember 1904, rombongan pertama orang Jawa berjumlah 168 orang di baptis di mata air Semagung yang terletak diantara 2 pohon sono. Tempat ini sekarang menjadi gua Maria Sendangsono. Romo van Lith juga mndirikan sekolah guru di Muntilan yaitu Normmlschool dan Kweekschool thn 1918 sekolah tersebut digabung menjadi yayasan Kanisius. Para imam dan Uskup di Indonesia adalah alumni siswa Muntilan. Abad ke 20 gereja Katolik berkembang pesat. Uskup yang pertama ditahbiskan adalah Romo Agung Albertus Sugiyopranoto (1940). Kardinal pertama di Indonesia adalah Julius Kardinal Darmojuwono (29 Juni 1967). Kardinal Indonesia sekarang adalah Julius Kardinal Darmaatmaja SJ.
TUGAS GEREJA PELAYANAN
Tugas Pelayanan ( Diakonia )
Dasar pelayanan dalam gereja adalah semangat pelayanan Kristus sendiri. Barang siapa menyatakan diri murid, ia wajib hidup sama seperti hidup Kristus. Perwujudan Iman Kristiani adalah pelayanan. Yesus berkata "Apabila kamu selalu melakukan segala sesuatu yang ditugaskan padamu, hendaklah kamu berkata : Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna, kami hanya melakukan apa yang harus kami lakukan" (Luk 17:10)
Ciri-ciri pelayanan gereja :
Dasar pelayanan dalam gereja adalah semangat pelayanan Kristus sendiri. Barang siapa menyatakan diri murid, ia wajib hidup sama seperti hidup Kristus. Perwujudan Iman Kristiani adalah pelayanan. Yesus berkata "Apabila kamu selalu melakukan segala sesuatu yang ditugaskan padamu, hendaklah kamu berkata : Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna, kami hanya melakukan apa yang harus kami lakukan" (Luk 17:10)
Ciri-ciri pelayanan gereja :
· Bersikap sebagai pelayan : Yesus menyuruh para murid-nya selalu bersikap "yang paling rendah dari semua dan sebagai pelayan dari semua." (Mrk 9:35). Yesus sendiri memberi teladan dan menerangkan bahwa demikianlah kehendak Bapa. Menjadi pelayan adalah sikap iman yang radikal.
· Kesetiaan pada Kristus sebagai Tuhan dan Guru : Ciri religius pelayanan gereja adalah menimba kekuatan dari sari teladan Yesus Kristus.
· Orientasi Pelayanan Gereja Pada Kaum Miskin : Dalam usaha pelayanan kepada kaum miskin janganlah mereka menjadi objek belas kasihan, yang pokok adalah harkat, martabat dan harga diri, bukan kemajuan-kemajuan dan bantuan spiritual/sosial yang hanya sarana.
· Kerendahan Hati : Kerendahan hati Gereja tidak boleh berbangga diri, tetapi tetap melihat dirinya sebagai "Hamba yang tak Berguna" (Luk 17:10)
Bentuk Pelayanan Gereja :
· Bidang Kebudayaan : Gereja berusaha melestarikan budaya asli yang bernilai.
· Bidang Pendidikan : Gereja berusaha membangun sekolah untuk pendidikan formal.
· Bidang Kesejahteraan : Gereja berusaha mendirikan lembaga-lembaga sosial ekonomi dan memperjuangkan kesejahteraan rakyat kecil.
· Bidang Kesehatan : Gereja mendirikan rumah sakit dan poliklinik untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.
· Bidang Politik dan Hukum : Gereja dengan tugas nabiah mengutamakan orientasi politik Hukum untuk rakyat banyak.
Tokoh :
1. Ibu Teresa : Rasul Kaum Miskin;
2. Uskup Helder Camara : Uskup Pelayan dan Pengabdi Kaum Miskin;
3. Romo Mangunwijaya Pr : Pejuang Kaum Miskin dan Tersingkir.
TUGAS GEREJA KESAKSIAN
Tugas Kesaksian (Martyria)
Menjadi saksi Kristus berarti menyampaikan atau menunjukan apa yang dialami dan diketahui tentang Kristus kepada orang lain. Gereja juga mewartakan injil kepada dunia dengan kesaksian hidup yang setia pada Tuhan Yesus. Menjadi saksi Kristus dapat menuai banyak resiko. Yesus berkata "Kamu akan dikucilkan bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuhmu akan menyangka ia berbuat bakti pada Allah." (Yoh 16:2).
Contoh para Martir :
Menjadi saksi Kristus berarti menyampaikan atau menunjukan apa yang dialami dan diketahui tentang Kristus kepada orang lain. Gereja juga mewartakan injil kepada dunia dengan kesaksian hidup yang setia pada Tuhan Yesus. Menjadi saksi Kristus dapat menuai banyak resiko. Yesus berkata "Kamu akan dikucilkan bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuhmu akan menyangka ia berbuat bakti pada Allah." (Yoh 16:2).
Contoh para Martir :
· St. Sebastianus ;
· St. Tarsisius III ;
· Sta. Regina ;
· Sta. Maria Gorrety ;
· P. Maximillianus Kolbe.
TUGAS GEREJA MEWARTAKAN
TUGAS MEWARTAKAN (Kerygma)
Dalam diri Yesus dari Nazaret, Sabda Allah tampak secara konkret dan manusiawi.
3 bentuk Sabda Allah dalam Gereja :
Dalam diri Yesus dari Nazaret, Sabda Allah tampak secara konkret dan manusiawi.
3 bentuk Sabda Allah dalam Gereja :
· Sabda Para Rasul yang membangun Gereja ;
· Sabda dalam kitab Suci sebagai kesaksian normatif ;
· Sabda Allah dalam pewartaan aktual gereja sepanjang zaman.
Tugas pewartaaan adalah untuk mengaktualisasi apa yang disampaikan Allah dalam Kristus sebagaimana diwartakan Para Rasul. Dengan demikian, sabda Allah sungguh datang pada manusia menyelamatkan mereka yang mendengar dan melaksanakan pewartaan gereja.
2 Pola Pewartaan :
2 Pola Pewartaan :
· Pewartaan Verbal (kerygma) = Khotbah, pelajaran agama, katekese umat, Pendalaman Kitab Suci.
· Pewartaan Kesaksian (martyria) = pada kaum awam.
2 Tuntutan pewartaan :
· Mendalami dan menghayati Sabda Tuhan ;
· Mengenal umat / masyarakat konteknya.
Magisterium : wewenang atau kuasa mengajar dalam gereja.
4 syarat magisterium :
4 syarat magisterium :
· Ajaran harus menyangkut iman dan kesusilaan ;
· Ajaran harus bersifat otentik, artinya jelas dikemukakan dengan kewibawaan Kristus ;
· Ajaran yang dinyatakan dengan tegas / definitif (tidak dapat diganggu gugat) ;
· Ajaran itu disepakati bersama.
Para Pewarta Sabda
Syarat Pewarta Sabda :
Syarat Pewarta Sabda :
· Dekat dengan yang diurutkan
· Menjadi senasib dengan yang diwartakannya
· Berani menanggung derita seperti yang diwartakannya
· Siap untuk diutus dan diserahkan kepada umat yang mendengar
· Memiliki komitmen yang utuh kepada umat.
TUGAS GEREJA MENGUDUSKAN
Tugas Menguduskan (LITURGIA)
Doa dan ibadat merupakan salah satu tugas gereja untuk mengudukan umatnya dan umat manusia. Tugas ini disebut tugas Imaniah Gereja, yaitu Kristus, Tuhan, Imam Agung yang dipilih antara manusia mnejadikan umat baru. Oleh sebab itu gereja bertekun dalam doa, memuji Allah dan mempersembahkan diri sebagai korban yang hidup suci dan berkenan pada Allah.Gereja memiliki imamat umum dan imamat jabatan.
Imamat umum : tugas pengudusan, berdoa, menyambut sakramen, memberi kesaksian hidup.
Imamat Jabatan : Membentuk dan memmimpin umat, memberi pelayanan sakramen-sakaramen.
yang termasuk LITURGIA :
Doa : berbicara dengan Tuhab secara pribadi dan ungkapan iman secara pribadi.
Doa dan ibadat merupakan salah satu tugas gereja untuk mengudukan umatnya dan umat manusia. Tugas ini disebut tugas Imaniah Gereja, yaitu Kristus, Tuhan, Imam Agung yang dipilih antara manusia mnejadikan umat baru. Oleh sebab itu gereja bertekun dalam doa, memuji Allah dan mempersembahkan diri sebagai korban yang hidup suci dan berkenan pada Allah.Gereja memiliki imamat umum dan imamat jabatan.
Imamat umum : tugas pengudusan, berdoa, menyambut sakramen, memberi kesaksian hidup.
Imamat Jabatan : Membentuk dan memmimpin umat, memberi pelayanan sakramen-sakaramen.
yang termasuk LITURGIA :
Doa : berbicara dengan Tuhab secara pribadi dan ungkapan iman secara pribadi.
· Fungsi doa : Mengkomunikasikan diri kita Kepada Allah, mempersatukan diri kita kepada Tuhan, mengungkapkan kepercayaan terhadap Tuhan, mengangkat setiap karya kita mnejadi karya yang bersifat apostolis dan merasul.
· Syarat doa yang baik : didoakan dengan hati, berakar dan bertolak dari pengalaman hidup, diucapakan dengan rendah hati.
· Doa resmi gereja disebut IBADAT / LITURGI
Sakramen : merupakan liturgi dalam arti yagn paling penuh, yaitu sebagai lambang/simbol adalah melambangkan dan mengungkapakan karya penyelamatan Allah dan pengalaman dasariah manusia yang terselamatkan. Sakramen mengungkapkan karya tuhan yang menyelamatkan. Sakramen juga meningkatkan dan menjamin mutu hidup kita sebagai orang Kristiani.
7 Sakramen :
7 Sakramen :
· Sakaramen Baptis : sakramen yang menyatakan seseorang resmi menjadi anggota gerejadan memulai babak baru dalam kehidupan dengan Kristus yang menjiwai dia melalui Roh-Nya, maka segala pelanggaran dan dosa yang telah diperbuatnya dihapus.
· Sakramen Krisma : menjadi tanda kedewasaan seseorang yang turut serta bertanggungjawab ataas kehidupan umat Allah dan diutus untuk memperjuangkan cita-cita Kristus dalam Gereja dan Masyarakat.
· Sakramen Tobat : Sakramen yang menyatakan penesalan dan mohon ampun seseorang atas dosa-dosanya serta berjanji akan memperbaiki dan memperbaharui diri.
· Sakramen Ekaristi : Sakramen yang merupakan tanda kesatuan kita dengan Allah, yang dinyatakan dalam hosti suci yang kita ambut setiap perayaan Ekaristi.
· Sakramen Perminyakan Orang Sakit : Sakramen yang diberikan pada seseorang yagn sakit keras dan menghadapi maut dengan Roh Kudus yang ditandakan dengan minyak, agar penderitaannya menjadi lebih serupa denga Kristus.
· Sakramen Pernikahan : Sakramen yang menyatukan 2 cinta berdasarkan Kristus dan berlangsung seumur hidup serta mengandung panggilan luhur untuk membina keluarga sebagai tanda kasih setia Allah bagi setiap insan. Allah sendiri menjadi penjamin kesetiaan, jadi apa yang disatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia.
· Sakramen Imamat : Sakramen yang mengesahkan dan melantik para pelayan umat untuk menjadi pewarta sabda Allah dan pewarta Keselamatan bagi umat manusia.
Sakramentali : tanda-tanda suci yang berupa pemberkatan, yakni pemberkatan orang, benda, atau barang rohani.
Devosi adalah bentuk penghormatan kebaktian khusus orang atau umat beriman kepada rahasia kehidupan Yesus yang tertentu yang bertujuan untuk semakin menguatkan iman kita kepada Allah dalm diri Yesus Kristus.
Devosi adalah bentuk penghormatan kebaktian khusus orang atau umat beriman kepada rahasia kehidupan Yesus yang tertentu yang bertujuan untuk semakin menguatkan iman kita kepada Allah dalm diri Yesus Kristus.
LAMBANG - LAMBANG GEREJA
Gereja dilambangkan sebagai :
· Kandang Domba : Yesus adalah Pintu satu-satunya. Orang hanya bisa masuk melalui pintu Yesus.
· Ladang yang Ditumbuhi Zaitun Tua : gereja memiliki akar-akar suci pada Bapa Para Bangsa.
· Kawanan Domba : Yesus Kristus adalah gembala utama. Dia adalah gembala yang menyerahkan hidup-Nya untuk domba-domba-Nya.
· Kebun Anggur : Pokok anggur adalah Yesus Kristus sendiri, kita adalah ranting-rantingnya. Kita hidup di dalam Yesus Kristus
· Bangunan Allah : Kristus adalah batu yang telah dibuang tetapi menjadi batu penjuru, diatas dasar itu dibangunlah gereja oleh Para Rasul.
· Mempelai Kristus : Kristus menjadi gereja-Nya sebagai mempelai utuh dengan memberikan diri-Nya untuk menyucikan gereja.
ARTI GEREJA
Arti Rohani :
· Umat yang dipanggil Tuhan
· Persekutuan semua orang di seluruh dunia yang percaya akan Yesus Kristus itu Putra Allah dan satu-satunya Penyelamat kita.
· Himpunan yang didalamnya terdapat Umat Allah, Tubuh Kristus dan Bait Roh Kudus ( bdk 1 Kor 10:32, 11:17-22, 15:9 )
· Himpunan orang-orang yang digerakan untuk berkumpul oleh Firman Allah, yakni berhimpun bersama untuk membentuk Umat Allah dan yang diberi santapan dengan Tubuh Kristus menjadi Tubuh Kristus. ( bdk Katekismus Gereja Katolik no.777 )
Arti Fisik :
· Bangunan tempat ibadah persekutuan Umat yang beriman kepada Kristus.
Pengertian Awam
· Yang dimaksud dengan kaum Awam adalah semua orang beriman Kristiani yang tidak termasuk golongan yang menerima tahbisan suci dan status kebiarawanan yang diakui dalam Gereja (lih. LG 31). Definisi Awam dalam praktek dan dalam dokumen-dokumen Gereja ternyata mempunyai dua macam:
· Definisi teologis: Awam adalah warga Gereja yang tidak ditahbiskan. Jadi, Awam meliputi Biarawan/Biarawati seperti Suster dan Bruder yang tidak menerima tahbisan suci.
· Definisi tipologis: Awam adalah warga Gereja yang tidak ditahbiskan dan juga bukan Biarawan/Biarawati. Maka dari itu Awam tidak mencakup para Suster dan Bruder
· Definisi ini dikutip dari Lumen Gentium yang rupanya menggunakan definisi tipologis. Dan untuk selanjutnya istilah “Awam” yang digunakan adalah sesuai dengan pengertian tipologis di atas.
Hubungan Awam dan Hierarki sebagai Patner Kerja
· Sesuai dengan ajaran Konsili Vatikan II, rohaniwan (hierarki) dan Awam memiliki martabat yang sama, hanya berbeda fungsi. Semua fungsi sama luhurnya, asal dilaksanakan dengan motivasi yang baik, demi Kerajaan Allah.
Peranan Awam
· Peranan Awam sering diistilahkan sebagai KeRasulan Awam yang tugasnya dibedakan sebagai KeRasulan internal dan eksternal. KeRasulan internal atau kerasulan “di dalam Gereja” adalah keRasulan membangun jemaat. Kerasulan ini lebih diperani oleh jajaran hierarkis, walaupun Awam dituntut juga untuk mengambil bagian di dalamnya. KeRasulan eksternal atau keRasulan “dalam tata dunia” lebih diperani oleh para Awam. Namun harus disadari bahwa keRasulan dalam Gereja bermuara pula ke dunia. Gereja tidak hadir di dunia ini untuk dirinya sendiri, tetapi untuk dunia. Gereja hadir untuk membangun Kerajaan Allah di dunia ini
Kerasulan dalam tata Dunia (eksternal)
· Berdasarkan panggilan khasnya, Awam bertugas mencari Kerajaan Allah dengan mengusahakan hal-hal duniawi dan mengaturnya sesuai dengan kehendak Allah. Mereka hidup dalam dunia, yakni dalam semua dan tiap jabatan serta kegiatan dunia. Mereka dipanggil Allah menjalankan tugas khasnya dan dibimbing oleh semangat Injil. Mereka dapat menguduskan dunia dari dalam laksana ragi (lih. LG 31). Kaum Awam dapat menjalankan keRasulannya dengan kegiatan penginjilan dan pengudusan manusia serta meresapkan dan memantapkan semangat Injil ke dalam “tata dunia”sedemikian rupa sehingga kegiatan mereka sungguh-sungguh memberikan kesaksian tentang karya Kristus dan melayani keselamatan manusia.
· Dengan kata lain “tata dunia” adalah medan bakti khas kaum Awam. Hidup keluarga dan masyarakat yang bergumul dalam bidang-bidang ipoleksosbudhamkamnas hendaknya menjadi medan bakti mereka.
· Sampai sekarang ini, masih banyak di antara kita yang melihat keRasulan dalam tata dunia bukan sebagai kegiatan keRasulan. Mereka menyangka bahwa keRasulan hanya berurusan dengan hal-hal rohani yang sakral, kudus, serba keagamaan, dan yang menyangkut kegiatan-kegiatan dalam lingkup Gereja.
· Dengan paham gereja sebagai “Tanda dan Sarana Keselamatan Dunia” yang dimunculkan oleh gaudium et Spes, di mana otonomi dunia dan sifatnya yang sekuler diakui, maka dunia dan lingkungannya mulai diterima sebagai patner dialog dapat saling memperkaya diri. Orang mulai menyadari bahwa menjalankan tugas-tugas duniawi tidak hanya berdasarkan alasan kewargaan dalam masyarakat atau negara saja, tetapi juga karena dorongan iman dan tugas keRasulan kita, asalkan dengan motivasi yang baik. Iman tidak hanya menghubungkan kita dengan Tuhan, tetapi sekaligus juga menghubungkan dengan sesama kita di dunia ini
Kerasulan dalam Gereja (internal)
· Karena Gereja itu Umat Allah, maka Gereja harus sungguh-sungguh menjadi Umat Allah. Ia hendaknya mengkonsolidasi diri untuk benar-benar menjadi Umat Allah. Ini adalah tugas membangun gereja. Tugas ini dapat disebut keRasulan internal. Tugas ini pada dasarnya dipercayakan kepada golongan hierarkis (keRasulan hierarkis), tetapi Awam dituntut pula untuk ambil bagian di dalamnya. Keterlibatan Awam dalam tugas membangun gereja ini bukanlah karena menjadi perpanjangan tangan dari hierarki atau ditugaskan hierarki, tetapi karena pembabtisan ia mendapat tugas itu dari Kristus. Awam hendaknya berpartisipasi dalam tri tugas gereja. 1) Dalam tugas nabiah (pewarta sabda), seorang Awam dapat mengajar agama, sebagai katekis,memimpin kegiatan pendalaman Kitab Suci atau pendalaman iman, dsb
· Dalam tugas Imamiah (menguduskan), seorang Awam dapat
· Memimpin doa dalam pertemuan umat,
· Memimpin koor atau nyanyian dalam ibadah,
· Membagi komuni sebagi proDiakon,
· Menjadi pelayan putra Altar, dsb
· Dalam tugas nabiah (pewarta sabda), seorang Awam dapat:
· Menjadi anggota dewan paroki,
· Menjadi ketua seksi, ketua lingkungan atau wilayah, dan sebagainya.
Hubungan antara Awam dan hierarki, perlu memerhatikan hal-hal berikut ini:
Gereja sebagai Umat Allah
· Keyakinan bahwa semua anggota warga Gereja memiliki martabat yang sama, hanya berbeda fungsi dapat menjamin hubungan yang wajar antara semua komponen Gereja. Tidak boleh ada klaim bahwa komponen-komponen tertentu lebih bermartabat dalam Gereja Kristus dan menyepelekan komponen yang lainnya. Keyakinan ini harus diimplementasikan secara konsekuen dalam hidup dan karya semua anggota Gereja.
Setiap Komponen Gereja memiliki Fungsi yang khas
· Setiap komponen Gereja memiliki fungsi yang khas. Hierarki yang bertugas memimpin (melayani) dan mempersatukan Umat Allah. Biarawan/biarawati dengan kaul-kaulnya mengarahkan Umat Allah pada dunia yang akan datang (eskatologis). Para Awam bertugas meRasul dalam tata dunia. Mereka menjadi Rasul dalam keluarga-keluarga dan dalam masyarakat di bidang ipoleksosobudhamkamnas. Jika setiap komponen gereja menjalankan fungsinya masing-masing dengan baik, maka adanya kerja sama yang baik pasti terjamin.
Kerja sama
· Walaupun tiap komponen memiliki fungsinya masing-masing, namun untuk bidang-bidang tertentu, terlebih dalam keRasulan internal yaitu membangun hidup menggereja, masih dibutuhkan partisipasi dan kerja sama dari semua komponen. Dalam hal ini hendaknya hierarki tampil sebagai pelayan yang memimpin dan mempersatukan. Pimpinan tertahbis, yaitu dewan Diakon, dewan Presbyter, dan dewan Uskup tidak berfungsi untuk mengumpulkan kekuasaan ke dalam tangan mereka, melainkan untuk menyatukan rupa-rupa tipe, jenis, dan fungsi pelayanan (kharisma) yang ada.
· Hierarki berperan untuk memelihara keseimbangan dan persaudaraan di antara sekian banyak tugas pelayanan. Para pemimpin tertahbis memperhatikan serta memelihara keseluruhan visi, misi, dan reksa pastoral. Karena itu, tidak mengherankan bahwa di antara mereka termasuk dalam dewan hierarki ini ada yang bertanggungjawab untuk memelihara ajaran yang benar dan memimpin perayaan sakramen-sakramen
Tentang Panggilan dan Misi Kaum Awam
Salah satu dokumen Magisterium Gereja yang dapat dipakai sebagai dasar komunitas awam adalah Ekshortasi apostolik, Christifideles Laici (CL), tentang Panggilan dan Misi Kaum Awam, yang ditulis oleh Paus Yohanes Paulus II yang Terberkati. Teks lengkapnya dapat dibaca di link ini, silakan klik.
Paus Yohanes Paulus II mengajarkan bahwa dasar tugas panggilan dan misi kaum awam adalah persekutuan dengan Kristus (lih. CL 8). Misteri persekutuan dengan Kristus inilah yang menyatakan martabat panggilan dan misi kaum awam. Maka pelaksanaan tugas panggilan kaum awam pada dasarnya merupakan 1) partisipasi kaum awam dalam ketiga misi Kristus sebagai imam, nabi dan raja (lih. CL 14), yaitu misi yang kita peroleh setelah kita dibaptis- dan 2) sebagai langkah nyata yang dilaksanakan untuk dapat bertumbuh dalam kekudusan (lih. CL 16-17), yang menjadi panggilan semua umat Kristen.
Nah, Paus Yohanes Paulus II mengajarkan bahwa persekutuan dengan Kristus diperoleh di dalam Sabda Tuhan dan sakramen-sakramen, terutama sakramen Ekaristi (lih. CL 19). Juga karena Gereja adalah persekutuan para orang kudus dengan Kristus sebagai Kepalanya, maka persekutuan kita dengan Kristus juga harus mengakibatkan persekutuan kita dengan anggota-anggota Kristus lainnya (lih. CL 19), yang beragam dan saling melengkapi (lih. CL 20-21), di mana tiap-tiap anggota menjalankan perannya masing-masing untuk membangun Gereja, demi kebaikan umat manusia dan dunia (lih. CL 24). Terkait dengan persekutuan ini, maka semua komunitas umat beriman harus berkomitmen untuk mengatasi segala bentuk perpecahan dan pertentangan, sebab hal ini tidak sesuai dengan hakekat persekutuan dengan Kristus dan Tubuh-Nya (lih. CL 31)
Maka adalah hak awam untuk mendirikan komunitas awam (CL 29); namun terdapat kriteria-nya agar bentuk-bentuk ini dapat dikatakan otentik (lih. CL 30):
1. Tujuan utamanya adalah untuk memenuhi panggilan setiap umat beriman kepada kekudusan.
2. Bertanggung jawab untuk mengakui iman Katolik yang sepenuhnya: kebenaran akan Kristus, Gereja dan umat manusia, sesuai dengan ajaran Magisterium.
3. Memberikan kesaksian akan persekutuan yang kuat dan otentik, dalam ketaatan kepada Bapa Paus dan pada iman Gereja.
4. Sesuai dan berpartisipasi di dalam tujuan karya kerasulan Gereja, yaitu evangelisasi dan pengudusan umat manusia dan pembentukan hati nurani umat Kristiani, agar dapat menanamkan semangat Injil di dalam sendi-sendi kehidupan manusia.
5. Berkomitmen untuk hadir dalam masyarakat untuk melayani martabat manusia- atas dasar bahwa semua manusia diciptakan menurut gambaran Tuhan- dan untuk melayani kehidupan.
Selanjutnya, perlu diketahui bahwa kaum awam mempunyai panggilan dan misi untuk mewartakan Injil (lih. CL 33). Melalui evangelisasi, Gereja dibangun menjadi komunitas iman, yaitu komunitas yang mengakui iman yang setia penuh pada Sabda Tuhan, sebagaimana dirayakan dalam sakramen, dan komunitas yang hidup di dalam kasih yang menjadi prinsip ajaran moral Kristiani (lih. CL 33). Prinsip utama dari pewartaan kaum awam ini adalah membawa terang Kristus ke dalam dunia sekular, sehingga nilai-nilai kehidupan di dunia ini dapat diarahkan kepada Kristus. Titik awal dari panggilan dan misi ini dimulai dari keluarga yang adalah inti sel masyarakat yang terkecil (CL 40), dan tujuan dari misi ini adalah untuk melayani kehidupan masyarakat, demi kebaikan bersama (lih. CL 42).
Untuk melakukan tugas panggilan dan misi kaum awam, diperlukan proses formasi/ pendewasaan iman di dalam kesatuan dengan Kristus, sebagaimana ranting harus selalu melekat pada pokoknya (Lih. Yoh 15; CL 57). Tujuan yang paling mendasar dari proses ini adalah agar setiap orang yang terlibat dapat mengetahui dengan lebih jelas akan panggilan hidupnya dan berkemauan lebih besar untuk melaksanakan misinya (lih. CL 58). Untuk dapat mengetahui kehendak Tuhan di dalam hidup kita ini hanya dapat diperoleh melalui: 1) mendengarkan Sabda Tuhan dan Gereja, 2) doa yang sungguh-sungguh dan terus menerus, 3) bimbingan dari pembimbing rohani yang bijaksana, 4) discernment yang terus menerus tentang berbagai karunia dan talenta yang sudah diberikan Tuhan dan juga keadaan di mana kita tinggal (lih. CL 58). Proses formasi ini pada dasarnya adalah proses pembentukan diri agar dapat semakin terbuka terhadap karya Allah (lih. CL 63).
Bersumber dari panggilan dan misi sebagai umat Kristiani inilah, lahirlah karya-karya kerasulan awam. Salah satu dokumen Gereja (dari Konsili Vatikan II) yang mengatur kegiatan ini adalah dekrit tentang Kerasulan Awam yang berjudul Apostolicam Actuositatem yang teksnya dapat dibaca di sini, silakan klik
Kitab Suci dengan jelas mengisahkan keteribatan kaum awam, sejak awal mula terbentuknya Gereja (lih. Kis 11:19-21; 18:26; Rom 16:1-16; Flp 4:3). Sedangkan cara hidup komunitas jemaat/ Gereja awal ditulis dalam Kis 2:41-47.
Tentang tugas kerasulan kaum awam, Katekismus mengajarkan demikian:
KGK 900 Kaum awam, seperti juga semua umat beriman, telah menerima dari Allah tugas kerasulan berkat Pembaptisan dan Penguatan; karena itu mereka mempunyai hak dan kewajiban, baik sendiri-sendiri maupun dalam persekutuan dengan orang lain, untuk berusaha supaya semua manusia di seluruh dunia mengenal dan menerima berita keselamatan ilahi. Kewajiban ini lebih mendesak lagi, apabila orang tertentu hanya melalui mereka dapat menerima Injil dan mengenal Kristus. Dalam persekutuan gerejani kegiatan mereka sekian penting, sehingga kerasulan pastor sering tidak dapat berkembang sepenuhnya tanpa mereka.
KGK 910 “Kaum awam dapat juga merasa dirinya terpanggil atau dapat dipanggil,untuk bekeja sama dengan para gembala mereka dalam dalam melayani persekutuan gerejani, demi pertumbuhan dan kehidupan persekutuan itu. Dalam pada itu mereka dapat mengambil alih pelayanan yang sangat berbeda-beda, sesuai dengan rahmat dan karisma yang Tuhan anugerahkan kepada mereka (EN 73).
Selanjutnya tentang tugas penginjilan/ evangelisasi, dasarnya dapat dibaca di dokumen Ekshortasi Apostolik Evangelii Nuntiandi, oleh Paus Paulus VI, silakan klik.
Iklan
Komentar
Posting Komentar