Media Indonesia - Target Penurunan Angka Kemiskinan Meleset
JUMLAH warga miskin di Indonesia pada Maret 2012 tercatat 29,13 juta jiwa atau 11,96% dari total penduduk. Angka itu berarti hanya turun 0,53% ketimbang jumlah penduduk miskin satu tahun sebelumnya (Maret 2011) yang mencapai 12,49%.
Dengan demikian, penurunan angka kemiskinan 1% dalam kurun satu tahun yang ditargetkan oleh pemerintah tidak tercapai.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat faktor yang mengurangi jumlah penduduk miskin, antara lain, upah harian nominal buruh tani dan bangunan yang meningkat pada triwulan I 2012, yakni 4,81%. Kenaikan nilai tukar petani juga menjadi faktor pendorong berkurangnya jumlah warga miskin.
"Indeks kedalaman kemiskinan turun dari 2,08 menjadi 1,88, sedangkan indeks keparahan kemiskinan turun dari 0,55 menjadi 0,47. Turun sedikit, tetapi menunjukkan penduduk yang tadinya berada di ujung bawah kini mendekati garis kemiskinan walau masih dikategorikan miskin," kata Kepala BPS Suryamin dalam konferensi pers, kemarin.
Suryamin memaparkan jumlah penduduk miskin yang naik kelas selama Maret 2011 ke Maret 2012, yakni 399,5 ribu orang di perkotaan dan 487 ribu orang di perdesaan. Dengan demikian, kini persentase penduduk miskin di perkotaan turun menjadi 8,78% dari sebelumnya 9,23%. Adapun di perdesaan turun dari 15,12% dari 15,72%.
Dalam menanggapi laporan BPS, Direktur Indef Enny Sri Hartati menilai pertumbuhan ekonomi 6,3% secara year on year pada triwulan I 2012 jika dibandingkan dengan akhir periode sama tahun lalu tidak mampu menekan kemiskinan secara signifikan. Kemiskinan hanya turun 0,53%, yakni dari 12,49% menjadi 11,96%.
Dia juga mempertanyakan dasar perhitungan kemiskinan yang tidak sesuai realitas kebutuhan.
"Rata-rata (kebutuhan penduduk yang berada di) garis kemiskinan itu Rp250 ribu per kapita per bulan. Makanan Rp182 ribu dan di luar makanan Rp65 ribuan. Kini, katakan beli obat batuk saja Rp20 ribu, belum buku sekolah anak. Ini tidak rasional," tegas Enny.
Setidaknya standar garis kemiskinan yang diberlakukan sama dengan Bank Dunia, yakni US$2 per kapita per hari. Angka itu, dengan asumsi nilai tukar 9.400 per dolar AS, berarti Rp564 ribu per kapita per bulan, atau di atas patokan BPS sebesar Rp248.707 per kapita per bulan. (GA/X-15)
JUMLAH warga miskin di Indonesia pada Maret 2012 tercatat 29,13 juta jiwa atau 11,96% dari total penduduk. Angka itu berarti hanya turun 0,53% ketimbang jumlah penduduk miskin satu tahun sebelumnya (Maret 2011) yang mencapai 12,49%.
Dengan demikian, penurunan angka kemiskinan 1% dalam kurun satu tahun yang ditargetkan oleh pemerintah tidak tercapai.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat faktor yang mengurangi jumlah penduduk miskin, antara lain, upah harian nominal buruh tani dan bangunan yang meningkat pada triwulan I 2012, yakni 4,81%. Kenaikan nilai tukar petani juga menjadi faktor pendorong berkurangnya jumlah warga miskin.
"Indeks kedalaman kemiskinan turun dari 2,08 menjadi 1,88, sedangkan indeks keparahan kemiskinan turun dari 0,55 menjadi 0,47. Turun sedikit, tetapi menunjukkan penduduk yang tadinya berada di ujung bawah kini mendekati garis kemiskinan walau masih dikategorikan miskin," kata Kepala BPS Suryamin dalam konferensi pers, kemarin.
Suryamin memaparkan jumlah penduduk miskin yang naik kelas selama Maret 2011 ke Maret 2012, yakni 399,5 ribu orang di perkotaan dan 487 ribu orang di perdesaan. Dengan demikian, kini persentase penduduk miskin di perkotaan turun menjadi 8,78% dari sebelumnya 9,23%. Adapun di perdesaan turun dari 15,12% dari 15,72%.
Dalam menanggapi laporan BPS, Direktur Indef Enny Sri Hartati menilai pertumbuhan ekonomi 6,3% secara year on year pada triwulan I 2012 jika dibandingkan dengan akhir periode sama tahun lalu tidak mampu menekan kemiskinan secara signifikan. Kemiskinan hanya turun 0,53%, yakni dari 12,49% menjadi 11,96%.
Dia juga mempertanyakan dasar perhitungan kemiskinan yang tidak sesuai realitas kebutuhan.
"Rata-rata (kebutuhan penduduk yang berada di) garis kemiskinan itu Rp250 ribu per kapita per bulan. Makanan Rp182 ribu dan di luar makanan Rp65 ribuan. Kini, katakan beli obat batuk saja Rp20 ribu, belum buku sekolah anak. Ini tidak rasional," tegas Enny.
Setidaknya standar garis kemiskinan yang diberlakukan sama dengan Bank Dunia, yakni US$2 per kapita per hari. Angka itu, dengan asumsi nilai tukar 9.400 per dolar AS, berarti Rp564 ribu per kapita per bulan, atau di atas patokan BPS sebesar Rp248.707 per kapita per bulan. (GA/X-15)
Komentar
Posting Komentar