Sumber
Kebosanan Pria
Apakah
Pria itu pembosan? Bisa ya bisa tidak. Tapi setidaknya sebagian pria hidupnya
suka dengan yang dinamis, enggan sesuatu yang monoton dan rutinitas.
Demikian
dalam membina keintiman dengan pasangannya, termasuk keintiman seksual.
Dalam
pengalaman Saya sebagai terapis keluarga, Ada beberapa sumber kebosanan pria
Pertama,
jika mendengar isi komunikasi istrinya monoton. Terjadi pengulangan, apalagi
dengan ekspresi dan intonasi yang kurang menarik.
Saat
seperti ini nampak suami memilih diam atau hanya menjawab singkat: hmm…Ya…
Mungkin….entahlah… Malas mengeksplorasi percakapan. Ekstrimnya malah memilih
tidur atau bekerja di depan komputer, berpura-pura sibuk. Mengatasinya latih
diri menjadi pendengar yang baik. Belajar humor dan memperbanyak kosa kata dan
isu percakapan yang disukai pria. Seperti politik, mobil, bola dsb. Kembangkan
juga hobi bersama, supaya nyambung.
Kedua,
variasi hubungan seksual yang minim. Pria senang menikmati segala sesuatu
dengan variasi. Lihat saja mungkin pasanganmu suka membawa motor atau mobilnya
ke bagian variasi mobil, dan rela mengeluarkan uang banyak hanya sekedar ganti
klakson atau knalpot. Hal yang sama tampak dalam hubungan suami-istri. Ia ingin
punya variasi, tidak hanya posisi saat berhubungan seksual tapi juga tempat
melakukannya. Jika istri kurang memahami kebutuhan ini, cepat atau lambat
pasaanganmu akan merasa bosan dan bisa-bisa berujung selingkuh. Solusinya,
bicarakan terbuka variasi hubungan yang disukai pasangan, dan frekuensi dan
waktu yang dibutuhkan.
Ketiga,
dalam hal karir. Jika pria sudah merasa mentok dengan jabatan, atau penghargaan
di kantornya maka ia berpikiran ingin pindah kerja. Indikasinya, pasangan anda
banyak mengeluh tentang kantor. Mengeluhkan hubungan dengan teman kerja hingga
enggan banget berangkat kerja. Mungkin pasangan anda sibuk kerja dan lupa
mengembangkan diri. Malas sekolah lanjut atau setidaknya ikut seminar rutin
dsb. Sehingga saat terjadi kompetisi dengan rekan yang lebih muda, pasanganmu
merasa diabaikan bosnya. Namun sering pindah kerja jusru melemahkan isi CVnya,
karena dianggap tidak loyal.
Solusinya,
sejak menikah dorong agar pasangan selalu kembangkan diri. Suka membaca dan
belajar. Kalau perlu studi lanjut agar membuatnya lebih menguasai pekerjaannya.
Keempat,
sibuk kerja dan kurang rekreasi. Kesibukan bekerja dan rutinitas bisa
mendatangkan rasa jenuh. Sayangnya pasanganmu merasa tak perlu ambil cuti dan
rekreasi. Saat mengalami overload syndrom dia merasa cepat capek. Banyak
mengeluh. Saat seperti ini dorong pasanganmu ambil cuti dan pergi berlibur.
Apalagi jika pasanganmu mengidap workaholic alias candu kerja.
Tentu
ini bukan kesalahan pasangan (istri) semata. keluar dari rasa bosan juga
merupakan tanggungjawab utama kita sebagai pria dewasa. Sorry baru dari sisi
pria, moga nanti bisa menuliskan dari sisi istri. Semoga mencerahkan
Julianto
Simanjuntak
Komentar
Posting Komentar