Oleh: Pdt. Ruslan Christian
Pengertian tentang arti dan hakekat kepemimpinan sangat penting bagi seorang pemimpin. Sebab sadar atau tidak sadar, sengaja atau tidak sengaja, kepemimpinan yang dipraktikkan seorang pemimpin akan diwarnai oleh pemahaman internalnya tentang arti kepemimpinan itu sendiri.
Demikian pula seorang pemimpin Kristen, pola kepemimpinannya akan ditentukan oleh pemahaman dan penghayatannya tentang arti kepemimpinan itu sendiri. Jika makna kepemimpinan sekuler yang dihayatinya, maka sekalipun ia dikenal sebagai “pemimpin Kristen” tetapi sesungguhnya praktik kepemimpinannya bukan “kepemimpinan Kristen.” Sebaliknya, jika ia menghayati dan menerapkan kepemimpinan yang “Kristen” – berlandaskan perspektif Alkitab maka baru kepemimpinannya layak disebut kepemimpinan rohani.
PANDANGAN UMUM TENTANG KEPEMIMPINAN
1. Arti pemimpin
Arti pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan/ kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.(01) Mengutip Henry Pratt Fairchild, Kartini Kartono mengatakan, pemimpin dalam pengertian luas, seorang yang memimpin, dengan jalan memprakarsai tingkah laku sosial dengan mengatur, menujukan, mengorganisir atau mengontrol usaha/upaya orang lain, atau melalui prestise, kekuasaan, atau posisinya. Dalam pengertian terbatas, pemimpin adalah seorang yang memimpin dengan bantuan kualitas-kualitas persuasifnya, dan akseptansi/penerimaan secara sukarela oleh para pengikutnya.(02) Berdasarkan beberapa definisi dari kata “pemimpin”, Kartini Kartono mendefinisikan pemimpin sebagai pribadi yang memiliki kecakapan khusus, dengan atau tanpa pengangkatan resmi dapat mempengaruhi kelompok yang dipimpinnya, untuk melakukan usaha bersama mengarah pada pencapaian sasaran-sasaran tertentu.(03)
2. Penyebab munculnya pemimpin
Ada tiga teori tentang kemunculan pemimpin.(04)
Pertama, Teori genetis. Teori ini menyatakan bahwa pemimpin lahir dari pembawaan bakatnya sejak ia lahir, bukan dibentuk menurut perencanaan yang disengaja. Pemimpin demikian lahir dari situasi yang bagaimanapun juga karena ia bersifat sudah ditetapkan (determinis dan fatalis).
Kedua, Teori Sosial. Teori ini kebalikan atau lawan teori pertama. Pemimpin tidak muncul akibat bawaannya sejak lahir, melainkan disiapkan dan dibentuk. Sebab itu setiap orang bisa menjadi pemimpin asal dipersiapkan dan dididik secara sistematis.
Ketiga, Teori Ekologis atau Sintetis. Teori ini muncul sebagai respon terhadap dua teori terdahulu. Teori ini menyatakan bahwa pemimpin muncul melalui bakat-bakat sejak kelahirannya, lalu dipersiapkan melalui pengalaman dan pendidikan sesuai dengan konteksnya.
3. Persyaratan pemimpin
Ada tiga hal penting yang menjadi persyaratan pemimpin sekuler.(05) Pertama, Kekuasaan. Seorang pemimpin harus memiliki kekuatan, otoritas, dan legalitas untuk mempengaruhi dan menggerakkan bawahannya. Kedua, Kewibawaan. Pemimpin harus memiliki kelebihan, keunggulan, keutamaan agar ia mampu mengatur orang lain untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tertentu. Ketiga, Kemampuan. Pemimpin harus memiliki daya, kekuatan, keunggulan, kecakapan teknis dan sosial yang melampaui bawahannya.
Ada pula yang beranggapan bahwa pemimpin harus memiliki kualitas-kualitas unggul seperti kemampuan berpikir tinggi, bijaksana, bertanggung jawab, adil, jujur, memiliki rasa humor, dsb. Sebagian lagi beranggapan pemimpin harus memiliki kemampuan relasional dengan bawahannya, misal, kemampuan mengkoordinasi bawahannya, menyusun konsep dan penjabaran tujuan-tujuan, bersikap adil, dsb. Namun, menurut pandangan umum/sekuler ini, keunggulan pemimpin dari sisi karakter tidak bersifat mutlak, sebab bisa saja karakter yang baik tidak terdapat pada seorang pemimpin dunia yang paling menonjol dan dipandang paling sukses.(06) Misalnya, Hitler dan Idi Amin yang dikenal sebagai tiran dan menimbulkan petaka dahsyat dalam sejarah dunia dan melenyapkan banyak jiwa, memiliki tabiat yang abnormal dan destruktif.
4. Arti kepemimpinan
Menurut Warren Bennis dan Burt Nanus, seperti yang dikutip Henry dan Richard Blackaby, mereka menemukan ada lebih dari 850 rumusan tentang kepemimpinan.(07) Mengutip pelbagai pandangan umum tentang makna kepemimpinan, Kartini Kartono mengatakan kepemimpinan(08) sebagai:
Proses dengan mana seorang agen menyebabkan seorang bawahan bertingkah laku menurut satu cara tertentu.
Kegiatan mempengaruhi orang-orang agar bekerjasama untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan.
Kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka suka berusaha mencapai tujuan-tujuan kelompok.
Seni untuk mempengaruhi tingkah laku manusia, kemampuan untuk membimbing orang.
Kepemimpinan adalah proses pengaruh sosial melalui mana seseorang dapat memperoleh bantuan dari orang lain dalam mencapai sebuah gol.(09)
Berdasarkan beragam pandangan di atas, kepemimpinan berarti proses/kegiatan atau kesanggupan menggerakkan/mempengaruhi orang yang dipimpin, kemampuan menuntun mereka mencapai tujuan-tujuan tertentu, yang bersifat individu maupun kelompok.5.
Tipe kepemimpinan
Kepemimpinan dalam pengertian umum dapat dikategorisasikan berdasarkan beberapa cara. Ada yang membagi tipe kepemimpinan sebagai:(10)
1) the crowd-compeller, kepemimpinan yang memaksakan kehendaknya kepada kelompok.
2) the crowd-exponent, penerjemah atau bentuk penampilan dari kelompok.
3) the crowd-representative, kepemimpinan sebagai wakil/utusan dari kelompok.
Ada pula pembagian tipe:
1) kepemimpinan konservatif/kuno,
2) kepemimpinan radikal, dan
3) kepemimpinan yang ilmiah.(11)
Berdasarkan orientasinya (tugas, hubungan kerja, dan hasil efektif) kepemimpinan dapat dibagi menjadi delapan tipe: deserter (pembelot), birokrat, misionari, developer (pembangun), otokrat, otokrat yang bajik, compromiser, dan eksekutif.(12)
PERBEDAAN ANTARA GEREJA DAN ORGANISASI
Bagaimanakah makna pemimpin dan kepemimpinan rohani atau Kristen? Sebelum kita menelaah tentang definisi dan arti kepemimpinan Kristen, maka harus dikenali perbedaan konteks dari pemimpin dan kepemimpinannya, yakni organisasi atau gereja di mana kepemimpinan itu dilaksanakan. Ada dua perbedaan prinsipil antara gereja dan organisasi.(13)
Pertama, dari segi naturnya. Hakekat gereja adalah organisme bukan organisasi. Ada tiga pihak yang hadir dalam gereja: Kristus, warga jemaat, dan pemimpin. Karena hakekat gereja sebagai organisme maka setiap anggota harus memiliki relasi pribadi dengan Kristus sebagai kepala gereja, dan sewajarnya setiap anggota memiliki persekutuan satu dengan lainnya.
Kedua, sasaran utamanya. Gereja mengutamakan manusia lebih daripada benda, kerja, atau hasil. Sebab itu tujuan utama gereja adalah kedewasaan dari tubuh dalam relasi dengan Tuhan dan antar sesama di dalamnya. Sedangkan tujuan utama organisasi adalah untuk melaksanakan tugas dan mencapai upaya produktif,(14) sehingga bisa saja mengabaikan kepentingan individu dalam organisasi sebab yang penting bisa mencapai targetnya.
Implikasi dari prinsip Alkitab tersebut adalah, gereja (komunitas umat Allah) sebagai organisme, secara terbatas(15) dapat memanfaatkan sistem organisasi dan manajemen untuk melaksanakan fungsinya sebagai umat Allah. Namun gereja harus tetap mempertahan sifat “keorganismeannya” yang mengutamakan manusia, relasi antar pribadi, dan kebergantungan kepada Kristus sebagai Kepalanya.
PANDANGAN ALKITAB TENTANG KEPEMIMPINAN
Di dalam Perjanjian Baru, khususnya klaim tentang kebenaran nampak di dalam perkataan Yesus Kristus dan seluruh karya-Nya di dalam dunia. Di dalam Yohanes 14:6a, Yesus Kristus berkata ”Akulah jalan, kebenaran, dan hidup.” Perkataan ini ditujukan kepada murid-muridnya di dalam perjamuan malam sebelum hari raya Paskah. Apakah maksud dari perkataan ini? Bagaimana hubungannya dengan konsep kebenaran yang dipahami secara umum dan di dalam kekristenan?
1. Arti pemimpin rohani (Kristen)
Makna pemimpin dalam konsepsi Alkitab, bukan berarti seseorang disebut pemimpin rohani (Kristen) karena ia seorang Kristen atau melibatkan diri dalam pelayanan Kristen. Pemimpin Kristen berarti pemimpin yang mengenal Allah secara pribadi dalam Kristus dan memimpin secara kristiani.(16) Pemimpin Kristen adalah pribadi yang memiliki perpaduan antara sifat-sifat alamiah dan sifat-sifat spiritualitas Kristen. Sifat-sifat alamiahnya mencapai efektivitas yang benar dan tertinggi karena dipakai untuk melayani dan memuliakan Allah. Sedangkan sifat-sifat spiritualitas kristianinya menyebabkan ia sanggup mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya untuk menaati dan memuliakan Allah. Sebab daya pengaruhnya bukan dari kepribadian dan ketrampilan dirinya sendiri, tetapi dari kepribadian yang diperbaharui Roh Kudus dan karunia yang dianugrahkan Roh Kudus.(17)
Pemimpin Kristen berbeda dengan pemimpin alamiah (sekuler/umum) dalam beberapa hal. Pemimpin rohani mengenal Allah, mencari kehendak Allah, menaati kehendak Allah, bergantung pada Allah, mengasihi Allah dan manusia,(18) dan akhirnya memuliakan Allah. Sedangkan pemimpin alamiah hanya mengenal manusia, membuat keputusan sendiri atau organisasi, berusaha mencapai sasaran pribadi atau organisasi, bersandar pada cara-cara sendiri, bergantung pada kuasa dan ketrampilan diri sendiri, mengutamakan hasil kerja dan cenderung mengabaikan manusia.
2. Penyebab munculnya pemimpin rohani
Pemimpin rohani muncul bukan menurut kemauan atau ambisi pribadi, melainkan karena tindakan Allah yang mempersiapkan, memanggil, menetapkan dan membimbingnya dalam mencapai tujuan-tujuan dari Allah. Dalam PL, Allah yang mempersiapkan dan memanggil Musa dan Yosua menjadi pemimpin bagi umatNya (Kel. 4; Yos. 1). Begitu pula dengan Harun dan keturunannya dalam jabatan keimaman PL (Kel. 28:1). Allah juga yang membangkitkan para hakim (Hak. 2:16). Allah yang menetapkan raja bagi Israel, misalnya Saul (1Sam. 10:1), Daud (1Sam. 13:14; 2Sam. 7), dan Salomo (1Raj. 8). Dia juga yang memanggil para nabi dalam PL. Sedangkan dalam PB, Kristus sendiri yang memilih, mempersiapkan, dan mengutus keduabelas rasul-Nya. Allah pula yang memberikan karunia-karunia rohani untuk melaksanakan pelayanan di dalam dan melalui gereja-Nya (1Tim. 4:14).
3. Persyaratan pemimpin rohani
Jika persyaratan kualitas karakter dan sosial dalam pemimpin umum bersifat relatif, bahkan boleh saja tidak dimiliki, maka persyaratan pemimpin Kristen sangat menekankan aspek karakter dan sosialnya. Ada dua puluh kriteria yang dicantumkan dalam 1Tim. 3:1-13 dan Tit. 1:5-9, delapan belas berkaitan dengan reputasi seseorang, etika, moralitas, temperamen, kebiasaan, dan kedewasaan rohani serta psikisnya.(19) J. Oswald Sanders, melihat kualifikasi yang ditulis Paulus ini sebagai kualifikasi sosial, moral, mental, kepribadian, rumah tangga, dan kedewasaan.(20) Kualifikasi dalam 1Tim. 3:1-7 ini memiliki tiga ciri menonjol,(21) yakni menyangkut:
1) persyaratan fundamen, bukan tugas,
2) tingkah laku yang teramati,
3) karakter tersebut bukan khas Kristen melainkan ideal tertinggi moralitas konteks Hellenistis zaman itu.
Ini berguna demi kesaksian gereja. Jadi kriteria di atas menunjukkan bahwa persyaratan seorang pemimpin rohani sangat ketat dan menuntut kedewasaan jiwani, rohani dan sosial.
4. Arti kepemimpinan rohani
Ada beragam definisi mengenai kepemimpinan rohani atau Kristen.(22)
“Kepemimpinan adalah pengaruh.” (Oswald J. Sanders)
“Tugas utama pemimpin adalah mempengaruhi umat Allah untuk melaksanakan rencana Allah.” (Robert Clinton)
“Seorang pemimpin Kristen yaitu seorang yang dipanggil oleh Allah untuk memimpin; dia memimpin dengan dan melalui karakter seperti Kristus; dan menunjukkan kemampuan fungsional yang memungkinkan kepemimpinan efektif terjadi.” (George Barna)
“Kepemimpinan rohani adalah menggerakkan orang-orang berdasarkan agenda Allah.” (Henry & Richard Blackaby)
Dari beberapa definisi di atas terlihat bahwa kepemimpinan rohani memiliki persamaan dengan kepemimpinan umum dalam hal mempengaruhi atau menggerakkan orang lain, mensyaratkan kemampuan fungsional dan membimbing kepada tujuan tertentu. Sedangkan perbedaannya, kepemimpinan rohani berdasarkan panggilan Allah, bukan dari manusia atau organisasi; melaksanakan tugas dalam lingkup agenda/rencana Allah, dengan berdasarkan karakter Kristus, dan menuntun kepada tujuan yang Allah kehendaki, bukan tujuan organisasi atau manusiawi.
5. Sifat khas kepemimpinan rohani
Berdasarkan prinsip Alkitab, terdapat beragam karakteristik kepemimpinan rohani.
Pertama, kepemimpinan rohani adalah kepemimpinan yang menghambakan diri. Identitas pemimpin Kristen adalah sebagai “hamba.”(23) Kepemimpinan Kristen bukan untuk mencari keuntungan materi maupun non-materi, melainkan untuk pelayanan (Luk. 22:26). Dalam PL, para raja bukan untuk meninggikan diri atas rakyat (Ul. 17:20). Korah ditegur dan dihukum akibat sikap kepemimpinan yang mengutamakan kedudukan (Bil. 16:933). Paulus memandang jabatan rasuli bukan untuk kemuliaan dirinya, melainkan untuk bekerja keras dalam pelayanan (2Kor. 11-12; 1Kor. 15:910). Para penatua gereja dipanggil untuk menggembalakan dan memelihara umat Allah (Ibr. 13:17; 1Ptr. 5:23). Yesus mengajarkan kepemimpinan sebagai “menjadi hamba” dan Dia menegaskannya melalui keteladanan-Nya (Mrk. 10:3545)
Kedua, kepemimpinan yang menempatkan posisinya di bawah kontrol Kristus.(24) Seorang pemimpin Kristen bukan menjadi orang nomor satu dalam gereja, sebab Kristus adalah Kepala Gereja. Ia memimpin namun juga dipimpin oleh Pemimpin Agung, Tuhan Yesus (Yoh. 13:13). Dengan demikian kerendahan hati dalam kepemimpinannya akan riil dalam praktiknya. Kerendahan hati yang melihat baik kebenaran tentang dirinya maupun keterbukaan untuk terus belajar akan kepemimpinan yang lebih baik, termasuk keunggulan dalam orang lain.(25)
Ketiga, kepemimpinan yang berdasarkan karakter yang baik.(26) Kepemimpinan Kristen sangat menekankan karakter yang teruji. Otentisitas kepemimpinan Kristen bergantung pada ketaatannya terhadap Kristus dan meneladani Kristus. Dengan otentisitas tersebut maka kepemimpinan Kristen memiliki legitimasi dan otoritas untuk memimpin.
Keempat, kepemimpinan yang bergantung pada Roh Kudus.(27) Pemimpin Kristen bukan dilahirkan atau dibentuk melalui usaha manusia, melainkan kemampuannya terutama karena karunia Roh Kudus (Rm. 12:6; 1Kor. 12:7). Karunia kepemimpinan adalah satu dari banyak karunia rohani dalam gereja. Sebab itu kemampuan kepemimpinan rohani harus bersandar pada Roh Kudus.
Kelima, kepemimpinan berdasarkan motivasi Kristen. Kepemimpinan sekuler pada umumnya berdasarkan kekuatan manusiawi dan bertujuan untuk meraih keuntungan pribadi (Mrk. 10:42). Sedangkan kepemimpinan rohani harus menanggalkan pementingan diri dan motivasinya untuk kepentingan orang lain dan kemuliaan Tuhan. Sebab itu dia dimotivasi oleh kasih Kristus.
Keenam, kepemimpinan yang mendasarkan otoritasnya pada pengorbanan. Sebab itu pemimpin Kristen yang sejati disebut “pemimpin pelayan” (a servant leader). Cacat terdalam dalam kepemimpinan sekuler berakar pada arogansi yang membuatnya bertindak dominan berdasarkan rasa superioritas.(28) Yesus mengajarkan bahwa ciri khas dan kebesaran pemimpin spiritual terletak bukan pada posisi dan kuasanya, melainkan pada pengorbanannya. Hanya melalui melayani, seseorang menjadi besar (Mrk. 10:43-44). Pemimpin yang memberi keteladanan dan pengorbanan akan memiliki wibawa spiritual untuk memimpin orang lain.
KESIMPULAN
Tuhan Yesus menegaskan adanya perbedaan esensial antara pemimpin Kristen dan pemimpin sekuler dengan menyatakan, “Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Mrk. 10:42-45).
Footnotes
01/ Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan (Jakarta: CV Rajawali, 1988), hlm. 33
02/ Ibid., hlm. 34.
03/ Ibid., hlm. 35.
04/ Ibid., hlm. 29.
05/ Ibid., hlm. 31.
06/ Ibid., hlm. 35-37.
07/ Henry & Richard Blackaby, Kepemimpinan Rohani (Batam Centre: Gospel Press, 2005), hlm.33.
08/ Ibid., hlm. 38-39.
09/ Martin M. Chemers, An Integrative Theory of Leadership (New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, 1997), hlm. 2.
10/ Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, hlm. 39.
11/ Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, hlm. 40.
12/ Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, hlm. 30-31.
13/ Lihat Lawrence O. Richards and Clyde Hoeldtke, A Theology of Church Leadership (Grand Rapids: Zondervan Publishing House, 1980), hlm. 31-42; 150-204.
14/ Martin, An Integrative Theory of Leadership, hlm. 2.
15/ Engstrom dan Dayton memandang bahwa organisasi dan manajemen bersifat netral, demikian pula orang yang memanfaatkannya, baik Kristen maupun bukan Kristen. Sedangkan Richards dan Hoeldtke menilai bahwa organisasi dan manajemen bersifat “amoral,” atau netral, sedangkan manusia yang memanfaatkannya tidak netral dan berperan secara krusial, Kristen dan bukan Kristen. Lihat Richards and Hoeldtke, A Theology of Church Leadership, hlm. 191-204.
16/ Bd. Blackaby, Kepemimpinan Rohani, hlm. 31.
17/ Bd. J. Oswald Sanders, Kepemimpinan Rohani (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1979), hlm. 21.
18/ Ibid., hlm. 22.
19/ Bd. Gene A. Getz, Sharpening The Focus Of The Church (Chicago: Moody Press, 1976), hlm. 118.
20/ Sanders, Kepemimpinan Rohani, hlm. 32-41.
21/ Gordon D. Fee, New International Biblical Commentary (Peabody: Hendrickson Publishers, 1988), hlm. 78. Bd. Donald Guthrie, Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids: Wm. B. Eermands Publishing Company, 1986), hlm. 80.
22/ Beragam definisi kepemimpinan rohani dan penilaian atasnya dapat dilihat pada George Barna, ed., Leaders On Leadership (Malang: Penerbit Gandum Mas, 2002), hlm. 22-26. Blackkaby, Kepemimpinan Rohani, hlm. 33-38.
23/ Richards and Clyde Hoeldtke, A Theology of Church Leadership, hlm. 102-112. Lihat Elwell, Walter A., and Walter A. Elwell, Evangelical Dictionary of Biblical Theology (Grand Rapids: Baker Book House, 1997).
24/ Bd. Lihat William D. Lawrence, “Distinctives of Christian Leadership,” Bibliotheca Sacra 575, (Juli-September 1987): 318-319.
25/ John Adair, Inspiring Leadership (London: Thorogood, 2002), hlm. 344.
26/ Bd. Lawrence, “Distinctives of Christian Leadership,” hlm. 320-321.
27/ Bd. Lawrence, “Distinctives of Christian Leadership,” hlm. 321-323.
28/ John, Inspiring Leadership, hlm. 37-38.
01/ Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan (Jakarta: CV Rajawali, 1988), hlm. 33
02/ Ibid., hlm. 34.
03/ Ibid., hlm. 35.
04/ Ibid., hlm. 29.
05/ Ibid., hlm. 31.
06/ Ibid., hlm. 35-37.
07/ Henry & Richard Blackaby, Kepemimpinan Rohani (Batam Centre: Gospel Press, 2005), hlm.33.
08/ Ibid., hlm. 38-39.
09/ Martin M. Chemers, An Integrative Theory of Leadership (New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, 1997), hlm. 2.
10/ Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, hlm. 39.
11/ Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, hlm. 40.
12/ Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, hlm. 30-31.
13/ Lihat Lawrence O. Richards and Clyde Hoeldtke, A Theology of Church Leadership (Grand Rapids: Zondervan Publishing House, 1980), hlm. 31-42; 150-204.
14/ Martin, An Integrative Theory of Leadership, hlm. 2.
15/ Engstrom dan Dayton memandang bahwa organisasi dan manajemen bersifat netral, demikian pula orang yang memanfaatkannya, baik Kristen maupun bukan Kristen. Sedangkan Richards dan Hoeldtke menilai bahwa organisasi dan manajemen bersifat “amoral,” atau netral, sedangkan manusia yang memanfaatkannya tidak netral dan berperan secara krusial, Kristen dan bukan Kristen. Lihat Richards and Hoeldtke, A Theology of Church Leadership, hlm. 191-204.
16/ Bd. Blackaby, Kepemimpinan Rohani, hlm. 31.
17/ Bd. J. Oswald Sanders, Kepemimpinan Rohani (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1979), hlm. 21.
18/ Ibid., hlm. 22.
19/ Bd. Gene A. Getz, Sharpening The Focus Of The Church (Chicago: Moody Press, 1976), hlm. 118.
20/ Sanders, Kepemimpinan Rohani, hlm. 32-41.
21/ Gordon D. Fee, New International Biblical Commentary (Peabody: Hendrickson Publishers, 1988), hlm. 78. Bd. Donald Guthrie, Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids: Wm. B. Eermands Publishing Company, 1986), hlm. 80.
22/ Beragam definisi kepemimpinan rohani dan penilaian atasnya dapat dilihat pada George Barna, ed., Leaders On Leadership (Malang: Penerbit Gandum Mas, 2002), hlm. 22-26. Blackkaby, Kepemimpinan Rohani, hlm. 33-38.
23/ Richards and Clyde Hoeldtke, A Theology of Church Leadership, hlm. 102-112. Lihat Elwell, Walter A., and Walter A. Elwell, Evangelical Dictionary of Biblical Theology (Grand Rapids: Baker Book House, 1997).
24/ Bd. Lihat William D. Lawrence, “Distinctives of Christian Leadership,” Bibliotheca Sacra 575, (Juli-September 1987): 318-319.
25/ John Adair, Inspiring Leadership (London: Thorogood, 2002), hlm. 344.
26/ Bd. Lawrence, “Distinctives of Christian Leadership,” hlm. 320-321.
27/ Bd. Lawrence, “Distinctives of Christian Leadership,” hlm. 321-323.
28/ John, Inspiring Leadership, hlm. 37-38.
Komentar
Posting Komentar