Liburan akhir tahun 2010 ini bersama tiga bidadari kecilku dan Ibunya sengaja pulang kampung ke Solo, tepatnya ke Desa Karangelo, Kec.Bendosari, Kab. Sukoharjo, tempat mbak saya nomor tiga tinggal. Belilaulah yang merawat ibu saya dari empat bersaudara hingga ibu dipanggil Tuhan sekitar 6 tahun yang lalu. Jadi setiap kali kami pulang pasti ketempat mbak Nyenik itulah yang kami jujug(tempat pertama kami kunjungi).
Saya sebenarnya lahir di Dusun Wates, Desa Jumantoro, Kec.Jumapolo, Kab.Karanganyar, Jawa Tengah, namun karena tempat tabon (induk dari orangtua) sudah tidak ada, ya itulah jujugan saya ke mbak nomor tiga.
Ada satu hal yang ingin kami bagikan suatu pengalaman bahwa ternyata di desa kami telah banyak berubah dengan segala plus dan minusnya. Secara umum ternyata pembangunan infrastruktur meroisot tajam dibandingkan dengan ketika aku masih di desa; walaupun telah berganti kepala desa hingga 3 periode tetapi rupanya mereka-mereka kurang pecus di banding yang terdahulu, kurang mberani mengambil resiko, takut menyusahkan penduduk/masyarakat, disamping memang rata-rata sang kepala desa tadi hanya berpendidikan rata-rata SMP, sementara dulu lulusan sarjana muda ekonomi (BE).
Hal lain adalah bahwa di desa kami terutama yang telah berpikir jauh tentang investasi, margin, bisnis pertanian, tidak lagi hanya sekedar menanam tamanan pertanian seperti jagung, singkong, kacang, kedelai, padi, dll; tetapi ada sebagian masyarakat yang mulai memanam pohon jati dan pohon mahoni, pohon akasia, pohon sengon sebagai investasi.
Menurut cerita dari Bapak Y. Pardiyono, BE; yang secara kebetulan dulu mantan kepala Desa 2 periode semasa Pak Harto, yang berarti 16 tahun menjabat, dan juga kenal sebagai tetangga dulu, berdasarkan pengalaman beliau masih menguntungkan dengan masa tanam antara 5-7 tahun pohon sengon bisa di jual. Konon beliau pernah menjual dengan harga sekitar 30 juta sekitar 3 tahun lalu. Sementara kakak saya pernah menjual 15 juta 2 tahun yang lalu,dengan menanami ladang awarisan orang tua.
ALKISAH sekitar 3 tahun yang lalu saya ikut-ikutan menanam pohon jati sekitar 150 pohon jati, dan eh...ternyata kemarin aku sambangi kok hidup. diantara sela-sela itu pohon masih ada jarak yang bisa saya manfaatkan saya tanami lagi pohon sengon sekitar 160 batang, juga tempat warisan yang lain sekitar 100 pohon sengon. Jadi sambil besok saudara-saudara dan yang utama tradisi nyekar ke tempat leluhur, juga ke mertua berlatih investasi melalui tamanan jati dan sengon. Kami berharap di masa mendatang ada hasilnya.
2 Januari 2011, fxsutono
http://sutonofx.blogspot.com/
Saya sebenarnya lahir di Dusun Wates, Desa Jumantoro, Kec.Jumapolo, Kab.Karanganyar, Jawa Tengah, namun karena tempat tabon (induk dari orangtua) sudah tidak ada, ya itulah jujugan saya ke mbak nomor tiga.
Ada satu hal yang ingin kami bagikan suatu pengalaman bahwa ternyata di desa kami telah banyak berubah dengan segala plus dan minusnya. Secara umum ternyata pembangunan infrastruktur meroisot tajam dibandingkan dengan ketika aku masih di desa; walaupun telah berganti kepala desa hingga 3 periode tetapi rupanya mereka-mereka kurang pecus di banding yang terdahulu, kurang mberani mengambil resiko, takut menyusahkan penduduk/masyarakat, disamping memang rata-rata sang kepala desa tadi hanya berpendidikan rata-rata SMP, sementara dulu lulusan sarjana muda ekonomi (BE).
Hal lain adalah bahwa di desa kami terutama yang telah berpikir jauh tentang investasi, margin, bisnis pertanian, tidak lagi hanya sekedar menanam tamanan pertanian seperti jagung, singkong, kacang, kedelai, padi, dll; tetapi ada sebagian masyarakat yang mulai memanam pohon jati dan pohon mahoni, pohon akasia, pohon sengon sebagai investasi.
Menurut cerita dari Bapak Y. Pardiyono, BE; yang secara kebetulan dulu mantan kepala Desa 2 periode semasa Pak Harto, yang berarti 16 tahun menjabat, dan juga kenal sebagai tetangga dulu, berdasarkan pengalaman beliau masih menguntungkan dengan masa tanam antara 5-7 tahun pohon sengon bisa di jual. Konon beliau pernah menjual dengan harga sekitar 30 juta sekitar 3 tahun lalu. Sementara kakak saya pernah menjual 15 juta 2 tahun yang lalu,dengan menanami ladang awarisan orang tua.
ALKISAH sekitar 3 tahun yang lalu saya ikut-ikutan menanam pohon jati sekitar 150 pohon jati, dan eh...ternyata kemarin aku sambangi kok hidup. diantara sela-sela itu pohon masih ada jarak yang bisa saya manfaatkan saya tanami lagi pohon sengon sekitar 160 batang, juga tempat warisan yang lain sekitar 100 pohon sengon. Jadi sambil besok saudara-saudara dan yang utama tradisi nyekar ke tempat leluhur, juga ke mertua berlatih investasi melalui tamanan jati dan sengon. Kami berharap di masa mendatang ada hasilnya.
2 Januari 2011, fxsutono
http://sutonofx.blogspot.com/
Komentar
Posting Komentar