Risiko Jadi Guru Kekinian
Risiko jadi guru kekinian. Maksudnya guru kekinian apa sih? Ada banyak versi tentunya, saya coba berikan 2 contoh ya. Pertama, kekinian karena guru tersebut emang pinter banget sampai dapat penghargaan dari sana sini. Kedua, kekinian versi generasi milenial, yaitu aktif di semua social media. Kalau saya pribadi sepertinya masuk ke poin ke 2. Ya nggak sih? Iyain aja deh.
Eh tapi ini mungkin hanya perasaan saya saja lho, karena emang dasarnya saya ini doyan banget main socmed. Apa-apa update status, posting foto, dan live di instastory. Tuh kan, saya ini guru yang suka membagikan cerita ke publik. Buat apa? Buat pencitraanlah, hahaha menurut ngana?
Ngomong-ngomong yang belum follow saya di instagram bolehlah follow dulu diĀ @meifariwis ya. Untuk twitternya juga sama kokĀ @meifariwis juga. Oke sip!
Jadi guru yang aktif main socmed emang nano-nano rasanya. Bahkan cenderung memiliki risiko. Tapi sebelum bahas apa saja risikonya, saya akan jembrengkan dulu manfaat jadi guru yang kekinian yah.
šŸ’¯ Terkenal
Siapa sih yang nggak kenal Miss Mei? Hahaha aduh bukan bermaksud sombong. Jadi gini, saat orang tua menyekolahkan anaknya di sekolah tempat saya ngajar, pasti mereka cek di google dong mengenai reputasi sekolah tersebut. Nah saat cari info itulah muncul foto saya dimana-mana, nggak percaya? Coba ketik saja ā€œCharis Global Schoolā€¯ atau ā€œMei Wulandariā€¯ di google. Udah? Nemuin foto saya nggak?
šŸ’¯Ā Role model
Banyak murid-murid yang berkiblat pada hobi saya sebagai seorang blogger. Apalagi kalau saya lagi menang lomba, anak-anak pasti banyak yang nanyain. Mereka juga pengin jadi blogger dan menulis cerita-cerita gitu. Untungnya sekarang di sekolah ada pelajaran membuat blog, semoga saja mereka bisa mengikuti jejak saya. Amin
šŸ’¯Ā Dihargai
Dulu sebelum saya benar-benar jadi blogger profesional, orang tidak begitu memerhatikan saya. Tapi setelah saya berhasil menunjukkan prestasi di bidang menulis, orang-orang jadi lebih menghargai. Ah terima kasih ya.
Contoh di atas adalah beberapa manfaat aktif di socmed yang saya rasakan. Selebihnya tentu memiliki risiko tersendiri ya. Apalagi kalau main di socmed yang banyak orang tua muridnya, aduh ku tak bisa bebas wkwkwkwk.
šŸ’” Luas tapi terbatas
Maksudnya, saat main socmed saya punya kesempatan luas untuk menulis apa saja, share yang saya mau, atau komen-komen yang saya inginkan. Semuanya bebas, karena ya ā€œini socmed gue, suka-suka gueā€¯. Tapi bukan berarti saya terus nulis kebablasan, berisi caci maki, atau tiap hari ngeluh mulu. Ya kan saya ibu guru, masa iya share postingan kasar-kasar? Nggak mau juga akh.
šŸ’” Harus selalu jaga image
Bagi saya image itu penting, ya meskipun saya orangnya nyantai tapi bukan berarti saya harus jadi orang lain yang arogan, tempramen, dan berpikir kolot. Saya ingin terlihat manis di hadapan semua orang, karena image saya adalah guru yang sweet dan baik. Kalaupun saya berbuat salah, saya pasti minta maaf. Plis donā€™t judge me, saya anaknya suka dipuji-puji hahaha.
šŸ’” Digosipin
Risiko paling berat menjadi guru kekinian yang aktif di socmed adalah digosipin orang tua murid. Emang pernah ya? Pernahlah. Ayo buibu yang suka gosipin akyu ngaku ya šŸ’‹šŸ’‹šŸ’‹
šŸ’”Ā Sering ditanya
Sejak saya menulis aktivitas sebagai seorang guru dan suka menceritakan kegiatan di sekolah, banyak orang-orang yang nanya. Yang ditanya pun seputar sekolahan tempat saya ngajar, kurikulumnya apa, uang bulanannya berapa, fasilitas yang dimiliki apa saja, dan lain sebagainya. Lama-lama saya jadi tim marketing sekolah aja kalau gini yak, hahaha. Tapi bener sih, banyak yang nanyain hal itu ke saya. Mereka penasaran sama sekolah ā€œCharis Globalā€¯ setelah baca-baca blog saya.
Meskipun punya banyak risiko, saya seneng banget bisa berbagi cerita lewat blog. Bisa main instagram sepuasnya dan update status kekinian. Yah meskipun kadang dinyinyirin, kok bu guru facebookan mulu sih kerjaannya. Padahal saya main FB juga bukan jam mengajar, lebih sering di malam hari, hufch.
Selain bisa berbagi kisah, saya jadi lebih merasa update dengan berita-berita terkini. Lha gimana nggak update wong tiap ada kesempatan saya selalu buka berita. Menurut saya, guru itu nggak hanya bermodalkan baca buku pelajaran, tapi juga harus tahu informasi terkini di dunia digital.
So, setelah baca tulisan ini kalian jadi lebih tahu nggak saya ini tipe guru yang bagaimana? Mau tahu dong jawaban kalian apaan, tulis di kolom komentar ya atau lewat FB juga boleh. Xie-xie.
Salam,
@MEIFARIWIS
Komentar
Posting Komentar