MENDEM JERO MIKUL DUWUR
Mikul artinya memikul, yakni membawa diatas bahu. Duwur artinya tinggi, Mendem artinya menanam. jero artinya dalam. Dengan demikian "mikul duwur mendem jero" arti mudahnya adalah ada sesuatu yang harus dijunjung tinggi dan ada yang harus ditanam dalam-dalam. Masalahnya apa yang harus dijunjung tinggi dan apa yanng harus ditanam dalam-dalam dan dalam keadaan bagaimana hal itu dilakukan.
Ajaran ini banyak disalahgunakan dengan tujuan untuk tidak membuka keaiban di kalangan tertentu. Sikap ini sering terungkap dalam kata-kata yang secara salah di katakan: " Sudahlah jangan dibicarakan / jangan dipublikasikan atau jangan lagi diurusi karena itu akan membuka aib sendiri". Sikap seperti itu ada yang menganggap sebagai sikap yang bijaksana.
Di kalangan kekuasaan, terutama kekuasaan politik, pensalahgunaan ajaran 'mikul duwur mendem jero' ini banyak dipraktekkan. Demi nama baik partai politik, maka korupsi dari para politisi sering ditutupi. demikian juga di kalangan militer (bukan di Indonesia saja), kalangan kepolisian, kalangan agama, dan sebagainya.
Bangsa kita terkenal dengan sikapnya yang 'forget and forgive' (lupakan dan maafkan). Suatu kesalahan dipendem dalam-dalam demi harmoni yang harus diutamakan. masyarakat yang masih paternalistik dan fodalistik sering mendem keaiban atau kesalahan demi kehormatan atasan. Rasanya tidak layak kalau seorang menteri harus diperiksa KPK karena diduga korupsi.
Timbul pertanyaan, dalam keadaan bagaimana ajaran 'mikul duwur mendem jero' ini perlu diterapkan?
Dalam era keterbukaan dan era kekuasaan hukum, rasanya tidak ada kesalahan yang harus dipendem jero demi apapun. Skandal sex presiden Clinton diungkap ramai-ramai demi keadilan meskipun kemudian secara hukum dia tidak disalahkan. Kita tidak pernah tahun bagaimana perasanaan isteri Bill Clinton, yaitu Hallary Clinton. tetapi ada kenyataan yang ktia ketahui, Hillary Clinton sampai sekarang tetap setia kepada suaminya dan tidak pernah mencaci maki suaminya yang mempunyai affair dengan gadis muda di kantor presiden.
Nah itu dia makna sesungguhnya dari nasihat 'mikul duwur mendem jero' . Orang Inggris bersikap 'mikul duwur mendem jero' terhadap negerinya dengan slogan "right or wrong my country". Meskipun negara saya salah tetapi saya tetap setia sebagai warga negera dan akan saya bela mati-matian.
Makna ajaran 'mikul duwur mendem jero' dalam konteks globalisasi adalah patriotisme. Seorang patriot tetap cinta pada negara dan bangsanya. Bagaimana dengan bangsa kita? Kenyataan menunjukkan kita kekurangan patriot dan bahkan banyak orang yang 'menjual tanah air' dalam investasi, dengan lebih setia kepada korporasi dari pada kepada bangsa. Senang menjelek-jelekan bangsa dan negara demi kepentingan sendiri.
Mikul duwur mendem jero adalah ajaran untuk patriot.
Salam
Kirawis
Makna “ Mikul Dhuwur Mendhem Jero” bagi Pendidikan Karakter
Indonesia merupakan negara yang beraneka ragam kebudayaan dan adat istiadat yang harus dijunjung tinggi seperti budi pekerti dan barhati luhur harus terus dilestarikan. Tapi kenyataannya sekarang, kaum pemuda banyak yang sudah hilang nilai luhur budi pekertinya sehingga unggah-ungguh / tata krama terhadap orang tua sudah hilang. Selain itu moral pemuda sekarang juga sudah mulai luntur sehingga moral baik semakain menipis terhadap kaum muda sekarang. Contoh saja seperti tawuran merajalela, penggunaan kata-kata yang memburuk, meningkatnya penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas, kaburnya batasan moral baik-buruk, menurunnya etos kerja, rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, membudayanya ketidakjujuran, dan adanya saling curiga dan kebencian antara sesama.
Untuk mencegah menipisnya moral yang bertambah parah, pendidikan karakter harus lebih ditingkatkan baik di lingkungan formal, informal maupun nonformal. Ada satu peribahasa Jawa yang tepat untuk mendidik karakter anak bangsa yang sudah mulai hilang rasa hormatnya pada orang tua, yakni “mikul dhuwur mendhem jero”. Mikul dhuwur mendhem jerodiartikan meninggikan atau menonjolkan kelebihan serta kebaikan keluarga dan menutupi kekurangan atau keburukan keluarga. Namun peribahasa tersebut sebenarnya memiliki makna sangat dalam, yakni njunjung drajade wong tuwa (menjunjung tinggi derajat dan harkat martabat orang tua). Peribahasa tersebut mengajarkan kita agar mampu menjunjung tinggi derajat dan harkat martabat orang tua, tidak membuat aib dan cela untuk kedua orang tua . Selain itu kita harus bisa menghargai serta menghormati orang tua. Tidak hanya orang tua dalam arti sempit namun juga dalam arti yang lebih luas, yakni orang yang lebih tua, pemimpin, tokoh masyarakat dan sebagainya.
Saat ini jarang sekali kaum muda yang mau menghormati orang tuanya, apa lagi menghormati pimpinan atau orang yang lebih tua. Anak-anak muda sekarang malah banyak yang mengecewakan orang tuanya seperti anak gadis dibawah umur sudah hamil duluan. Ini disebabkan karena tidak mendengar perintah dari orang tuanya. Maka dari itu, untuk membentuk moral dan karakter seseorang harus dilandasi oleh tindakan “mikul dhuwur mendhem jero”. Jika kalimat ini sudah diterapkan kepada jiwa pemuda maka akan memupuk moral dan karakter kaum muda untuk semakin baik. Setidaknya batasan moral antara anak dan orang tua dan norma tidak akan lenyap, terhapus arus globalisasi. Indonesia pun bisa semakin maju bukan hanya pada perekonomiannya saja namun pada karakter pemuda dan pemudinya .
Komentar
Posting Komentar